Jakarta,LINTAS PENA—Partai Solidaritas Indonesia (PSI) angkat bicara soal rencana impor beras yang akan dilakukan pemerintah. PSI menilai rencana ini tidak selaras dengan klaim Menteri Pertanian bahwa pasokan beras dalam negeri aman.
Wakil Sekjen DPP PSI Nanang Priyo Utomo dalam keterangan tertulisnya mempertanyakan terbitnya Surat Persetujuan Impor (SPI) yang diterbitkan pemerintah. Menurut Nanang impor ini aneh dan akan memiliki efek domino ke petani.
“Aneh saja, BPS memproyeksikan produksi beras kita naik dari 31,26 juta ton menjadi 32,07 juta ton tapi kita malah impor. Kalau produksi naik kita tambah impor pasti terjadi over stok dan harga panen petani akan rendah” ujar Nanang.
Lebih lanjut Nanang mempertanyakan klaim Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang menyatakan bahwa pasokan beras aman. Mentan dalam keterangannya pada (28/10) menjelaskan bahwa peoduksi pada panen pertama 18 juta ton lebih dan panen kedua sekitar Agustus 13 juta lebih. Artinya produksi beras 32 juta ton lebih dari kebutuhan 30 juta ton.
“Mentan bilang produksi kita 32 juta ton lebih. Tapi BULOG hanya punya stok 600 ribu ton. Kurang 500 ribu ton. Terus beras itu kemana larinya?” ujar Nanang setengah bertanya.
Nanang mengungkapkan selama tiga tahun terakhir Indonesia sudah tidak melakukan impor beras konsumsi (medium). Karenanya keputusan impor dipertanyakan sebab dalam periode tersebut jumlah produksi beras dibawah 32 juta ton.
“Datanya sudah jelas produksi 2020 dan 2021 tidak sampe 32 juta ton dan kita bisa tidak impor. Sekarang koar-koar produksi naik tapi malah impor. Itu artinya Kementan gagal mengantisipasi pasokan” ujar Nanang.
Nanang mewanti-wanti agar impor yang akan dilakukan tidak membuat harga panen petani turun. Menurut Nanang biaya produksi sudah terncam naik akibat pengurangan subsidi pupuk sehingga kalau harga turun maka nilai usaha tani akan menurun.
Sebagai informasi Perum Bulog mendapatkan penugasan impor beras sebanyak 500 ribu ton sejak Desember 2022 lalu. Beras impor tersebut didatangkan dari Vietnam, Thailand, Myanmar, dan Pakistan. Beras impor itu didatangkan untuk memenuhi kebutuhan cadangan beras pemerintah (CBP).
Diperkirakan beras impor yang telah masuk gudang Bulog mencapai 470.000 ton. Artinya masih tersisa sekitar 30 ribu ton lagi, dari total impor 500.000 ton. Diharapkan tambahan pasokan impor tersebut dapat meredam gejolak harga yang masih terjadi di tengah masyarakat.(REDI MULYADI)****