oleh

Menelisik Gong Perdamaian Dunia

Penulis: Dr. Elis Suryani Nani Sumarlina, M.S. (Dosen Filologi pada Departemen Sejarah dan Filologi Fakultas Ilmu Budaya  Universitas Padjadjaran).

SUDAH lima belas tahun berlalu sejak diresmikan oleh mantan Kapolda Jabar sekaligus mantan Kapolwil Priangan Irjen Pol. (Purn) Dr. H. Anton Charlian, M.PKn saat itu,  namun Gong Perdamaian Dunia yang berada di Karang Kamulyan Kabupaten Ciamis tersebut tetap berdiri kokoh, menakjubkan,  mempesona, dan monumental. Gong Perdamaian Dunia tersebut berukuran  3,33 meter persegi,  terbuat dari perunggu dan plat besi, di sekelilingnya dihiasi bendera sebagai lambang ras serta agama se dunia.

Gong Perdamaian Dunia yang berada di Kawasan Karang Kamulyan Ciamis Dikatakan monumental, karena merupakan gong terbesar  bila dibandingkan dengan Gong Perdamaian Dunia yang ada di wilayah lainnya yang hanya berukuran 2,5 m persegi. Di belakang gong besar itu terdapat keris pusaka peninggalan Kuda Lalean disertai batu-batu yang berasal dari Kawali. Gong Perdamaian Dunia ini diresmikan tanggal  9 bulan 9  tahun 2009, tepat jam 09.09. Ada apa dengan angka 9? 

Apakah angka 9 suatu kebetulan atau kesengajaan?  Ada beberapa alasan  yang mendukung ke arah pemikiran dimaksud, yang  semua itu mengarah kepada hal yang ‘terbaik’ sesuai dengan visi dan misi yang menyertainya. Andai angka 3,33 x 3 dikalikan menjadi  9,9 sesuai dengan waktu peresmiannya. Hal ini pun karena ditemukannya kembali patilasan Karaton Galuh beserta benda-benda peninggalannya, seperti arca Ganesa memerlukan waktu selama 9 bulan. Angka sembilan pun selain merupakan bilangan terbesar berkelindan erat pula dengan peran serta Wali Sanga dalam penyebaran agama Islam di wilayah Ciamis.

            Eksistensi Gong Perdamaian Dunia tidak terlepas dari Karang Kamulyan sebagai salah satu patilasan Kerajaan Galuh dan  Kabuyutan Kawali yang menyimpan beragam patilasan serta peninggalan karuhun orang Sunda di masa lampau. Hal itu terungkap melalui amanat dan pesan Prabu Niskalawastu Kancana, sebagaimana tersirat lewat Prasasti Kawali dan Prasasti Batu Tulis Bogor serta manuskrip Sunda Kuno, berbahan Lontar, nipah, maupun Saeh beraksara dan berbahasa Sunda Kuno, di antaranya Carita Parahiyangan, Fragment Carita Parahiyangan, Bujangga Manik, Carita Ratu Pakuan, dan Sanghyang Siksakandang karesian.

            Mungkin ada pertanyaan, mengapa Gong Perdamaian diletakkan di kawasan  Karang Kamulyan? Secara historis maupun folklor yang berkembang di sekitar Karang Kamulyan, juga kaitannya dengan prasasti dan patilasan karuhun orang Sunda masa lampau, hal itu sejalan dengan visi dan misi awal dari pembuatan ‘Gong Perdamaian Dunia’ itu sendiri. Apabila kita simak cerita lisan Karang Kamulyan/Carita Ciung Wanara, kita bisa mencermati bahwa pertikaian antara Ciung Wanara dan Hariyang Banga (dalam  versi lain disebut Sanjaya), yang keduanya saudara se bapak lain ibu, ternyata dapat didamaikan oleh ‘Sang Prabu’ (ayah kandung mereka sendiri) yang menyamar menjadi seorang ‘kakek’. Hal ini dibuktikan pula dengan adanya tempat-tempat peninggalan karaton  yang berada di sekitar Karang Kamulyan, mulai dari walungan, batas wilayah, maupun tempat-tempat lainnya berupa tempat panyandaan,  tempat nyabung  ayam, pangsaréan,  cikahuripan, hingga tempat lainnya yang mendukung ke arah  pembuktian itu.

