oleh

Pembangunan IKN Memang “Relatif Cepat” Tapi Sama Sekali Tidak Terburu-buru

Oleh: Andre Vincent Wenas,MM,MBA., (pemerhati masalah-masalah ekonomi dan politik.)

Banyak yang berkomentar, “Ngapain ngerjain proyek IKN kok terburu-buru, grasa-grusu?”

Terhadap komentar seperti ini sebetulnya mudah sekali untuk dijawab. Proyek IKN sama sekali tidak terburu-buru, tidak grasa-grusu, dan tidak tergopoh-gopoh. Karena memang begitulah faktanya.

Wacana tentang perpindahan ibu kota negara ini – singkat cerita – digagas justru pertama kali oleh Bung Karno. Lalu sempat diwacanakan kembali oleh Pak Harto, tapi rencana rencana perpindahan ini seperti stagnan.

Begitu pula oleh para penggantinya, dengan berbagai alasan. Tentu alasan masing-masing masuk akal. Sesuai dengan kondisi dan tantangan masing-masing. Berputar-putar di lingkaran wacana.

Baru pada era kepemimpinan Presiden Joko Widodo wacana pemindahan ibu kota negara ini terealisasi. Terwujud jadi kerja nyata di lapangan. Bukan lagi sekedar gambar indah di meja desain arsitektur. Tapi terwujud dalam rancang bangun Teknik sipil dengan perpaduan karya seni maestro Nyoman Nuarta. Dan akhirnya cucuran keringat para pekerja proyek.

Baru kemarin bilah terakhir dari struktur sayap garuda yang megah itu akhirnya terpasang dan menaungi istana kepresidenan. Semua senang bercampur haru mengiringi rasa bangga. Salut. Persiapan perayaan peringatan hari kemerdekaan RI ke-79 nanti sudah semakin matang.

Proyek pembangunan IKN ini sekali lagi bukan pekerjaan setahun dua tahun, dan tidak dikerjakan dengan buru-buru. Mulai sejak wacana ini digulirkan tahun 1950-an sampai perumusan Undang-Undang IKN di DPR di masa pemerintahan Jokowi, sampai roda-roda alat berat bergerak realisasi pada tahun 2022 sampai nanti tuntas di 2045 semua sesuai tahapan rencana.

Tahapan realisasi dibagi menjadi 5 fase. Dicacah agar mudah dikunyah dalam kerja-kerja lapangan.  Fase pembangunan pertama tahun 2022-2024, disebut dengan pemindahan tahap awal. Ini sedangn dikerjakan dan hamper tuntas.

Fase kedua periode 2025-2029, disebut dengan pembangunan IKN sebagai area inti yang tangguh. Fase ketiga 2030-2034 disebut melanjutkan pembangunan IKN dengan lebih progresif.

Fase keempat 2035-2039 membangun seluruh infrastruktur dan ekosistem tiga kota untuk percepatan pembangunan Kalimantan. Dan fase kelima 2040-2045 mengokohkan reputasi IKN sebagai kota dunia untuk semua.

Begitulah, dicacah jadi 5 fase, mulai dari tahun 2022 lalu sampai nanti tahun 2045. Bertahap. Jadi apanya yang terburu-buru?

Gagasan Bung Karno yang direalisasikan oleh Jokowi ini telah melalui hitungan cermat yang berujung keberanian bertindak. Tindakan yang didasarkan tatapan visioner jauh ke masa depan.

Saking visionernya membuat tidak semua orang bisa memahaminya pada kondisi kondisinya masing-masing. Tapi semua kritik dan perdebatan soal IKN saat ini dipandang sebagai hal positif yang menunjukkan kepedulian dan keterlibatan masyarakat luas terhadap inisiatif perpindahan ibu kota negara.

Perpindahan ibu kota negara dipandang sebagai bagian integral dari proses revolusi mental bangsa. Bukan sekedar pembangunan fisiknya saja, tetapi lebih dalam dari segi mental kultural yang berdampak pada perubahan paradigmatik, perubahan sikap mental bangsa.

Adanya protes atau kritisakan, bahkan nyinyiran dan hinaan adalah hal biasa dalam manajemen perubahan. Gravitasi ini memang nyata dan memang perlu juga. Dalam “change management” disebut sebagai faktor control (pengendali) yang bisa menancapkan jangkar agar kita tidak hanyut mengawang-ngawang di alam khayal.

Namun suatu terobosan perlu diambil agar bangsa ini keluar dari paradigma lama “kita masih belum siap” dengan segala justifikasinya. Proyek besar IKN ini mau tidak mau telah menggeret mental bangsa untuk jadi revolusioner dan progresif. Menyeret kita semua ke terra-incognita yang menantang adrenalin anak bangsa.

Event peringatan hari kemerdekaan yang hybrid (di IKN dan di Jakarta) adalah suatu bentuk perayaan (celebration) yang dalam change-management diperlukan untuk menjaga momentum perubahan itu . Dengan selebrasi-selebrasi kecil di setiap tahapan bakal menyemangati kita dan merawat antusiasme bangsa.

IKN ini proyek bersejarah. Pertaruhannya terlalu besar untuk dibiarkan mangkrak. Point of no return, tak ada kamus mundur lagi.

Sekali lagi, proyek IKN ini sama sekali tidak terburu-buru. Tapi proyek ini berjalan sesuai jadwal (on-time dan on-track).  Apakah karena sesuai jadwal maka dibilang buru-buru? Walahulallam. Mungkin ini yang perlu direvolusi mental, yaitu mental lambat asal telat lalu mangkrak.

Mulailah membiasakan diri untuk berpikir kritis dan positif. Merdeka! Merdeka dari kebuntuan berpikir.

Jakarta, Selasa 23 Juli 2024

Komentar