oleh

Menguak Tabir Goa Mahar di Desa Jahiang Sebagai Parit Pertahanan Pasukan Sukapura di Masa Kemerdekaan

Kab.Tasik,LINTAS PENA

Penemuan artefak Batu Melingkar (Circle Stone) di Desa Jahyang Kec.Salawu Kabupaten Tasikmalaya  cukup menghebohkan masyarakat dan  kalangan akademisi. karena merupakan suatu temuan baru yang pertama di Indonesia dalam  sejarah Tatar Sunda.

Namun mistery Jahyang tidak sampai disitu saja. Karena tidak jauh dari lokasi tsb, sekira 200 meter ke arah barat daya agak kebawah telah ditemukan juga sebuah goa sepanjang 30 meter , tinggi sekitar 170 Cm dan lebar 1 meter sd 1,5 meter . Selama ini masyarakat desa setempat enyebutnya sebagai Goa Mahar. Karena konon khabarnya, keberadaan Goa Mahar ini merupakan Syarat Permintaan MAHAR (mas kawin), dari seorang Penguasa/ Raja untuk dapat menikahi  putrinya ;

“Sebelumnya goa tsb tidak ada yang tahu persis dimana keberadaanya hanya jadi dongeng dan ceritra turun temurun dari mulut ke mulut saja. Tapi alhamdulillah akhirnya dapat diketemukan tanpa sengaja. yang awalnya tertimbun tertutupi oleh buah pohon gadung yang sudah berusia puluhan bahkan mungkin ratusan tahun. “ujar H.Gani, tokoh masyarakat Desa Jahiang

Dia menjelaskan, bahwa posisi Goa Mahar tsb berada persis di bawah pohon damar dan dari dalamnya mengalir terus air baik dari dinding maupun dari bawah, karena setelah ditelusuri memang ada sumber mata air yang cukup besar   keluar dari dinding gua , sehingga goa tsb bisa berfungsi sebagai  sumber mata air untuk kehidupan masyarakat sekitarnya,maka bila demikian keadaanya, goa tsb lebih tepat berfungsi sbg parit tempat air mengalir daripada goa.

Sementara itu, Pemerhati Sejarah dan Budaya Nusantara Irjen Pol (Purn) Dr.H.Anton Charliyan,MPKN ketika ditanya soal parit di komplek Situs Batu Melingkar (Circle Stone) mengungkapkan, “Kalau bicara soal parit, merupakan Tradisi Khas Ciri Wanci Kebanggaan penguasa penguasa  di Tatar Sunda &  Galuh  untuk menunjukan identitasnya sbg seorang penguasa atau raja agar diakui existensinya ”  .

Mantan Kapolda Jabar ini menjelaskan, hal tsb bisa dilihat dan di telisik dengan seksama dari prasasti prasasti atau naskah kuno di Tatar Sunda al :

1.Prasasti Kawali. peninggalan Prabu Wastu Kencana mengatakan : ” Nu MARIGI Sakulili…* Dayoh ”  yang telah membuat parit keliling Kota Kawali.

2.Prasasti Batu Tulis Bogor ; pun ya nu nyusuk na pakwan peninggalan Prabu Surawisesa : ” Dia yang sudah membuat PARIT  di Pakuan ”

3.Prasasti Geger Hanjuang Galunggung dari Batari Hyang : ” Nu Nyusuk di Galunggung : Yang sudah membuat Parit Pertahanan di Galunggung ”

4.Prasasti Tugu  Peninggalan Raja Purnawarnan ; ” Purim Prapya Chandrabagar yayau –  Dhanusamsasatena ca dvavingsena nadi ramya Gomati ” Yang sudah menggali terusan sungai buatan ( Parit ) Chandrabaqa dan Kali Gomati sepanjang 6122 busur atau 12 km….

