Oleh:Hesti Y.Pala’langan, S.Pd. M. Sn
Toraja, Indonesia Mountain Eden adalah salah satu julukan yang sempat dicetuskan oleh seorang penulis buku tentang Toraja terbitan Singapore Times Edition. Kebudayaan Toraja yang merupakan warisan dari para leluhurnya sudah di kenal oleh wisatawan mancanegara maupun domestik. Bahkan karena bernilai tinggi budayanya,( menurut para peneliti dari luar negeri / dalam negeri ) materi tentang kebudayaan Toraja sering menjadi bahan riset dari para peneliti dari luar negeri terutama Eropa. Dengan latar belakang kebudayaan yang sangat kental akan nilai ritual, sakral, artistik serta eksotis dan juga ditunjang oleh warisan sumber daya alam pegunungan yang menawan, bukan berlebihan kiranya, kalau Toraja memang menjadi salah satu destinasi pariwisata unggulan di kawasan pintu gerbang wilayah Indonesia Timur.
Pariwisata Toraja pernah mencapai masa kejayaan dahulu, pada kurun waktu tahun 1980-1990an. Saya ingat waktu itu saat sy masih remaja membaca di salah satu harian, surat kabar nasional, Toraja sempat di daulat menjadi urutan ke 2 destinasi pariwisata negara Indonesia, setelah Bali di urutan pertama.
Namun, berapa dekade ini, nama pariwisata Toraja kurang terdengar gaungnya lagi. Kondisi di Toraja pun seperti memang memberikan alasan yg jelas dengan fakta – fakta yang nyata dan ada baik dari sisi kehidupan bermasyarakat maupun dari bentuk nyata pembangunan pembangunan fisik yang seharusnya serius ditangani, untuk menunjang produk unggulan yang di miliki oleh Toraja yaitu, kearifan lokal, kebudayaannya yang menyangkut tradisi, adat istiadat turun temurun , termasuk juga seni tradisinya dan tentunya juga yang pasti membuat kagum adalah sumber daya alam di Toraja yang merupakan berkat dari Tuhan. Semua aspek tersebut, kesemuanya itu harus memang di syukuri dengan di manage dan dikelola dengan sebaik- baiknya sbagai ungkapan syukur yang kita kembalikan ke Tuhan, dan tentunya juga akan bisa menjadi berkat bagi masyarakat Torajanya sendiri.
Kemudiandikaitkan dengan ada bandara di Toraja, pilkada Desember 2020 ini dan terbentuknya FDBT (Forum Diskusi Budaya Toraja). Kita patut bersyukur pada tahun ini telah diresmikan bandara di Toraja. Bandara yang awalnya bernama Bandara Buntu Kunik, saat ini menjadi TORAJA AIRPORT yang diresmikan di bulan Agustus 2020, terletak di wilayah Mengkendek, Kab.Tana Toraja. Kita semua, khususnya masyarakat Toraja di kedua Kabupaten,baik itu Kab.Toraja Utara maupun Kab Tana Toraja, sangat berharap ini akan menjadi langkah awal yg baik bagi perkembangan kemajuan pariwisata Toraja khususnya. Di dukung oleh tahun ini di laksanakana Pilkada bulan Desember ini semoga pariwisata dan kebudayaan sbagai modal dasar pendukung pariwisata Toraja, mendapatkan porsi perhatian yang lebih besar untuk di garap oleh para pemimpin baru di Toraja ini nantinya.
Saat ini sangat terasa bahwa revitalisasi atau pun konservasi serta pemetaan segala hal tentang kearifan lokal juga kebudayaan Toraja belum dikelola atau di manajemen dengan baik. Pun sama juga dengan bidang pariwisatanya, yang belum terlihat greget lebih seriusnya dalam penanganannya. Untuk itulah harapan kami, kepada para pemangku dan pengambil kebijakan yang akan terpilih nantinya, supaya lebih bisa care , memiliki rasa peduli yg LEBIH untuk MERAWAT dan PEDULI akan Kebudayaannya yang merupakan warisan leluhur yang patut di jaga, dipelihara. Dan jika memang seiring dengan perkembangan jaman, dan proses akulturasi, serta inovasi yang ada, kebudayaan kita ini yang memang harus mengalami perkembangan, ya tetap seyogyakan diakomodir dengan sebaik baiknya, bukan berkembang menjadi budaya yg terlalu lepas dari nilai nilai yang dianut, sehingga bisa menghilangkan identitas yang merupakan jati diri suku bangsa atau etnis Toraja.
Bicara tentang merawat dan memanage kebudayaan dan pariwisata adalah memang bukan hanya tugas pemangku dan pengambil keputusan saja. Peran serta masyarakat dan kaum intelektual Toraja sangat dibutuhkan. Salah satu hal yang patut disyukuri pada masa pandemi ini adalah banyak munculnya ruang diskusi secara virtual, tidak ketinggalan pula di kalangan kaum intelektual Toraja.
Terbentuknya Forum Diskusi Budaya Toraja (FDBT), pada bulan September 2020, seperti menjadi angin segar yang bisa memberikan rasa nyaman pada kebudayaan Toraja tercinta, juga menjadi satu ruang kerinduan untuk menggali, mengangkat tema dan topik2 yg berbeda. FDBT ini pada awalnya hanyalah sebuah WAG biasa, namun setelah banyak yang bergabung dan berasal dari banyak kalangan yaitu dari masyarakat biasa , para intelektual, kalangan rohaniawan sampai juga para birokrat akhirnya kami sepakat mengadakan kegiatan Webinar FBDT seri 1 pada bulan November tgl 14 dan akan lanjut setiap bulannya satu kali webinar dengan tema tentang kebudayaan Toraja.
Banyak hal yang ada dan terjadi bagi Toraja di tahun ini, saya yakini ini adalah rencana Tuhan yang terbaik bagi Toraja kami tercinta. Dari sisi internal, Toraja butuh kekompakan dan sinergi yang baik antara para birokrat, kaum intelektual dan masyarakat Torajanya dan, dari sisi eksternal kami butuh perhatian dan dukungan serius dari pihak pemerintah pusat terutama bagi sektor unggulan kami yaitu kebudayaan dan pariwisata.
Harapan saya , dengan tahapan dan proses sinergi yang baik di antara masyarakat Toraja dari berbagai kalangan dan kesungguhan perhatian serius dari pemerintah pusat, maka akan mengangkat kebudayaan Toraja lebih baik lagi, sehingga berdampak pada perkembangan kemajuan pariwisata Toraja tercinta. Pariwisata Toraja jika sudah dikelola dengan baik dan sebenar-benarnya, maka akan menjadi pintu gerbang primadona pariwisata di wilayah Indonesia timur.
Saya berterima kasih atas respon positif Bunda Ratu Dr Nining Suningrat,SH,MH selaku penasehat Istana Adat yang memang merupakan lembaga adat yang menaungi masyarakat adat di seluruh Nusantara tercinta ini yang beraneka ragam budaya dan adat istiadat dengan kearifan lokal di daerah tersebut, terutama dalam menyongsong bangkitnya kebudayaan toraja sebagai modal dasar pendukung kembalinya TORAJA yang merupakan salah satu primadona pariwisata di kawasan pintu gerbang Indonesia Timur. Semoga. (***)
Komentar