oleh

Meningkatkan Pemahaman Materi Tata Surya Dengan Penerapan Metode Kata Kunci (Index) Pada Pembelajaran IPA di Kelas VI SDN 1 Cikalang

Oleh : Rika Kurniawati, S.Pd. (Guru SDN 1 Cikalang – Kota Tasikmalaya)

BAB I PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah

Penyelenggaraan pendidikan pada dasarnya menyiapkan anak didik menjadi orang dewasa yang dapat berdiri sendiri, mampu menggunakan dan mengembangkan sendiri kemampuan(sikap, pengetahuan dan keterampilan) yang telah dimilikinya, serta bersama-sama masyarakat dapat mengeksplorasi dan memanfaatkan alam sekitarnya dengan bijaksana, serta mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di masa yang akan datang. Dengan demikian akan memberikan bekal hidup yang dapat dipakai kelak kemudian hari sebagai antisipasi masalah-masalah yang dihadapinya.

Menurut Rusyan(1992:15) “Prinsip belajar sambil bekerja”, pada hakikatnya belajar sambil melakukan aktivitas “Prinsip belajar sambil melakukan aktivitas sangat sesuai dengan mata pelajaran IPA yang menuntut peserta didik untuk mengerti bukan hanya tahu dan hafal saja. Dengan melakukan aktivitas maka pengetahuan, sikap dan perilaku akan berkembang sesuai dengan tuntutan pelajaran IPA yaitu menyiapkan anak didik menjadi dewasa yang dapat berdiri sendiri, mampu menggunakan dan mengembangkan sendiri kemampuan(pengetahuan dan keterampilan) yang telah dimilikinya ataupun bersama-sama dengan masyarakat mampu mengeksplorasi dan memanfaatkan alam sekitarnya dengan bijaksana serta mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Tuntutan proses belajar mengajar yang bermakna bagi peserta didik merupakan tuntutan yang bersandar pada teori psikologi yang dikemukakan oleh William Burton(Hamalik 2001:29), menyatakan bahwa: Exprincing means living through aktual situations and recting vigorously to various aspects of those situations for purpose apparent to the learner. Experience includes whatever one does or undergoes which results in changed values, meanings, atutudes or skill. Pengalaman diperoleh berkat lnteraksi antara individu dengan lingkungan.

Dalam pembelajaran IPA kelas VI pada dasarnya tidak semua materi dapat dirasakan langsung oleh peserta didik dengan cara interaksi antar individu dengan lingkungannya. Hal ini disebabkan terdapat beberapa materi yang tidak mungkin dapat dialami langung oleh siswa. Misalnya materi tentang tubuh manusia yang berisi tentang jantung, paru-paru, liver, hati, peredaran darah manusia dan lainnya yang hanya dapat dialami dan diamati langsung manakala peserta didik nanti berada di Fakultas kedokteran, atau juga materi tentang sistem Tata Surya.

Pada materi-materi di atas walaupun ada alat peraga yang berupa tiruan tubuh manusia dan tiruan bola dunia serta tiruan terjadinya proses tata surya namun pengetahuan peserta didik hanya bersifat hafalan belaka. Artinya materi yang ada bisa diadopsi oleh peserta didik tidak berdasarkan pengalaman langsung melainkan hanya berupa informasi dan uraian guru. Sedangkan dalam proses pengajaran unsur proses belajar memegang peranan penting, mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, bahwa kegiatan belajar hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar murid.  Oleh karena itu penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya masalah proses belajar murid, agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi murid. 

Berdasarkan uraian di atas penulis mengangkat masalah yang menyangkut masalah proses KBM yang efektif dan efisien dalam pembelajaran IPA, serta berdasarkan hasil studi awal yang penulis temukan pada peserta didik kelas VI SDN 1 Cikalang, data awal yang diperoleh pada tanggal 07 Januari 2019 menunjukan bahwa peserta didik kelas VI SDN 1 Cikalang, sebanyak 11 peserta didik(45,83%) tidak paham dan hafal susunan Tata Surya. Penulis beranggapan bahwa penyebab ketidaktahuan tersebut disebabkan oleh proses pembelajaran yang tidak sesuai karena materi hanya disampaikan dengan menggunakan teknik atau metode ceramah dengan bantuan alat peraga gambar, sehingga ketika peserta didik dites pada akhir pelajaran sebanyak 11 peserta didik tidak hafal urutan Tata Surya.

Hal inilah yang membuat penulis merasa menarik untuk mengangkat permasalahan tersebut ke dalam penelitian ini, mengingat pokok bahasan mengenai Tata Surya(Solar System) tidak hanya diajarkan di tingkat SD namun diajarkan pula di tingkat yang lebih tinggi hingga tingkat SLTA. Dengan demikian, pemahaman konsep dasar mengenai pokok bahasan Tata Surya di SD hendaknya dijadikan dasar yang kuat agar peserta didik tidak menemukan kesulitan untuk menguasai dan memahami konsep-konsep lain tentang Tata Surya pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Dalam karya tulis ini penulis menguraikan suatu bentuk model alternative pembelajaran IPA yang mengarah pada pemahaman konsep secara hafalan.sebagaimana yang dikemukakan oleh William Burton dalam Oemar Hamalik(2001:29) yang mengatakan: ”Experiencing means living through aktual situations and reeling vigorously to various aspect of those situations for purpose apparent to the learner. Experincing includes whatever one does or undergoes which results in changed behaviour, in changed values, meanings, attitudes, or skill”.