Pertikaian antara Ciung Wanara dan Hariyang Banga merupakan satu-satunya perkelahian pada masa lampau di kerajaan lain, yang mampu ‘didamaikan’. Jika dicermati, kebanyakan dari kisah dan pertikaian antarkerajaan dan seuweu siwi ‘keturunannya’ di daerah lain, selalu berakhir dengan kehancuran tanpa perdamaian. Hal itulah yang menjadi salah  satu alasan tujuan didirikannya Gong Perdamaian Dunia di Karang Kamulyan Ciamis. Hal ini juga berkaitan dengan amanat Prabu Niskalawastu Kancana sebagaimana terungkap dalam Prasasti Kawali 1 hingga 6. Beliau adalah seorang raja yang mumpuni, adil bijaksana,   disegani  serta dicintai rakyatnya, yang mampu ngretakeun urang reya ‘memberdayakan & menyejahterakan  orang  banyak’ atau ngretakeun  bumi lamba ‘menyejahterakan alam dunya’ (menurut Sanghyang Siksakandang Karesian), sehingga Beliau termasuk salah satu raja besar Sunda yang digelari Prabu Siliwangi (raja yang harum namanya).

Amanat dan pesan moral Prabu Niskalawastu Kancana yang tersirat dalam prasasti Kawali, bukan hanya memberi makna kesejahteraan, kearifan, kejujuran, dan kerukunan hidup, namun juga kedamaian serta kesatuan berbangsa, bernegara, serta beragama.  Tuntunan moral yang Beliau ungkapkan lewat amanat  bagi anak cucu dan rakyatnya yang mendiami Kawali serta Galuh  masih sangat relevan bagi kehidupan masa kini, salah satunya adalah bahwa kita sebagai manusia tidak boleh serakah jika tidak ingin sengsara di kemudian hari “ulah botoh bisi kokoro”,sebagaimana terungkap lewat Prasasti Kawali 6. Keserakahan tersebut bukan hanya terbatas pada materi semata, tetapi lebih kepada semua hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

            Kedamaian, kebajikan, kejujuran, kearifan, keutuhan dan persatuan bangsa serta kerukunan beragama, layak untuk diabadikan dalam upaya memelihara keutuhan dan persatuan umat, agar nonoman Sunda ‘generasi muda Sunda’ tidak pareumeun obor ‘kehilangan jejak’ serta kehilangan jati dirinya. Sudah sepantutnya kita ngawanohkeun ’mengenalkan’ kembali patilasan dan sejarah karuhun orang Sunda masa lalu, agar ajén inajén dan jati diri ‘Ki Sunda’ tetap lestari.  Pembuatan Gong Perdamaian Dunia diharapkan agar kita senantiasa damai di bumi dan damai di hati, sebagaimana diajarkan oleh semua agama di dunia ini. Ikan Kumpay yang berada di kolam depan monumen sebenarnya melambangkan perdamaian, sebagai pengingat agar Tatar Sunda cinta damai, di samping cinta lingkungan, bangsa, dan agama.  Sebagaimana tercermin dalam visi dan misi Hari Perdamaian Dunia yang diperingati setiap tanggal 21 September.

Keberadaan Gong Perdamaian Dunia di Kawasan Karang Kamulyan Ciamis ini diharapkan semoga ‘Ki Sunda’ lebih nanjeur tur  nanjung komarana. Selain itu, semoga amal baik para perintis dan pemrakarsanya mendapat imbalan  yang setimpal dari Alloh SWT. Aamiin YRA. (***