oleh

Menelisik Kerajaan Indrapahasta Bawahan Kerajaan Tarumanagara 

KERAJAAN INDRAPAHASTA 363-723 M.

Sejak tahun 80 Saka /398 M sangat banyak warga dari negeri Bharata (India Selatan) yang menuju Nusantara .Wangsa Pallawa saat setelah menderita kekalahan dari Wangsa Maurya dari Magadha dibawah kekuasaan Maharaja Samudra Gupta.Dipimpin Wisnogopa Raja Wangsa Pallawa yang berkuasa di Kanhci bersama keluarga dan pengikutnya memutuskan untuk berpindah dengan menggunakan perahu-perahu besar Wangsa Pallawa meninggalkan negri (India Selatan).” Wangsa Pallawa seperti juga wangsa yang lainnya berlayar menuju nusantara”.

Daerah pesisir Palimunan  menjadi tempat yang dipilih untuk berlabuh ,setelah sekian lama mengarungi lautan .Gunung Indrakila yang bertengger tegak  diarah selatan menjadi patokan bagi Wisnugopa memutuskan untuk berlabuh.

Dipesisir dimana mereka berlabuh Wisnugopa mengabadikan daerah  tersebut ,dengan nama Kanchi (jika saat ini jika kita ke Cirebon Timur  tempat berlabuhnya Wangsa Pallawa tersebut masih terekam dengan baik  dalam nama  Desa Kanci  yang masuk ke Kec.Japura).

Seiring waktu berlalu ,adaptasi Wangsa Pallawa dengan lingkungan baru dan masyarakat sekitarnya melahirkan kebudayaan baru .Hurup Pallawa mulai diperkenalkan kepada masyarakat pribumi.Wangsa Pallawa mendapat mendapat berbagai pengetahuan tentang kondisi lingkungan yang ada.Lambat laun tak terhindarkan terjadinya akultarasi budaya.

Kerajaan Indraprasta adalah sebuah kerajaan bercorak Hindustan yang berkedudukan di Cirebon Selatan/Cirebon Girang,yang sekarang menjadi Kabupaten Cirebon. Kerajaan tersebut didirikan pada tahun 363-M oleh Maharesi Santanu seorang maharesi yang berasal dari Sungai Gangga India.Kerajaan Indrapahasta menjadi kerajaan besar pada saat Maharesi Santanu berkuasa dan seiring dengan melemahnya Kerajaan Salakanagara.

Namun tahun 399-M Kerajaan Indraprahasta harus mengakui kekuasaan Sri Maharaja Purnawarman dari Kerajaan Tarumanegara.Saat itu kerajaan Indraprahasta menjadi Kerajaan Tarumanegara.

Raja Kerajaan Indraprahasta selanjutnya adalah Jayasatyanagara ,putra sulung Resi Santanu.Istri Jayasatyagara beristri Ratna Manik Putri Sang Wisnu  Bhumi ,Raja Kerajaan Malabar (sekarang Bandung Selatan),mempunyai anak bernama Wiryabayu (raja ketiga).

Wiryabayu menikah dengan Nilem Sari  putri Raja Kerajaan Manukrawa (sekarang berkedudukan Indramayu) mempunyai anak bernama Saklawati dan dijadikan permaisuri oleh Maharaja Wisnuwarman ,Raja Tarumanegara ke-4.

RAJA – RAJA INDRAPRAHASTA

1.Santanu (363-398 M)

2.Jayasatynagay (398-422 M).

3.Wiryabanyu (421-444 M)

4.Warna Dewaji (444-471 M).

5.Raksahariwangsa (471-507 M).

6.Tirtamangvala (607-626 M).

7.Astadewa (526-540 M).

8.Jayagranagara (540-546 M).

9.Padmayasa(546-590 M),

10.Andabuwana (590-546 M).

11.Wisnumurti (636-661M).berputra: 1.Dewi Ganggasari yang diperistri oleh Maharaja Linggawarman Raja Kerajaan Tarumanegara XII dan 2.Tunggulnagara diangkat menjadi penguasa Indraprahasta XII.(661-707M).

12.Tunggulnagara

13.Padmahariwangsa (707-719 M).

14.Wiratara ( 719-723 M).