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan dan keterampilan, bersifat pendidikan, yang merupakan satu kesatuan di sekitar tujuan yang hendak dicapai oleh murid, pengalaman pendidikan bersifat kontinue dan interaktif membantu integrasi pribadi murid. Pada garis besarnya pengalaman itu terbagi menjadi dua:

  1. Melalui pengalaman langsung partisipasi sesungguhnya yaitu berbuat langsung dan atau melakukan kegiatan secara langsung.
  2. Pengalaman pengganti yaitu pengalaman yang didapatkan secara tidak lengsung.

Pengalaman tersebut di atas dapat diperoleh melalui berbagai cara antara lain:

  1. Observasi langsung
  2. Melihat kejadian-kejadian aktual, menangani objek-objek dan benda yang konkret.
  3. Melihat drama dan pantomimic.
  4. Melalui gambar: Melihat gambar hidup, dan melihat fotografi.
  5. Melalui grafik: Peta, Diagram, Grafik, dan Blueprint.
  6. Melalui kata-kata yaitu: Membaca dan mendengarkan.
  7. Melalui simbol-simbol teknis: Terminology, Rumus-rumus, Index(Oemar Hamalik 2001:30).

Yang menjadi perhatian penulis adalah pengalaman belajar peserta didik melalui index-index atau kata kunci, kata kunci atau key word(index) merupakan salah satu cara untuk memberikan pemahaman yang cepat dan tepat dalam pembelajaran jika materi yang diajarkan kepada peserta didik jauh dari jangkauan pemahaman dan logika siswa. Kata kunci pun digunakan jika dalam materi yang diberikan kepada peserta didik di sekolah tidak mempunyai alat peraga yang lengkap. Hal ini akan sangat membantu pemahaman peserta didik akan materi yang sedang diajarkan.

  • Pembatasan dan Perumusan Masalah
  • Pembatasan Masalah

Masalah yang terdapat dalam pelajaran IPA di SD begitu banyak, misalnya menyangkut materi yang terlalu tinggi untuk tingkat usia SD, alat peraga yang kurang memadai, guru yang tidak menguasai materi, teknik atau metode pembelajaran yang tidak sesuai dan lainnya. Penulis membatasi penelitian ini pada proses pembelajaran di kelas dengan metode penemuan terbimbing dalam pokok bahasan Tata Surya di kelas VI SDN 1 Cikalang.

Hal ini penulis lakukan karena Tata Surya sangat sukar diajarkan jika harus langsung dialami sendiri oleh siswa. Oleh karena itu sangatlah relevan dan tidak menyalahi prinsip belajar jika materi Tata Surya diajarkan hanya sebatas metode ceramah dan demonstrasi yang dilakukan oleh guru untuk memberikan pemahaman pada siswa, selain itu dengan metode kata kunci ingatan peserta didik akan lebih permanen.

  • Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana cara melaksanakan pembelajaran Tata Surya dengan menggunakan kata kunci pada siswa kelas VI SDN 1 Cikalang?
  2. Bagaimana hasil pelaksanaan pembelajaran Tata Surya dengan menggunakan kata kunci bagi peningkatan hasil belajar siswa kelas VI SDN 1 Cikalang?
  3. Hambatan apakah yang dialami siswa kelas VI SDN 1 Cikalang dalam pembelajaran Tata Surya dengan menggunakan kata kunci?
  • Tujuan dan Manfaat Penelitian
  • Tujuan Penelitian
  • Mengetahui cara melaksanakan pembelajaran Tata Surya dengan menggunakan kata kunci pada siswa kelas VI SDN 1 Cikalang.
  • Mengetahui hasil palaksaan pembelajaran Tata Surya dengan menggunakan kata kunci bagi peningkatan hasil belajar siswa kelas VI SDN 1 Cikalang.
  • Mengetahui hambatan dalam pembelajaran Tata Surya dengan menggunakan kata kunci yang dialami siswa kelas VI SDN 1 Cikalang.
  • Manfaat Penelitian
  • Manfaat untuk siswa:
  • Dapat meningkatkan pemahaman konsep dasar mengenai Tata Surya.
  • Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam  pembelajaran Tata Surya.
  • Manfaat untuk guru:
  • Dapat memberikan sumbangsih bagi guru-guru dalam meningkatkan teknik penyampaian materi pembelajaran Tata Surya.
  • Memperoleh model alternative sebagai teknik penyampaian materi pelajaran Tata Surya di kelas atau kelas lainnya.

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN

  1. Hakikat Perkembangan Intelektual Siswa SD

Perkembangan intelektual anak menurut Piaget dan Gagne, “Anak-anak mempunyai cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa”. Perkembangan intelektual anak berlangsung melalui perkembangan yang dimaksud Piaget sebagai skema yang merupakan penggambaran internal mengenai kegiatan fisik atau mental, untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Piaget menekankan bahwa aktivitas dalam menguraikan skema inilah yang membawa anak ke arah hubungan dengan lingkungan, sehingga menghasilkan perkembangan kognitif. Jalan yang ditempuh anak dalam interaksinya dengan lingkungan tergantung pada skema yang dimilikinya.

