oleh

Pansus Dana Janggal Rp 349 Triliun dan RPTRA Kalijodo yang Rusak

Oleh: Andre Vincent Wenas,MM,MBA. Direktur Eksekutif Lembaga Kajian PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta.

DUA peristiwa berbeda, yang satu soal dana janggal Rp 349 triliun dan satunya soal RPTRA Kalijodo yang rusak. Fasilitas ini dibangun Ahok – Djarot untuk menggantikan tempat prostitusi, kawasan remang-remang kelas bawah. Keduanya dikhawatirkan bakal terbengkalai manakala diabaikan (dengan sengaja) oleh mereka yang terlibat, apalagi oleh mereka yang punya kepentingan.

Soal RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak) Kalijodo dulu. Dari laporan Prasetyo Edi Marsudi (Ketua DPRD Jakarta) dan dari kunjungan lapangan Djarot Sjaiful Hidayat ke situ lalu diunggah ke akun instagramnya kita jadi tahu bahwa RPTRA Kalijodo rusak dan telah kembali jadi tempat prostitusi.

RPTRA ini sengaja dibengkalaikan semasa pemerintahan Anies Baswedan di Balai Kota Jakarta. Padahal kerap dapat peringatan dan kritikan tajam dari fraksi PSI di parlemen Jakarta. Berkali-kali diingatkan, tapi tak dihiraukan. Budeg.

RPTRA bukan jadi tempat yang ramah anak, tapi jadi tempat yang ramahnya buat Oom Senang dan Tante Girang. Anies tidak ambil pusing dengan kejadian ini.

Lalu soal gonjang-ganjing dana janggal Rp 349 triliun yang bikin heboh itu. Transaksi pencucian uang katanya. Perlu dicuci uang itu lantaran kotor tentunya. Begitu khan logikanya.

Sampai-sampai parlemen pusat (DPR-RI) di Senayan mau bikin panitia khusus (pansus) untuk melakukan pendalaman masalah, alias memeriksa dengan seksama.

Seksama artinya teliti dan transparan, untuk itu perlu dibentuk pansus. Lantaran sewaktu mengangkat kasus ini di DPR kemarin, Menko Polhukam Mahfud MD, dicecar cukup kencang oleh sebagian anggota parlemen.

Makanya muncul wacana dari angggota parlemen sendiri untuk meminta PSI (Partai Solidaritas Indonesia) yang selalu kritis untuk mengawal kerja pansus itu.

Walau PSI masih merupakan parpol non-parlemen, tapi rupanya dipercaya oleh parpol parlemen untuk mengawal kerja pansus yang bakal dibentuk itu.

Mungkin saja sebagian parpol parlemen itu menduga ada keterlibatan parpol parlemen lainnya dalam skandal pencucian uang yang kotor tadi. Walahuallam.

Jangan sampai saat mendalami masalahnya pansus tadi malah tenggelam di kedalaman yang bak labirin membingungkan serta meyesatkan.

Kedua fenomena ini nampaknya ada persamaannya, sama-sama telah terjadi pembiaran sekian lama oleh mereka yang “merasa punya kuasa” untuk ikut bermain. Disangkanya negara ini mereka mampu kendalikan sesuai kepentingan sempit mereka.

Sekarang saatnya semua skandal itu dibongkar.

“You can fool all the people some the time, and some of the people all of the time, but you can not fool all the people all the time.” – Abraham Lincoln

Jakarta, 9 April 2023