Oleh : Nur Dyyan Umar, C.PS ( Penulis, Penceramah, Spiritualis )
PUASA Ramadhan merupakan puasa yang dilaksanakan pada bulan Ramadan yang jumlah harinya antara 29 dan 30 hari. Waktu pelaksanaan puasa Ramadan dimulai ketika Matahari terbit di waktu fajar hingga matahari terbenam.
Prosesnya yaitu menahan diri dari kegiatan makan, minum dan kegiatan lain yang dapat membatalkan puasa. Menurut ajaran Islam, puasa di bulan Ramadhan dapat menghapus kesalahan atau dosa yang telah diperbuat, asalkan dilakukan dengan iman dan mengharapkan pahala dari ridha Allah SWT. Puasa pada bulan Ramadhan merupakan pelaksanaan dari rukun Islam yang keempat.
Menurut ajaran Islam puasa pada bulan Ramadhan merupakan puasa yang wajib dilaksanakan selama satu bulan sehingga jika dengan sengaja dilaksanakan, orang tersebut akan berpahala. Perintah berpuasa dijelaskan dalam dengan Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 183.
Surah Al-Baqarah (184) beberapa hari tertentu. Maka barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain.
Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
أَيَّامًا مَّعْدُودَاتٍ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ ۚ وَأَن تَصُومُوا خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
Puasa Ramadhan merupakan rutinitas ibadah yang tidak bisa ditinggalkan dalam setiap tahunnya karena hukumnya yang wajib. Puasa Ramadhan dilaksanakan sejak fajar hingga terbenamnya Matahari. Jika tidak mampu berpuasa, seorang Muslim diharuskan untuk mengganti puasa tersebut pada hari-hari yang lain. Hal ini dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 185.
Hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur atas semua kenikmatan di dunia.
Jika seorang muslim berhasil melaksanakan ibadah puasa dengan landasan iman dan ihtisab maka ia akan menjadi orang yang berhak mendapatkan ampunan Allah SWT atas dosa-dosa yang telah ia lakukan. Berikut makna iman yang melandasi ibadah puasa di Bulan Ramadhan.
“Barangsiapa melakukan puasa Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan pahala di sisi Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari No. 38 dan Muslim No. 760).
Hadis ini menyerukan untuk melandasi ibadah puasa Ramadan dengan iman dan ihtisab. Iman berarti meyakini dan membenarkan kewajiban ibadah puasa yang diperintahkan serta meyakini pula pahala yang akan diberikan atas pelaksanaan puasa tersebut.
Sedang ihtisab adalah niat dan kesungguhan untuk meraih pahala puasa yang telah dijanjikan Allah SWT, seorang muslim tidak cukup hanya melaksanakan ibadah puasa yang diperintahkan, tetapi ia juga harus meyakini dan mengakui kewajiban puasa yang dilaksanakan.
Karena mengingkari kewajiban yang telah jelas adalah suatu kekufuran, sedang menggagalkan kewajiban karena malas adalah suatu kefasikan, selama ia masih mengakuinya sebagai suatu kewajiban.
Mengharapkan pahala merupakan salah satu prinsip dari ketiga prinsip yang harus melandasi ibadah. Sebagian ulama salaf berkata, “Barangsiapa beribadah kepada Allah semata karena mengharap pahala-Nya maka ia adalah mur’ji.
Memahami bahwa amal ibadah akan diterima Allah SWT jika memenuhi 3 landasan amal (prinsip). Pertama: Raja, yaitu Beramal karena mengharap pahala dan surga Allah SWT, Kedua: Khaud, yaitu beramal karena takut akan siksa dan neraka Allah SWT, Ketiga: Mahabbah, yaitu beramal karena mengharap cinta dan ridha Allah SWT.
Senantiasa Berkumpul dengan para ahli Ibadah. Berkumpul dengan orang yang rajin beribadah akan menumbuhkan semangat beribadah secara tulus pada diri seorang muslim. Karenanya, Allah SWT memerintahkan Nabi SAW, agar senantiasa bersama orang-orang shaleh dan rajin beribadah.(****
Komentar