oleh

Pembelajaran Kolaboratif di Kelas V SDN 2 Tugu Kota Tasikmalaya

Oleh : Fauzi Badruzzaman, M.Pd. (Guru Kelas V SDN 2 Tugu Kota Tasikmalaya)

WABAH Covid 19 yang melanda dunia masih belum berakhir. Ditengah perjuangan kita melawan penyebaran Covid 19, tentu saja bagi seorang pendidik harus tetap berupaya memberikan pelayanan pembelajaran yang tepat bagi peserta didiknya. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya lost generation atau generasi yang hilang akibat terabaikannya Pendidikan anak-anak selama masa pandemi. Disatu sisi, pemerintah kita sudah memproyeksikan program menyongsong generasi emas 2045. Peta jalan menuju terwujudnya generasi emas pun sudah dirancang. Pada tahun 2045 itulah negeri tercinta kita akan menikmati bonus demografi, generasi emas usia produktif yang berkarakter, berkompeten dan berliterasi tinggi akan berlimpah jika kita sebagai seorang guru benar-benar tepat dalam melayani peserta didik kita saat ini. Meskipun di tengah kesulitan akibat pandemi Covid 19, pennyelenggaraan pembelajaran harus tetap optimal dan tentunya merujuk pada kecakapan abad 21 baik bagi guru nya sebagai pengelola maupun peserta didik sebagai subjek dalam pembelajaran.

Pembelajaran berbasis kecakapan abad 21 merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan antara kecakapan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta penguasaan terhadap teknologi informasi dan komunikasi. Kecakapan tersebut dapat dikembangkan melalui berbagai model kegiatan pembelajaran berbasis pada aktivitas yangs sesuai dengan karakteristik kompetensi dasar dan materi pembelajaran. Selain dari pada itu, kecakapan yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan pada Abad 21 adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills (HOTS)) yang sangat diperlukan dalam mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi tantangan global, atau dengan kata lain pendidikan dapat menciptakan generasi terdidik yang di masa depan nanti dapat bersaing dengan negara lain.

Kecakapan Abad 21 yang terintegrasi dalam Kecakapan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta penguasaan TIK dapat dikembangkan melalui: (1) Kecakapan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah (Critical Thinking and Problem Solving Skill; (2) Kecakapan Berkomunikasi (Communication Skills); (3) Kecakapan Kreatifitas dan Inovasi (Creativity and Innovation); dan (4) Kecakapan Kolaborasi (Collaboration). Keempat kecakapan tersebut telah dikemas dalam proses pembelajaran di kelas V SDN 2 Tugu, salah satunya melalui Pembelajaran Kolaboratif. Kolaboratif itu sendiri merupakan salah satu bagian dari kecakapan abad 21. Perubahan mindset kita yang semula peserta didik itu dipandang penting memperoleh peringkat terbaik atau bersaing secara individualistis untuk menjadi yang terbaik di kelas harus segera kita ubah. Kita sebagai seorang guru harus memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran agar bisa berkolaborasi dengan peserta didik lain bahkan dengan masyarakat sekitar maupun dunia internasional melalui penggunaan sarana teknologi informasi dan komunikasi sehingga mereka sudah terbiasa berpikir terbuka, saling bekerjasama dalam menghadapi tantangan kehidupan di masa sekarang dan yang akan datang.

Pembelajaran kolaboratif yang dilaksanakan di kelas V SDN 2 Tugu tentu saja banyak jenisnya seperti: 1) Learning together, 2) Team Game Tournament, 3) Group Investigation, 4) Academic Constructive Controversy, 5) Jigsaw Prosedure, 6) Student Team Acheivment Division, 7) Complex Instruction, 8) Team Accelerated Instruction, 9) Cooperative Learning Structure, 10) Cooperative Integrated Reading and Composition. Model pembelajaran kolaboratif tersebut saya terapkan secara bergilir disesuaikan dengan kompetensi dasar dan karakteristik materi pelajaran. Selain itu, hal terpenting di masa sekarang ini adalah pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam mendukung pembelajaran kolaboratif di kelas V SDN 2 Tugu. Saya bukan hanya menciptakan pembelajaran yang mengharuskan peserta didik bekerjasama dengan teman sekelasnya secara langsung, akan tetapi pembelajaran disetting ke dalam kelas virtual melalui pemanfaatan Google Meet, pada pelaksanaannya saya bekerjasama dengan guru sekolah lain untuk melaksanakan pembelajaran bersama secara virtual dengan bahasan yang sama. Hal ini tentu saja menyenangkan bagi peserta didik karena mereka bisa berkolaborasi secara luas bahkan dengan orang yang baru mereka kenal sehingga pemikiran peserta didik semakin terbuka, ilmu pengetahuan semakin kaya dan mereka bisa adaftif bergaul dengan berbagai karakter meskipun di kelas virtual bukan secara tatap muka, akan tetapi pola komunikasi efektif tetap terjalin.

Keadaan sekarang ini mengharuskan kita untuk berpikir terbuka adaftif dengan keadaan terkini dan tentunya mengharuskan kita sebagai seorang guru untuk saling bekerja sama, bertukar pikiran begitu pula dalam mengelola pembelajaran dan mendidik peserta didik kita, kesempatan berkolaborasi dengan semua pihak semakin terbuka lebar karena adanya teknologi informasi dan komunikasi. Meskipun demikian etika dan adat ketimuran kita harus tetap dijaga dan tentunya kita juga sebagai seorang guru harus menanamkan karakter selektif kepada peserta didik kita dalam pola pergaulannya.(***

Komentar