oleh

Mengurai Strategi Penghancuran Peradaban Bangsa: Refleksi dari Pemikiran Jarred Diamond

Oleh: Acep Sutrisna, (Ketua Paguron Jalak Banten Nusantara (PJBN) Kabupaten Tasikmalaya)

PERADABAN suatu bangsa tidak hanya dibangun oleh kemajuan teknologi atau kekayaan sumber daya alam, melainkan oleh fondasi yang jauh lebih dalam: tatanan keluarga, pendidikan, dan keteladanan moral para pemimpin dan tokoh masyarakat. Jarred Diamond, seorang penulis dan ilmuwan terkenal, pernah mengemukakan bahwa jika seseorang ingin menghancurkan peradaban sebuah bangsa, ada tiga langkah utama yang dapat diambil: menghancurkan tatanan keluarga, merusak sistem pendidikan, dan menghapus keteladanan para tokoh dan rohaniawan. Mari kita bedah satu per satu poin tersebut untuk memahami relevansinya dalam konteks Indonesia saat ini.

1. Menghancurkan Tatanan Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dan paling fundamental dalam masyarakat. Ketika tatanan keluarga hancur, maka akar moral dan nilai-nilai dasar dalam masyarakat pun ikut runtuh. Dalam masyarakat modern, ancaman terhadap keluarga dapat berbentuk berbagai hal, seperti meningkatnya angka perceraian, pergeseran nilai-nilai tradisional, hingga kurangnya perhatian terhadap pendidikan anak dalam keluarga.

Kondisi ini sering diperparah oleh budaya individualisme dan materialisme yang semakin mengakar. Ketika anggota keluarga tidak lagi saling peduli dan lebih mementingkan diri sendiri, maka solidaritas dan rasa hormat antargenerasi pun hilang. Di sinilah kita perlu merefleksikan kembali pentingnya memperkuat institusi keluarga sebagai benteng pertama dari peradaban bangsa.

2. Merusak Sistem Pendidikan

Pendidikan adalah pilar utama yang membentuk kualitas sumber daya manusia sebuah bangsa. Namun, ketika sistem pendidikan dirusak—baik melalui penyalahgunaan kebijakan, komersialisasi, atau minimnya akses pendidikan yang merata—maka bangsa tersebut kehilangan kemampuan untuk mencetak generasi yang cerdas, kritis, dan bermoral.

Jarred Diamond secara tidak langsung mengingatkan bahwa pendidikan yang buruk menciptakan kebodohan massal. Kebodohan ini menjadi lahan subur bagi penyebaran hoaks, radikalisme, dan penurunan daya saing bangsa. Oleh karena itu, reformasi pendidikan harus menjadi prioritas utama untuk menjaga peradaban tetap tegak berdiri.

3. Menghapus Keteladanan Para Tokoh dan Rohaniawan

Keteladanan adalah cermin moralitas suatu masyarakat. Tokoh masyarakat, pemimpin, dan rohaniawan memiliki peran penting dalam menjadi panutan bagi rakyat. Ketika mereka gagal menjaga integritas atau justru terlibat dalam skandal, maka kepercayaan masyarakat akan hancur.

Di Indonesia, kita sering menyaksikan bagaimana kasus korupsi yang melibatkan pejabat publik atau penyimpangan perilaku tokoh agama menimbulkan kekecewaan mendalam di tengah masyarakat. Fenomena ini memperlihatkan bahwa krisis keteladanan bukan hanya masalah moral individu, tetapi juga ancaman serius bagi peradaban bangsa.

Refleksi untuk Bangsa Indonesia

Sebagai Ketua Paguron Jalak Banten Nusantara (PJBN) Kabupaten Tasikmalaya, saya meyakini bahwa menjaga peradaban bangsa memerlukan komitmen kolektif untuk melindungi tiga pilar utama ini. Tatanan keluarga harus diperkuat melalui nilai-nilai tradisional yang menanamkan gotong royong dan hormat antargenerasi. Sistem pendidikan harus dirancang untuk mencetak generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki integritas moral. Dan terakhir, para tokoh dan pemimpin harus menjaga kepercayaan masyarakat dengan memberikan keteladanan yang nyata.

Jarred Diamond telah mengingatkan kita bahwa peradaban besar di dunia hancur bukan karena serangan dari luar, tetapi karena kerusakan dari dalam. Indonesia, dengan segala keanekaragaman dan kekayaannya, memiliki potensi besar untuk terus maju. Namun, potensi ini hanya dapat diwujudkan jika kita bersatu menjaga pilar-pilar peradaban yang ada.

Kesimpulan

Merawat peradaban adalah tanggung jawab bersama. Jika kita lengah terhadap ancaman yang menghancurkan tatanan keluarga, pendidikan, dan keteladanan, maka kita sedang menggali kuburan peradaban kita sendiri. Sebaliknya, dengan memperkuat fondasi ini, Indonesia dapat terus melangkah sebagai bangsa yang bermartabat dan berdaya saing di mata dunia.

Tentang Penulis

ACEP SUTRISNA adalah Ketua Paguron Jalak Banten Nusantara (PJBN) Kabupaten Tasikmalaya, pemerhati sosial dan budaya, serta aktif dalam upaya pelestarian nilai-nilai tradisional untuk memperkuat peradaban bangsa.(***

Komentar