oleh

Pendidikan yang Memerdekakan

Oleh: Sri Relawati (Kepala Sekolah TK Gelincah dan Ketua Ormas Perlindungan Anak)

KEMERDEKAAN adalah hak setiap orang, ia ada diberikan oleh Allah untuk setiap insan. Tidak ada siapapun yang berhak untuk mengambilnya. Mungkin itu yang dirasakan Ki Hajar Dewantara saat berhadapan dengan situasi penjajahan. Ia di asingkan dan menemukan jalannya untuk mempelajari ilmu Pendidikan.

          Sangat mengagumkan, pada masa itu  Suwardi Suryaningrat, yang sejak 1922 berubah nama menjadi Ki Hadjar Dewantara, sudah menuliskan pandangannya tentang konsep Pendidikan yang tetap aktual sampai masa sekarang. Pandangan-pandangannya didasarkan pada teori-teori psikologi dan ahli-ahli Pendidikan yang dipahami dengan sangat komprehensif sangat mengesankan. Layak bangga karena ini menjadi bukti Bangsa Indonesia memang memiliki kecerdasan yang tinggi, dan hati yang murni. Kemurnian hati ini terpancar pada konsep-konsepnya dan pandangan-pandangannya tentang Pendidikan.

          Ki Hajar Dewantara dengan konsep Pendidikan yang menghargai kodrat tiap individu sangat menggambarkan keluhuran budinya. Keluhuran budi yang harus dimiliki oleh setiap Guru di negeri ini. Guru yang turun dari singgasananya untuk menghamba pada murid-muridnya. Bagi Ki Hajar Dewantara Pendidikan adalah salah satu “Tuntunan” yaitu menuntun kodrat baik anak agar wujud dalam perilaku hariannya dan kodrat buruk agar bisa dikendalikan dan diekspresikan secara proporsional.

           Bagi Ki Hajar Dewantara Pendidikan bukan hal yang dilakukan sesuai kebiasaan tapi dilakukan dengan keinsyafan. Keinsyafan pada perbedaan dan keunikan setiap siswa. Keinsyafan pada pengaruh budaya luar dan mengambil yang baiknya untuk disesuaikan dengan budaya bangsa.

          Tujuan Pendidikan bagi ki Hajar Dewantara adalah kebijaksanaan dan secara etika tujuan Pendidikan adalah kemampuan mengendalikan diri. Dengan ilmu setiap orang akan memiliki pandangan yang baik tentang kehidupan sehingga akan mampu berlaku bijaksana dalam menghadapi segala tantangan dalam kehidupannya. Pendidikan akan membuat siswa mampu mengambil keputusan-keputusan yang bijak, yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya. Demikian juga dengan Pendidikan etika yang berujung pada kemampuan siswa untuk mengendalikan diri, akan membuat siswa mampu menghadapi perubahan yang terjadi pada zamannya.

          Dalam konsep ki Hajar Dewantara Pendidikan melibatkan sekolah, keluarga dan lingkungan. Karena ketiganya akan mempengaruhi perkembangan kepribadian siswa. Ketiganya perlu dilibatkan  saat guru penggerak melakukan aksi baiknya. Demikian juga filosofi Pendidikan ki Hajar Dewantara. Tentu banyak tantangan yang akan dihadapi. Kesenjangan antara konsep dan systim pendidikan yang sedang berlangsung yang mungkin tidak sejalan dalam beberapa hal. Kesenjangan antara pendangan pendidikan guru dan orang tua siswa yang mungkin berbeda bahkan mungkin bertentangan. Karakter guru yang cinta diri yang belum siap menghamba pada “ muridnya”. Ilmu yang belum cukup untuk mampu bersikap bijak pada siswa-siswanya.

             Lalu bagaimana guru penggerak harus berlaku……mungkin ikuti saja Langkah ki Hajar Dewantara…..menambah ilmu dan berhati murni dan bergerak terus sampai akhir demi terwujudnya transformasi Pendidikan di Indonesia. Sehingga wujud murid yang bahagia belajar tanpa ikatan, murid yang menghargai diri dan orang lain karena ia berharga di depan guru-gurunya. Murid yang terus belajar dan berkarya sesuai kodratnya. Murid yang berani bicara didasarkan kemurnian hatinya bukan kebencian atau cinta diri. Murid yang berani berbeda karena ia paham perbedaan adalah rahmat Allah……begitu yang ia pelajari, teladani dari dukungan Gurunya.

“Ing ngarso sing tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”.

CATATAN:

Sri Relawati, lahir di Bandung tanggal 7 September 1965. Kepala Sekolah TK Gelincah. Memiliki pengalaman mengajar mulai dari TK sampai ke Perguruan Tinggi. Memiliki 4 orang putra-putri dan tumbuh bersama mereka. Pendidikan Psikologi diselesaikannya di Universitas Padjadjaran. Minatnya dalam bidang pendidikan mendorongnya untuk mengambil S2 Bimbingan dan Konseling di Universitas Pendidikan Indonesia. Menjadi instruktur Nasional dan Guru Inti Nasional untuk bidang TK,  Pendamping Guru Penggerak Angkatan ke 1 Pada Program Guru Penggerak. Selain itu menjadi pembicara mengenai pengasuhan, pendidikan., pengembangan diri dan pernikahan. Minatnya dalam bidang menulis tumbuh saat mendampingi  suaminya –  almarhum dokter Dhiqdhoyo –  membuat karya tulis. Pernah menjadi salah seorang pengurus dalam organisasi profesi psikologi forensic dan menjadi salah seorang ketua dalam organisasi masyarakat Perlindungan Anak.

Komentar