Piaget mengklafikasikan tingkat-tingkat perkembangan intelektual anak sebagai berikut:

  1. Tahan sensori motorik( 0 – 2 th)
  2. Tahap praoperasional(2 – 7 th)
  3. Tahap operasional kongkret( 7 – 11th)
  4. Tahap operasional formal(11-15 th)

Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan pada tingkat perkembangan intelektual anak pada tahap operasional kongkrit( 7 – 11 th) karena tahap ini sesuai dengan karakter perkembangan Intelektual siswa SD kelas V atau keles VI.  Di dalam tahap operasional kongkret, anak masih tergantung pada rupa benda, namun dia telah mampu mempelajari suatu hal. Dapat mempelajari kaidah mengenai konservasi dan menggunakan logika sederhana didalam memecahkan berbagai permasalahan yang selalu muncul setiap kali dia berhadapan dengan benda nyata.

Menyikapi uraian di atas penulis merasa ada kesesuaian teori belajar menurut Burner, yang mengungkapkan bahwa dalam proses belajar siswa sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda(alat berharga). Dengan alat peraga tersebut, siswa dapat melihat langsung bagaimana keteraturan serta pola yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya. Bruner mengemukakan bahwa dalam proses belajar siswa melewati tiga tahap yaitu:

  1. Tahap enaktif

Dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam memanipulasi objek.

  • Tahap ikonik

Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan dengan mental, tidak langsung menanipulasi objek, hanya merupakan gambaran dan objek-objek yang dimanipulasinya.

  • Tahap simbolik

Dalam tahap ini siswa memanipulasi simbol–simbol atau lambang-lambang objek tertentu.

  • Prinsip-Prinsip Belajar

Dalam proses pembelajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang sangat penting. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, bahwa kegiatan mengajar hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar murid. Oleh karena itu, penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar murid. Agar mereka dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi murid-murid.

  1. Pengertian Belajar

Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang “belajar”. Seringkali perumusan dan tafsiran itu berbeda satu sama lain. Dalam uraian ini terdapat beberapa perumusan, guna melengkapi dan memperluas pandangan kita tentang belajar, diantaranya sebagai berikut.

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman,(Oemar Hamalik, 2001: 27). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lama tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan dan latihan-latihan pembentuk kebiasaan secara otomatis dan seterusnya. Sejalan dengan perumusan di atas, ada pula tafsiran lain tentang belajar yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Dibandingkan dengan pengertian pertama maka jelas tujuan belajar itu prinsipnya sama yakni perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha pencapiannya. Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi antara individu dengan lingkungan. Dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar. Wiliam Burton,(dalam Hamalik 2001: 28), mengemukakan, bahwa: A good learning situation consist of a rich and varied series of learning experiences unified around vigorous purpose and carried on in interaction with a rich varied and propocutive environment. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

  1. Situasi belajar harus bertujuan dan tujuan-tujuan itu diterima baik oleh masyarakat. Tujuan merupakan salah satu aspek dari situasi belajar.
    1. Tujuan dan maksud belajar timbul dari kehidupan anak sendiri.
    1. Dalam mencapai tujuan itu, murid  senantiasa akan menemui kesulitan, rintangan, dan situasi-situasi yang tidak menyenangkan.
    1. Hasil belajar yang utama ialah pola tingkah laku yang bulat.
    1. Proses belajar terutama mengerjakan hal-hal yang sebenarnya. Belajar apa yang diperbuat dan mengerjakan apa yang dipelajari.
    1. Kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil belajar dipersatukan dan dihubungkan dengan dalam situasi belajar.
    1. Murid memberikan reaksi secara keseluruhan
    1. Murid mereaksi Sesutu aspek dari lingkungan yang bermakna baginya.
    1. Murid diarahkan dan dibantu oleh orang-orang yang berada dalam lingkungan itu.
    1. Murid-murid dibawa/diarahkan ke tujuan-tujuan lain, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan tujuan utama dalam situasi belajar.( Oemar Hamalik, 2001: 29)

Belajar adalah suatu proses: “Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai apa yang ingin dipelajari”.

  • Konsep Dasar Mata Pelajaran IPA di SD
  • Pengertian

Sekolah Dasar diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah(UUSPN 2003).

Untuk rnencapai tujuan tersebut diperlukan pendidikan dan pengajaran dan berbagai disiplin ilmu. Salah satu disiplin ilmu yang dikembangakan di SD yaitu mata pelajaran IPA. Mata pelajaran IPA diberikan kepada para peserta didik mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI, sesuai dengan kurikulum yang dibakukan pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, serta lebih disempurnakan lagi dengan dikeluarkannya Kurikulum 2013. Proses belajar mengajar yang berlangsung di SD termasuk muatan mata pelajaran IPA harus mengacu pada Kurikulum 2013.

IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitarnya, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan-gagasan. Selain hal tersebut di atas, mata pelajaran IPA dapat dijadikan program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dari menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

Tujuan Pelajaran IPA

Manusia adalah makhluk hidup yang aktif berkembang sesuai dengan budi dan daya manusia dalam menemukan teknologi untuk kemudahan hidupnya. Kesadaran akan pentingnya IPA harus dibangun sejak dini sehingga pada gilirannya nanti akan terbentuk masyarakat yang mampu menguasai teknologi serta mampu menghasilkan produk teknologi yang bermanfaat dan dapat menerapkannya dengan bijaksana.

Pelajaran IPA bukanlah suatu ilmu yang haras diterima dan dihafalkan oleh anak-anak, tetapi suatu alat untuk mengaktifkan anak-anak kepada sesuatu tujuan yang tertentu. Proses perolehan materi pelajaran IPA tidak hanya sebatas menghafalkan pendapat-pendapat para ahli-ahli, namun harus diperoleh dengan cara praktik sehingga dapat merangsang siswa mengadakan penyelidikan masalah-masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran.

Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar, tujuan muatan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD) adalah:

  1. Siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
  2. Siswa memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan dan gagasan tentang ajaran sekitarnya,
  3. Siswa mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar.
  4. Siswa bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri.
  5. Siswa mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
  6. Siswa mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan seharihan.
  7. Siswa mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa

Tujuan tersebut di atas, dapat dicapai jika dalam proses belajar mengajar, guru dapat menciptakan suasana yang kondusif. Diantaranya dengan menggunakan berbagai metode dan teknik yang  sesuai  dengan pokok bahasan. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.

  • Media Pengajaran

Penggunaan suatu media dalam pelaksanaan pengajaran membantu kelancaran efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan, sehingga pengajaran menjadi bermakna. Media pengajaran merupakan salah satu komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pengembangan sistem pengajaran yang sukses. Pengertian media pelajaran hampir sama dengan alat pengajaran dan alat peraga. Menurut Subroto(1984: 25) terdapat tiga sarana pendidikin yaitu:

  1. Alat pelajaran adalah alat yang digunakan secara langsung dalam pengajaran.
  2. Alat peraga merupakan alat pembantu pengajaran.
  3. Media pengajaran merupakan bagian dari sumber pengajaran yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar.

Secara khusus pemakaian media pengajaran bertujuan untuk:

  1. Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap dan keterampiian tertentu dengan menggunakan media yang paling tepat menurut karekteristik bahan.
  2. Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi, sehingga lebih merangsang minat peserta didik untuk belajar.
  3. Menumbuhkan sikap dan keterampilan tertentu dalam teknologi karena peserta didik tertarik untuk menggunakan /mengoperasikan media tertentu.
  4. Menciptakan  situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik.

Sedangkan fungsi media pengajaran secara umum adalah:

  1. Alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif
  2. Bagian integral dan keseluruhan situasi mengajar.
  3. Meletakan dasar-dasar yang kongkrit dan konsep yang abstrak sehingga dapat mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme.
  4. Membangkitkan motivas belajar peserta didik.
  5. Mempertinggi mutu belajar mengajar.
  6. Pengertian Tata Surya

Tata Surya merupakan suatu sistem yang terdiri atas matahari dan benda- benda langit yang beredar mengelilinginya. karena diedari oleh benda-benda mengelilinginya di sekitarnya, matahari dikatakan sebagai Pusat Tata Surya. Matahari merupakan bintang yang terdekat dengan bumi. Oleh karena itu, cahaya mataharilah yang banyak sampai di bumi. Bahkan, cahaya matahari merupakan sumber energi utama di bumi. Menurut penelitian para ahli, matahari merupakan bola gas yang sangat panas.

Bola gas itu terdiri atas 70% gas hidrogen 25% gas helium dan 5% unsur-unsur lain seperti gas oksigen, karbon, neon, besi, hidrogen, silikon, magnesium, nikel, dan belerang. Suhu permukaan matahari kurang lebih 6.000 °C, sedangkan bagian dalamnya dapat mencapai 15 juta °C. Diameter matahari kira-kira 109 kali diameter bumi dan terletak 150 juta km dari bumi. Selanjutnya jarak 50 juta km disebut sm astronomi.(Iskandar, MS., 1997)

Di inti matahari berlangsung suatu reaksi yang menghasilkan energi yang sangat besar. Reaksi itu merupakan reaksi penggabungan inti-inti ringan(hidrogen) memebentuk inti-inti berat(helium). Reaksi seperti itu selanjutnya disebut reaksi  fusi, reaksi fusi hanya dapat berlangsung pada suhu yang sangat tinggi. Dalam reaksi fusi setiap empat buah hidrogen membentuk sebuah helium dan disertai dengan pembebasan(pemancaran) energi yang besar. Energi hasil reaksi inilah yang dipancarkan matahari ke segala arah. Sebagian energi itu sampai di bumi dalam bentuk cahaya matahari.

