Oleh : Euis Jamilah, S.Pd. (Guru SDN 3 Cibunigeulis Kota Tasikmalaya)
PEMBELAJARAN jarak jauh sedang menjadi trending topik di tengah pendemi Covid 19 saat ini. Hal ini wajar adanya karena hampir di seluruh Indonesia menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh yang merupakan salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia melalui surat edaran resmi terkait sistem penyelenggaraan pendidikan di tengah wabah Covid 19. Hal ini sah-sah saja diterapkan, seperti halnya di tempat mengajar penulis, yakni SDN 3 Cibunigeulis Kota Tasikmalaya.
Menerapkan hal yang sama untuk penyelenggaraan pendidikan saat ini. Meskipun dengan kondisi seperti ini, tidak menutup pemikiran penulis untuk menerapkan pembelajaran yang beroirientasi HOTS bagi peserta didik meskipun pembelajaran dilaksanakan secara jarak jauh. High Oder Thinking Skill atau lebiih dikenal dengan HOTS itu sendiri bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan, pembelajaran HOTS harus mampumenciptkan suasana yang memunculkan kemampuan berpikir yang bukan hanya sekedar mengingat atau menghapal materi pelajaran akan tetapi proses berpikir yang lebih komplek dalam menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun representasi, menganalisis, dan membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas mental yang paling mendasar. Aspek keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi, transfer knowledge, critical and creative thinking, dan problem solving.
Pembelajaran jarak jauh berorientasi HOTS di SDN 3 Cibunigeulis khususnya di kelas IV tempat penulis mengajar diterapkan dengan bertujuan agar peserta didik terbiasa dan memiliki keterampilan berpikir sesuai dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara menyeluruh dan satu kesatuan dalam proses pembelajaran, keterampilan yang dikerahkan dalam memecahkan permasalahan yang muncul, mengambil keputusan, menganalisis, menginvestigasi dan menyimpulkan, serta keterampilan kompleks dalam memecahkan sebuah permasalahan sehingga jika dari awal sudah dilatih berpikir tingkat tinggi, peserta didik tidak akan merasa kaget atau pun stress ketika disuguhi persoalan-persoalan real dalam kehidupan sesuai dengan tuntutan zaman dan kemajuan teknologi.
Kemampuan guru dalam mengemas pembelajaran HOTS di tengah situasi pendemi Covid 19 ini, merupakan indikator utama keberhasilan, beberapa hal yang penulis lakukan terkait dengan penyelenggaraan pembelajaran di kelas IV SDN Cibunigeulis agar berorientasi HOTS adalah dengan adanya komitmen yang kuat dari awal untuk menerapkan pembelajaran berorientasi HOTS secara menyeluruh, sistematis dan terukur dimulai dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran berorientasi HOTS.
Perencanaan yang matang akan mencapai tujuan maksimal, sehingga dalam hal ini perencanaan pembelajaran berorientasi HOTS perlu disusun secara tepat sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang diinginkan dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, artinya sebagai langkah pertama, penulis merancang pembelajaran melalui RPP berbasis model pembelajaran yang sintaknya jelas dan disesuaikan dengan kompetensi yang diharapkan. Langkah pembelajaran diakomodatif agar memungkinkan dilaksanakan di rumah peserta didik masing-masing karena pembelajaran dilakukan jarak jauh, artinya meskipun PJJ, tetap pembelajaran dirancang dan dipersiapkan dengan baik melalui RPP berbasis model tadi, sehingga pembelajaran saintifik tetap terealisasi.
Langkah kedua yang penulis lakukan di kelas IV SDN 3 Cibunigeulis agar pembelajaran berorientasi HOTS terlaksana, yakni dengan melaksanakan pembelajaran sesuai RPP berbasis model tadi daam pembelajaran jarak jauh menggunakan media yang tepat, dalam hal ini, penulis memantau kinerja peserta didik dengan Google Meet, meskipun tidak tatap muka, pembelajaran tetap dilaksanakan secara sistematis dengan memperhatikan karakteristik individu peserta didik. pada bagian ini, seluruh kompetensi guru benar-benar dibutuhkan secara maksimal. di samping mengelola pembelajaran sesuai RPP yang telah dibuat, guru juga harus mampu menyelipkan misi penguatan pendidikan karakter dan budaya literasi dalam pembelajaran.
Langkah terakhir, merancang penilaian pembelajaran autentik, artinya soal untuk menguji peserta didik merupakan soal yang jawabannya terbuka dan benar-benar diarahkan untuk peserta didik sesuai usia perkembangannya, sehingga kita bisa menilai jawaban peserta didik secara real. Soal tersebut jangan hanya menguji aspek pengetahuan akan tetapi penerapan pengetahuan hasil dari pembelajaran tadi. Teknis penilaian menggunakan media Google Form.
Tidak ada alasan untuk kita sebagai seorang guru, yang merupakan tugas profesional meyerah akibat keadaan Covid 19 ini, meskipun pemerintah memberikan kelongggaran dalam hal penyelenggaraan pendidikan melalui kebijakan PJJ, akan tetapi hal tersebut bukan sebuah alasan untuk kita tidak bersikap profesional. Pembelajaran tetap harus dikelola secara profesional muali dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan tindak lanjut hal itu perlu dilaksanakan secara sistematis dan berorientasi HOTS untuk mempersiapkan peserta didik yang berkualitas, semoga kita semua diberi kemudahan dan kekuatan dalam melaksanakan tugas profesionalitas tersebut.(***
Komentar