Oleh: Hermanto (Guru SDN Babakan Pendey – Kota Tasikmalaya)
TAHUN ajaran 2020-2021 sudah berjalan hampir sembilan bulan lamanya, dan sampai saat ini belum ada tanda-tanda bahwa pembelajaran akan dilakukan secara tatap muka. Covid 19 masih menghantui dimana-mana, bahkan grafiknya bukan semakin menurun tapi justru malah sebalaiknya. Semakin hari semakin banyak masyarakat yang terpapar oleh virus ini. Hal ini pulalah yang mendasari pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan masih belum mau memberikan rekomendasi untuk pelaksanaan pembelajaran tatap muka. Tentu saja semua ini dilakukan untuk melindungi seluruh warga masyarakat terutama anak-anak agar tidak terpapar dan menjadikan sekolah sebagai cluster baru penyebaran covid 19.
Dengan keadaan seperti ini guru tentunya dituntu untuk mampu merancang model pembelajaran yang efektip dan efisien agar materi pelajaran dapat tersampaikan dnegan maksimal kepada peserta didik. Model pembelajaran yang tepat akan mampu mengakomodir kebutuhan guna tercapainya pembelajaran yang optimal. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa model pembelajaran sendiri dapat diartikan sebagai suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan sistem belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran sebagaimana yang di kemukan oleh Saefudin dan Berdiati.
Penggunaan model daring dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh banyak dikeluhkan karena tidak optimal dalam kegiatan pembelajarannya. Banyak kendala yang timbul ketika menerapkan model pembelajaran dalam jaringan. Mualai dari ketiadaan perangkat yang dimiliki oleh siwa, bertambahnya pengeluaran guna pem,belian quota dan pulsa. Belum kendala jaringan dimana di beberapa daerah masih ada yang kesulitan untuk mendapatkan sinyal telekomunikasi. Untuk mengatasi itu semua kitabisa menerapkanb model pembelajaran blender learning. Dimana kita memadu kan pembelajaran daring sebagai model utam utama dan ditunajang dengan pembelajaran luring terbatas sebagai model pem,belajaran penunjang.
Dengan model pembalajaran belnded learning kita bisa menyioasati permasalah kesulitan sinyal atau siswa yang tidak memiliki perangkat dengan kegiatan pembelajaran luring terbatas. Kegiatan luring atau luar jaringan terbatas disini artinya, kita bisa melkukan home visit dengan penerapan protokol kesehatan ketat. Namun tidak seluruh siswa kita lakukan secara luring terbatas karena memang dikhawatirkan apabila dilakukan kepada seluruh siswa maka bisa terjadi penularan atau malah terpapar oleh covid 19 baik siswa maupun gurunya. Jadi luring bagi siswa hanya dilakuakn bagi seuruh siswa hanya untuk kegiatan tertentu. Seperti pengumpulan tugas, atau pengambilan buku pembelajaran. penerapan model blended learning dengan luring terbatas ini diutamakan bagi siswa Sekolah Dasar.
Siswa sekolah dasar karena masih berada di fase operasional konkrit ketika diterapkan model pembelajaran daring, hasilnya tidak akan seoptimal dan semaksimal siswa di SLPT maupun di SLTA. Oleh karena itu penerapan model pembelajaran blended learning ini dimanfaatkan untuk memenuhi target pembelajaran.
Penyusunan model pembelajaran blended learning yang baik dan dikuti pula dengan pembuatan sintaks yang jelas, terarah dan terkonsep dengan baik pula maka akan menghasilkan kegiatan pembelajaran yang baik. Optimal dalam hasil dan maksimal dalam capaian materi pembelajaran. Dengan ketercapaian materi yang baik maka diharapkan ketika pandemi berlalu dan memungkinkan lagi untuk tatap muka siswa tidak lagi terkaget-kaget dengan materi pembelajaran dan kebiasaan belajar. Kebiasan belajar siswa tetap terjaga dengan baik dan mampu melanjautkan pembelajran saat tatap muka dengan baik.(***
Komentar