Planet merupakan anggota Tata Surya yang berukuran besar. Planet melakukan dua gerakan sekaligus, yaitu mengelilingi matahari dan berputar pada sumbunya. Gerakan planet mengelilingi matahari disebut revolusi, sedangkan gerakan planet berputar pada sumbunya disebut rotasi. Setiap planet mempunyai periode revolusi dan periode rotasi tertentu. Periode revolusi adalah waktu yang diperlukan planet untuk mengelilingi matahari sekali puteran, sedangkan periode rotasi planet adalah waktu yang diperlukan untuk berputar pada sumbunya dalam sekali putaran. Dalam gerakannya mengelilingi matahari, setiap planet mempunyai garis edaran tertentu. Garis reaksi edar itu disebut orbit. Adapun bidang yang terbentuk oleh garis edar disebut bidang edar bumi atau ekliptika.

Sampai sekarang jumlah planet anggota tata surya yang telah diketahui ada 9(Sembilan) buah. Kesembilan planet itu adalah Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan pluto(Iskandar, MS., 1997).

BAB llI METODOLOGI PENELITIAN

  1. Pendekatan Penelitian

Rancangan penelitian yang akan dilakukan berbentuk Penelitian Tindakan Keias(classroom uction reseach), hal ini sesuai dcngan karakteristik penelitian tindakan kelas sebagaimana pendapat Suyanto(1997: 5) yang mengatakan bahwa: “Masalah penelitian yang harus dipecahkan berasal dan persoalan praktik pembelajaran di kelas”. Masih menurut Suyanto(1997: 4) bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas secara lebih proporsional.

Tujuan utama penelitian tindakan kelas yaitu perbaikan praktik pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh guru(Suyanto, 1997: 7). Oleh karena itu fokus penelitian tindakan di kelas berupa tindakan alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran di kelas.

  • Rancangan Penelitian

Penelitian ini secara sistem mengacu pada siklus kegiatan penelitian tindakan yang dikembangkan Kemmis dan Tagart(Suyanto, 1997) yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Yang pada akhir penelitian, penulis dapat menemukan satu model pembelajaran yang sudah valid berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan.

  • Tahapan Tindakan
  • Perencanaan Tindakan

Bedasarkan hasil studi awal pada siswa kelas VI SDN 1 Cikalang, penulis membuat perencanaan dengan cara menyusun rancangan untuk diterapkan sebagai solusi perbaikan pada kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan perolehan hasil belajar dalam pembelajaran IPA. Rencana pembelajaran dibuat, dilaksanakan, dan dievaluasi, selanjutnya penulis mengadakan kerjasama dengan kepala sekolah untuk memperbaiki pada tindakan kelas, selanjutnya jika pada tindakan kelas sebelumnya ditemukan kelemahan dan atau pada pemahaman susunan Tata Surya.

  • Peksanaan dan Pengamatan

Pada tahap pertama penulis bersama dengan kepala sekolah mengadakan sharring untuk mencoba membuat dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sedangkan pada tahap selanjutnya penulis bersama kepala sekolah mengadakan perbaikan dan mencari solusi untuk memecahakan persoalan yang ditemukan.

Pengamatan di lapangan dilaksanakan oleh penulis dan kepala sekolah sebagai teman sejawat untuk turut serta membekali pemecahan persoalan yang ditemukan.

  • Pemaknaan dan Refleksi

Refleksi berupa pemeriksaan hasil penelitian yang telah dilaksanakan bersama kepala sekolah. Data yang didapat digunakan untuk proses selanjutnya. Jika data akurat sesuai dengan tujuan penelitian, selanjutnya akan digunakan sebagai pedoman untuk siklus selanjutnya. Sedangkan data yang lemah dalam penelitian ini akan diperbaiki lagi dengan menggunakan tindakan-tindakan yang lain yang disesuaikan dengan keadaan dan kondisi kelas VI SDN 1 Cikalang. Sehingga pada akhir penelitian akan didapatkan satu model pembelajaran yang sudah valid, serta dapat digunakan pada tahun-tahun selanjutnya.

  • Revisi Rancangan

Penulis dan kepala sekolah akan merevisi semua tindakan yang telah dibuat dan dilaksanakan. Revisi yang dimaksud menyangkut hal-hal yang tidak sesuai atau yang kurang tepat dan tidak sejalan dengan tujuan penelitian ini.

  • Pelaksanaan Tindakan Ulang

Tindakan ulang dilaksanakan jika pada akhir siklus semua data yang didapat tidak sesuai dengan harapan penelitian ini. Hal seperti ini mungkin disebabkan oleh terdapatnya beberapa proses yang terlewat. Atau terdapat kesalahan dalam menafsirkan data maka siklus pun akan diulang dari awal sesuai dengan tujuan penelitian yang sedang dilakukan.

  • Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan instrumen penelitian berupa observasi, wawancara, dan tes kemampuan. Sedangkan teknik pengumpuian data diantaranya menggunakan:

  1. Pengamatan, untuk memperoleh data tentang pembelajaran Tata Surya di kelas VI SDN 1 Cikalang.
  2. Wawancara, untuk memperoleh data penyebab sukarnya pembelajaran Tata Surya yang dilaksanakan di kelas VI SDN 1 Cikalang.
  3. Catatan lapangan, untuk memperoleh data penelitian tentang pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada saat tindakan satu, dua, dan seterusnya.
  4. Studi dokumen untuk memperoleh data nilai pada pembelajaran Tata Surya siswa keias VI SDN 1 Cikalang.