PAKUWAN CARUBAN (CIREBON) TAHUN 1369 SAKA/1470M

Ki Danu Sela (Ki Gedeng Alang-alang) menjadi kuwu pertama dan Walangsungsang menjadi Pangraksabumi.Ketika itu jumlah penduduk Caruban/Cirebon penduduknya 346 orang yang terdiri dari laki-laki: 162 orang dan perempuan :164 orang,orang Sunda 97 orang ,orang Jawa   106 orang, orang Suwarnabumi 16 orang, Siam     3 orang, 11 orang, Hujung Mendini4 orang ,India    2 orang,Parsi  2 orang dan China  : 6 orang.

Walangsungsang merintis kembali pembangunan Kerajaan Caruban Larang dari reruntuhan kerajaan lama Singhapura.Dermaga muara jatipun hanya merupakan pelabuhan kecil yang disandari perahu-perahu kecil.Sementara Griya Pakuan tempat tinggal pribadi kuwu terletak di Caruban Girang yang jaraknya cukup jauh dari Bale Pakuwuan.Dalam tempo sekitar 17 tahun ,Khuta Caruban telah berubah menjadi Khutaraja yang jauh lebih besar dan lebih ramai dibandingkan dengan Dermayu.Bahkan alur perdagangan tidak saja dibuka bagi pedagang-pedagang pedalaman ,tetapi di buka pula bagi saudagar -saudagar Mancanagara.

UKIRAN DI DINDING KALIGRAFI MACAN ALI

Ukiran dinding ini bermotif ukiran Cirebonan Delan bercorak Macan disertai kaligrafi bertuliskan Kalimat Tauhid.

Singa Barwang atau dikenal dengan nama ” Macan Ali” adalah simbol dari Kerajaan Cirebon yang digunakan sejak zaman Indraprahasta, Wanagiri, Raja Singhapura Resi Guru Bhatara Hyang Purnawijaya Raja Galuh 1091-1111./Raja Caruban 1482M.Macan Ali merupakan kaligrafi berbentuk seekor macan atau Singa ,bertuliskan kalimat Tauhid ” Laailaaha Illallah Muhammadurrtosululloh“.Sebuah kalimat Suci atas pengakuan TIADA TUHAN SELAIN ALLOH DAN MUHAMMAD SEBAGAI UTUSAN ALLOH,adalah dua kalimat suci yang tertera dipintu surga,juga merupakan kunci surge ( Dalam kitab barzanji karya Syaih Al Barzanji Rawi mu tabar yang selalu di bacakan pada puncak muludan 1tg.12 robiul Awal).

Untuk membedakan Kerajaan Singhapura dengan Kerajaan Galuh lahirlah istilah Bumi Ceribon (Sunda Kuno:cere-ibu-an:wilayah warisan ibu,yang dinisbatkan kepada Bhatari Stri Prthiwi (istri Sri Jayabupati 1030-1042 M). Ratu Stri Bhatari Prathiwi Maharaja yang bertahta di Pasir Batang Ibukota Kerajaan Galuh Nagara Tengah (sekarang wilayah Cineam-Kabupaten Tasikmalaya),mempunyai anak : .Lingga Hyang ,.Dewi Purnawati.Dewi Surabhi.Sang Surendra.

1.Singhapura beribukota di Purawinangun dengan raja Sri Prabu Bhatara Hyang Purnawijaya.

2.Galuh beribukota di Dharmaraja dengan raja Sri Prabu Dharmaraja. Sanghyang Ageng(1019-1030M)=>Sri Jayabupati (1030-1042)=>Batara Hyang Purnawijaya,mempunyai anak:

1.Batari Hyang (Dewi Citrawati) GALUNGGUNG (1111-1163M/ 1111-1157M).

2.Dewi Puspitasri

SUMBER:

– Prasasti Gegerhanjuang Galunggung.

– Prasasti Cibadak (sukabumi).

– Prasasti Kawali

– Pustaka Nusantara III/2

– Tim Pustaka Wangsakerta kesultanan kanoman Cirebon 2017.

[ Dokumen:.Acep Aan S.Ag.deklarator FPUB (Forum Persaudaraan Umat Beragama ) Tasikmalaya 1997

Komentar