  1. Naskah Amanat Galunggung Ngawalwakon agama nu nyusuk na Galunggung – jaga Makeyana Patikrama ; Ikuti Patikrama Ajaran yang sudah membuat Parit Pertahanan di Galunggung “

6.an lainnya

Dari analisis bukti bukti  prasasti diatas dapat ditarik hypotesis bahwa :   untuk menunjukan existensi sebagai seorang Penguasa Raja Agung  di Tatar Sunda ini ,  baru berani untuk membuat suatu prasasti ,  pangeling pangeling bila sudah mampu membuat parit. Bukan membuat candi atau suatu bangunan khusus, padahal di Sunda banyak juga ditemukan candi tapi tidak diketahui siapa pembuatnya. Karena membuat candi myngkin bukan merupakan sebuah prestise atau kebanggan khusus bagi tradisi masyarakat saat itu. Tapi jika sudah mampu menggali Parit, terutama Parit pertahanan pasti akan jadi sebuah catatan, karena merupakan prestise dan kebanggaan besar pada era budaya Sunda saat itu.”tutur Abah Anton, panggilan akrab Anton Charliyan

Makanya penemuan Goa Mahar di Jahyang  sebagai  suatu prasyarat untuk dapat diterimanya sebagai  seorang suami menantu dari seorang penguasa . menguatkan bahwa budaya    Parit ini menunjukan sebuah budaya Khas Penguasa Raja Raaja tatar Sunda..

Menurutnya, memang keunggulan budaya parit ini bila sepintas pasti akan membuat bingung .tapi kalau kita cermati lebih jauh baru bisa kita fahami , jika dilihat dari fungsinya saja parit itu bisa multi fungsi al : untuk kesejahtraan rakyat ngertakeun jalma rea, yakni sebagai  jalur pengairan pertanian , pembuangan air utk mencegah banjir  dan sebagai peresapan/ penyerapan air  .Belanda mungkin dulu untuk mengeringkan tanah tanahnya di Neiderland dari 3 sungai utama menjadi 162 Parit anak sungai  diabad ke 17 .Tidak menutup kemungkinan kolaborasi dengan ilmu parit pnya Tatar Sunda. Selain itu, parit sebagai sarana pertahanan utuk perang .menyimpan perbekalan dan persembunyian. bisa dilihat bahwa Amerika yang super power saja kalah perang di Vietnam, karena tentara Vietnam menggunakan parit bawah tanah sbg sarana pertahanan sehingga aman dari serangan bom. Perang Khondak dalam strategi Islam juga konon khabarnya belajar dari pasukan Hindi  yang berasal dari Jawadwipa .  “imbuhya

Lanjut Abah Anton, berbicara budaya parit paling fenomenal di Tatar Sunda, yaitu Parit Galunggung yang sekarang dikenal sebagai Batu Mahpar Galunggung di Singaparna Kab Tasikmalaya.

“Kembali ke Goa Parit Jahyang menurut ceritra masyarakat katanya dulu juga Divisi Pasukan Resimen Pelopor 33 Divisi X  Sukapoera , sebagai salah satu pasukan cikal bakal Divisi Siliwangi di tahun 1945 DPP L Tobing bermarkas di Jahyang. Dan menjadikan goa goa yang ada disana sebagai pusat pertahanan. bahkan Jend AH Nasution . Umar Wirahadi Kusuma, Didi Kartasasmita , Kol Rusadi dll ,pernah menginjakan kaki merumuskan teori Perang Griliya di Jahyang . sehingga Fungsi Gua Parit yang ada di Jahyang tsb sangat beragam.

“Namun yg paling penting apa sesungguhnya hubungan antara goa dengan Batu Melingkar yang ada saat ini ? Apakah sebagai tempat bersuci ?  Sebelum ke Circle Stone harus bersuci dulu di air goa..atau merupakan jalan tembus untuk mendapatkan mahar itu sendiri… Tapi apapun juga ceritranya , dengan diketemukanya Goa Parit di Jahyang tsb , semakin memperkaya dan memperkuat warisan Budaya Sunda, disamping Seribu Misteri yang harus diungkap kita semua dari berbagai disiplin ilmu terkait tentunya. Tantangan yang harus kita jawab bersama..”pungkas jenderal polisi yang suka blusukan ke perkampungan ini.(REDI MULYADI)***

Komentar