Keempat teknik pengumpulan data tersebut dilaksanakan oleh peneliti dan dibantu oleh guru kelas VI, agar data yang didapat bersifat akurat sebingga validitas penelitian ini tidak diragukan hasilnya.

  • Analisis Data dan Pengecekan Keabsahan Data
  • Analisis Data

Setelah data terkumpul, kegiatan selanjutnya melakukan analisis dan interpretasi data melalui pengorganisasian data, mengatur data ke dalam satu pola, kategori dan satuan uraian dasar(Moleong. 2000: 190). Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, pemaknaan data, dan penyimpulan hasil penelitian. Data siap disajikan secara utuh setelah data tersebut diseleksi, difokuskan, dan disederhanakan serta diformulasikan. Hal tersebut dilaksanakan untuk menyajikan data yang lengkap. Analisis data dilakukan  setelah tindakan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat pengumpul data berupa observasi, wawancara dan tes kemampuan.

  • Pengecekan Keabsahan Data

Menurut Moleong(1994:175) pengecekan keabsahan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik di antaranya adalah: 1) Ketekunan pengamatan, 2) Perpanjangan keikutsertaan, dan 3) Trianggulasi dan pengecekan teman sejawat.

Dalam penelitian ini pengecekan keabsahan data menggunakan dua teknikyaitu trianggulasi dan pembahasan dengan teman sejawat. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Menurut Moleong(2000: 173) terdapat empat kriteria yang digunakan untuk pemeriksaan keabsahan data yaitu: 1) Derajat kepercyaan(credibility), 2) Keteralihan(transferability), 3) Kebergantungan(dependability), dan 4) Kepastian(confirmbility).

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

  1. Teknik Pengumpulan Data
  2. Teknik Observasi

Dalam pembahasan masalah yang penulis lalukan dalam penelitian ini, penulis menghimpun data/informasi dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi dengan tujuan untuk memperoleh data mengenai aktivitas yang dilakukan para peserta didik pada saat proses belajar mengajar serta perhatian peserta didik terhadap pelajaran yang disampaikan guru.

Pada saat penerapan model pembelajaran dengan menggunakan kata kunci yang penulis berikan pada peserta didik kelas VI SDN 1 Cikalang dalam pembelajaran IPA dengan pokok bahasan Tata Surya, penulis sekaligus mengamati keterlibatan aktivitas peserta didik selama berlangsungnya pelajaran, dengan dibantu alat peraga sederhana. Penulis berusaha membangkitkan minat melalui kegiatan-kegiatan pengamatan gambar-gambar yang terdapat dalam buku dan sumber lain. Data yang diperoleh melalui observasi langsung, penulis dapat mengamati perilaku peserta didik selama pembelajaran. Dengan mengikutsertakan peserta didik secara langsung dalam kegiatan mengenai susunan Tata Surya yang terbentuk dari alam raya berdasarkan teori big bang, peserta didik sangat antusias namun guru sangat susah untuk membawa peserta didik kepengalaman nyata. Keantusiasan tersebut dapat terlihat dati data yang penulis gunakan sebagai pedoman observasi sebagai berikut:

  1. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Peserta Didik

Dalam membahas masalah mengenai faktor-faktor yang menyebabkan peserta didik kurang memahami konsep dasar mengenai susunan Tata Surya, dari data yang penulis peroleh adalah sebagai berikut:

  1. Dalam teknik penyampaian materi, guru terkesan kurang kreatif, hanya mengandalkan metode ceramah dan alat peraga gambar sebagai alat bantu untuk memperkenalkan susunan Tata Surya.
  2. Kebanyakan peserta didik kurang memperhatikan penjelasan guru karena siswa merasa tidak termotivasi jika guru hanya memberikan pelajaran dengan metode ceramah.
  3. Keterlibatan peserta didik dalam proses belajar mengajar kurang, dan
  4. Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa secara keseluruhan untuk memberikan tanggapan tentang anggota Tata Surya. Fokus pembelajaranya hanya pada guru saja.

Faktor penyebab dari keempat temuan di atas adalah karena tidak tepatnya metode yang digunakan untuk pembelajaran IPA, materi yang harus disampaikan dengan praktek langsung sangat tidak mungkin. Kemudian dalam memperkenalkan anggota Tata Surya guru tidak mempunyai cara yang tepat, peserta didik hanya disuruh menghafal semua anggota Tata Surya tanpa memberikan solusi yang termudah untuk menghadapi, sehingga kesalahan oleh peserta didik merupakan kesalahan yang wajar karena metode yang digunakan tidak tepat.

  1. Upaya yang Dilakukan
  2. Perencanan

Sebagai upaya untuk mengatasi kesulitan siswa dalam memahami susunan Tata Surya, penulis menyajikan model alternativ yakni dengan menerapkan kata kunci dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan susunan Tata Surya. Pendekatan model kata kunci merupakan salah satu teknik dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk mengenal anggota Tata Surya dengan tepat, cepat, dan akurat. Adapun perencanaan langkah-langkah guru secara umum dalam penerapan model pembelajaran dengan menggunakan kata kunci adalah sebagai berikut:

  1. Guru secara klasikal menjelaskan terjadinya Tata Surya berdasarkan teori bigbang.
  2. Guru secara klasikal menjeiaskan mengenai jumlah Tata Surya.
  3. Guru secara klasikal menjelaskan masing-masing anggota Tata Surya.
  4. Secara individual guru memberikan tugas untuk mengisi lembar kerja.

