Oleh: Acep Sutrisna, (Ketua PJBN Kabupaten Tasikmalaya)
PULAU JAWA dikenal sebagai salah satu pusat peradaban Nusantara yang kaya akan ragam budaya dan tradisi. Di antara berbagai suku yang mendiami pulau ini, Suku Sunda menempati posisi penting sebagai pewaris salah satu kebudayaan tertua. Terbentang dari ujung barat hingga sebagian tengah Pulau Jawa, Suku Sunda membawa cerita yang berakar dalam sejarah, mitologi, dan kearifan lokal.
Jejak Awal Peradaban Sunda
Sejarah mencatat bahwa masyarakat Sunda sudah hadir sejak era Kerajaan Tarumanagara pada abad ke-5 Masehi. Kerajaan ini dikenal dengan prasasti-prasasti yang ditulis dalam aksara Pallawa, salah satunya adalah Prasasti Ciaruteun di Bogor. Tarumanagara menjadi cikal bakal peradaban Sunda, hingga akhirnya disusul oleh kejayaan Kerajaan Sunda-Galuh yang memiliki wilayah lebih luas.
Nama “Sunda” sendiri konon berasal dari kata suddha dalam bahasa Sanskerta yang berarti “bersih” atau “suci.” Makna ini merepresentasikan semangat masyarakat Sunda yang menjunjung tinggi keselarasan dengan alam dan kebersihan hati dalam kehidupan sehari-hari.
Filosofi Hidup dan Tradisi
Orang Sunda terkenal dengan falsafah hidupnya yang dikenal sebagai silih asah, silih asih, silih asuh. Nilai-nilai ini mengajarkan pentingnya saling mengingatkan, saling mencintai, dan saling menjaga antar sesama manusia. Filosofi ini menjadi dasar berbagai tradisi adat Sunda, mulai dari cara berinteraksi hingga pelaksanaan upacara adat.
Salah satu tradisi yang mencerminkan nilai ini adalah ngabungbang (membersihkan sungai secara bersama-sama) yang tidak hanya bertujuan menjaga kebersihan lingkungan, tetapi juga mempererat hubungan sosial masyarakat.
Keindahan Seni dan Budaya Sunda
Kesenian Sunda adalah bukti nyata kekayaan budayanya. Seni musik seperti angklung, kecapi suling, dan gamelan degung telah lama menjadi identitas Suku Sunda di mata dunia. Tidak ketinggalan, tarian tradisional seperti Jaipongan dan Ketuk Tilu yang sering ditampilkan dalam berbagai acara adat dan festival budaya.
Dalam bidang sastra, karya seperti Pantun Sunda dan Wawacan menjadi warisan yang mengandung nilai moral dan petuah kehidupan. Salah satu yang paling terkenal adalah kisah epik Lutung Kasarung, cerita yang sarat akan pesan tentang kebijaksanaan, kesabaran, dan penghormatan terhadap alam.
Kearifan Lokal dan Harmoni dengan Alam
Masyarakat Sunda dikenal memiliki hubungan erat dengan alam. Hal ini terlihat dalam konsep leuweung kolot (hutan larangan) yang dijaga ketat untuk kelestarian lingkungan. Hingga kini, adat ini masih diterapkan di beberapa desa adat seperti Kampung Naga dan Baduy Dalam, yang menjadi bukti nyata pelestarian budaya Sunda dalam kehidupan modern.
Menghidupkan Kembali Kejayaan Budaya Sunda
Sebagai Ketua PJBN Kabupaten Tasikmalaya, saya melihat pentingnya melestarikan dan menghidupkan kembali kejayaan budaya Sunda. Di era globalisasi ini, identitas budaya sering kali tergerus oleh arus modernisasi. Oleh karena itu, kami berupaya menggelar berbagai kegiatan budaya seperti seni beladiri tradisional, seminar sejarah, hingga pelatihan seni musik dan tari agar generasi muda tetap mengenal dan mencintai warisan leluhur.
Penutup
Sejarah dan kebudayaan Suku Sunda adalah cermin kekayaan bangsa yang harus dijaga dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Dengan memahami akar budaya, kita tidak hanya mengenal siapa diri kita, tetapi juga memperkuat identitas sebagai bangsa yang berbudaya. Mari bersama menjaga warisan leluhur ini agar tetap hidup dan berkembang di tengah perubahan zaman. Karena sejatinya, budaya adalah nyawa dari sebuah peradaban.(***
Komentar