Dalam model pembelajaran dengan menggunakan kata kunci guru beserta peserta didik membuat sebuah frasa yang diambil dari masing-masing suku kata pertama dari seluruh anggota Tata Surya kecuali Pluto.

  • Pelaksanaan
  • Guru menjelaskan proses terjadinya Tata Surya berdasarkan teori big bang.
  • Guru mengadakan tanya jawab dengan peserta didik tentang masalah sehari-hari yang mungkin sudah diketahui peserta didik, misalnya guru menanyakan dapat tidaknya manusia pergi ke Mars.
  •  Dan Tanya jawab seperti itu peserta didik diberi pengertian tentang maha luasnya alam semesta ciptaan Tuhan ini.
  • Selanjutnya peserta didik dikenalkan pada seluruh anggota Tata Surya
  • Guru membagikan LKS dan peserta didik diminta mengisi pertanyaan yang ada didalam LKS tersebut.
  • Peserta didik secara kelompok mengerjakan tugas yang diberikan guru.
  • Setelah peserta didik melaksanakan kegiatan, setiap perwakilan kelompok diminta mengemukakan hasil kegiatannya. Di sini peserta didik mengembangkan proses komunikasi. Hasil kegiatan peserta didik dibandingkan antara satu sama lain dan dibahas bersama.
  • Guru menjelaskan mengenai: (i) Bumi, (ii) Malahari, dan (iii) Bulan.

Hal ini dilakukan karena anggota Tata Surya yang paling dikenal oleh peserta didik adalah matahari, bumi, dan bulan.

  1. Kemudian guru menjeiaskan anggota tata Surya yang didalamnya terdiri dari Matahari, Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto.
  2. Kemudian penulis beserta peserta didik membuat kata kunci yang diambil dari suku kata pertama dari setiap anggota Tata Surya kecuali Pluto, yaitu Me, Ves, Bu, Mar, Yu, Sa, Ur, Ne, Pluto.
    1. Pembahasan Hasil

Setelah penulis melaksanakan pemebelajaran IPA dengan menggunakan kata kunci Me, Ve, Bu, Ma, Yu, Sa, Ur, Ne, Pluto, hasil yang diperoleh peserta didik memiliki pengetahuan praktis yang dapat diterapkan dalam memahami anggota Tata Surya.

Adapun hasil yang diperoleh penulis, melalui pengumpulan data teknik analisis dokumen, sebagai studi banding nilai yang diperoleh peserta didik dari guru kelas VI dengan nilai yang diperoleh setelah penerapan mode1 pembelajaran dengan menggunakan kata kunci pada pokok hahasan Tata Surya adalah sebagaimana terlihat pada tabel berikut  ini:

Menyingkapi permasalahan yang penulis temukan di lapangan, dan menanggapi landasan teori yang penulis sajikan dalam Bab II, maka berdasarkan hal tersebut penulis menyimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar dapat tercipta dengan kondusif bila seluruh aspek atau komponen belajar yang diperlukan saling mendukung dan menunjang, diantaranya, teknik guru dalam menyampaikan materi, media yang digunakan, motivasi belajar peserta didik, model pembelajaran.

Hal tersebut perlu diperhatikan dan dipersiapkan sebelumnya agar dapat menciptakan situasi dan kondisi yang efektif dan efisien. Dalam penggunaan alat peraga sebagai penunjang keberhasilan yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, guru dapat menggunakan alat-alat peraga sederhana yang ada di lingkungan sekitar dan dikenal anak serta memiliki huhungan dengan pokok pembahasan. Namun dalam pokok bahasan Tata Surya, alat peraga yang ada di sekolah atau yag ada di lingkungan anak tarasa sangat kurang karena materinya memang sangat jauh dari kehidupan nyata peserta didik sehari-hari, baik secara bagian perbagian maupun secara keseluruhan materi.

Oleh karena itu hendaknya dalam kegiatan belajar mengajar guru memiiki kreatifitas dan teknik penyampaian yang variatif dalam menyampaikan materi pembelajaran agar dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar peserta didik, sehingga tujuan dapat tercapai dengan optimal.

Perolehan nilai peserta didik dalam tes awal dan tes akhir pada tabel di atas menunjukan perbedaan yang sangat signifikan, rata-rata nilai yang diperoleh pada tes awal sebelum diperkenalkan kata kunci(Pertemuan ke-1) adalah 61,67, sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik pada tes akhir setelah diperkenalkan kata kunci(Pertemuan ke-2 ) adalah 87,08. Dari tes awal dan tes akhir di atas terdapat selisih sebesar 25,41 yang mengindikasikan bahwa pembelajaran IPA Pokok Bahasan Tata Surya dengan menggunakan key word atau kata kunci lebih berhasil dibandingkan dengan metode ceramah pada materi yang sama. Pada dasarnya metode ceramah tidaklah jelek namun untuk pembelajaran IPA yang memerlukan ketekunan dan ketelitian yang tinggi metode ceramah menjadi kurang efeklif.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

  1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan berbagai hal tentang salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar di kelas adalah metode mengajar. Cara mengajar yang konvensional tidak cukup efektif dan efisien bila hanya dengan proses belajar duduk, dengar, catat dan hafal(DDCH). tetapi perlu dikembangkan dengan mengikutsertakan peserta didik dalam proses pembelajaran agar dapat menumbuhkan minat dan motivasi serta kreatifitas peserta didik. Selain itu ditunjang dengan bantuan media pengajaran(alat peraga) lebih cepat mendukung keberhasilan yang optimal dalam mencapai tujuan pembelajaran. Karena dengan menggunakan alat peraga yang dikenalkan pada peserta didik dapat meningkatkan perkembangan intelektual peserta didik sesuai dengan yang dikemukakan oleh Piaget dan Bruner.

Selain alat peraga yang efektif dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik, proses pembelajaran dengan menggunakan kata kunci dapat menyimpan memori di alam bawah sadarnya sehingga ketika kata kunci itu disebutkan maka terbayanglah materi yang sebenarnya yang berada di balik kata kunci tersebut, khusus mengenai IPA. Tujuan pendidikan IPA bukan hanya untuk memahami pengetahuan tentang faka-fakta, konsep-konsep dan pengertian IPA saja, melainkan juga untuk mengembangkan keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk mencapai pengetahuan itu. Hakikat pembelajaran IPA itu sendiri adalah pengembangan produk dan pengembangan proses belajar menuju kepada pemahaman yang telah baik tentang keadaan alam yang diciptakan oleh Tuhan untuk kebutuhan seluruh umat manusia. Secara rinci kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Pelaksanaan pembelajaran Tata Surya dengan menggunakan kata kunci pada peserta didik kelas VI SDN 1 Cikalang dimulai dengan merumuskan kata kunci antara peserta didik dan guru yaitu dengan mengambil satu suku kata depan pada setiap anggota Tata Surya yaitu: Me, Ves. Bu, Mar, Yu, Sa, Ur, Ne, Pluto.
  2. Hasil pelaksanaan pembelajaran Tata Surya dengan menggunakan kata kunci bagi peningkatan hasil belajar peserta didik kelas VI SDN 1 Cikalang, sangat kondusif semua peserta didik(100 %) dapat menyebutkan seluruh anggota Tata Surya dengan benar.
  3. Tidak terdapat hambatan yang berarti yang dialami peserta didik di kelas VI SDN 1 Cikalang dalam pembelajaran Tata Surya dengan menggunakan kata kunci, hal ini disebabkan karena pada waktu pembuatan kata kunci penulis melibatkan peserta didik sehingga kata kunci yang didapat merupakan hasil kerja yang didapat secara bersama-sama.
  4. Saran-saran

Saran-saran yang penulis kemukakan pada kesempatan ini sebagai suatu bahan pertimbangan dan mudah-mudahan dapat dijadikan landasan pemikiran untuk turut serta meningkatkan mutu pendidikan. Adapun saran-saran yang penulis kemukakan sebagai berikut:

  1. Hendaknya dalam menyampaikan materi pelajaran, khususnya mata pelajaran IPA, guru menampilkan teknik yang variatif dan mengutamakan dimensi proses.
  2. Menggunakan alat peraga sederhana yang mudah dikenal dan diperoleh anak.
  3. Peserta didik diikutsertakan dalam melakukan percobaan.
  4. Diusahakan untuk setiap materi yang sulit dibedakan satu dengan yang lainnya, guru membuat key word(kata kunci ) agar lebih mudah dipahami dan diingat peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Djauzak. 1996, Pedoman Pelaksanan PBM di SD, Jakarta: Depdikbud

Depdikbud, 1994, Kurikulum Pendikan Dasar, Jakarta: Depdikbud

………………, 1999, Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar mengajar Kelas VI                          Sekolah   Dasar, Jakarta: Depdikbud

Djamariah, BS dan Azwan Zain, 1997, Slrategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hadiat, 1989, Taskas IPA, Manusia dan Lingkungannya untuk SD Kelas VI, Bandung: C V Rosda Karya

Hamalik, Oemar. 2001, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi aksara

Iskandar, MS., 1997, Pendidikan Ilmu Pengelahuan Alam, Jakarta: Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Keraf, Gorys, 1994, Komposisi, Fiores: Nusa Indah

Koes H, Supriyono dan Prabowo, 1999: Konsep-konsep Dasar IPA, Jakarta: Depdikbud

Moleong, Lexy J, 2002, Meiodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya

Nasution I Noehi. Drs. MA. Budiastra. A. A. Ketut. Drs. M. Ert. Dkk, 1998, Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Depdikbud.

Raharjo Enni. Dra, dkk., 1994, ilmu Pengetahuan Alam untuk SD kelas V,    Bandung: PT. Sarana Panca Karya.

Rusyan AT. Drs. Mulyana/ E. Drs, 1995, Pedoman mengajar Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: PT. KartaNegara.

Sumantri ivulyani. Permana Johar, 1998, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.

Suwandi, 2001, Strategi Belajar Mengajar IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.

Komentar