oleh

Penerapan Ice Breaking Dalam Pembelajaran Olahraga

 Oleh: Nurmaya, S.Pd (Guru PJOK SDN 3 Cisaat Desa Cisaat Kec. Dukupuntang Kab. Cirebon)

PJOK merupakan mata pelajaran yang paling diminati oleh siswa. Suasana pembelajaran PJOK yang selalu ceria tentu terlihat ketika siswa aktif dalam mengikutinya sehingga kemampuan gerak dasar lokomotor, non lokomotor dan manipulatif dapat dilaksanakan secara maksimal.

Pada kenyataannya banyak persoalan yang terjadi dalam pembelajaran PJOK di sekolah diantaranya adalah guru mengeluhkan rendahnya motivasi siswa dalam pembelajaran PJOK. Kejadian rendahnya motivasi siswa terlihat saat kegiatan praktik olahraga yaitu siswa tidak mau melakukan yang disebabkan merasa jenuh. Kejenuhan siswa dalam pembelajaran olahraga berujung pada kurang tercapainya ketuntasan belajar siswa. Untuk mengusir kejenuhan belajar, disinilah  pentingnya guru PJOK menciptakan dan menerapkan ice breaking dalam setiap pembelajaran olahraga. Ice breaking adalah suatu kegiatan, game, atau acara yang digunakan untuk menghangatkan pembicaraan dan interaksi gerak antara guru dan siswa atau antara sesama siswa. Hal itu bisa meningkatkan komunikasi dan partisipasi yang merupakan faktor penting di dalam suatu proses pembelajaran.

Apa sajakah yang harus diperhatikan oleh guru dalam menciptakan dan menerapkan ice breaking di proses pembelajaran?

Pertama. Bentuk ice breaking harus mudah artinya pola gerakan yang ada di ice breaking tersebut mudah diikuti dan dilaksanakan, sehingga ice breaking tersebut menyenangkan. Apabila siswa dengan melaksanakan ice breaking ini merasa senang diharapkan bisa memotivasi di tahapan belajar berikutnya.

Kedua. Waktu melakukan ice breaking jangan terlalu lama artinya tidak menguras tenaga yang pada akhirnya siswa menjadi kelelahan. Apabila siswa kelelahan setelah mempraktikkan ice breaking  dikhawatirkan dalam tahapan kegiatan pembelajaran berikutnya tidak tercapai.

Ketiga. Mengutamakan keselamatan baik secra fisik maupun psikis dalam melaksanaan ice breaking artinya apapun jenis ice breaking tersebut dalam prosesnya tidak boleh terdapat pola gerakan yang membahayakan dan kata -kata yang membully sehingga siswa  merasa nyaman dalam mempraktikkannya.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang guru PJOK dalam menerapkan  ice breaking pada proses pembelajaran olahraga harus memperhatikan bentuk dan waktu serta mengutamakan keselamatan siswa.

Dengan adanya penerapan ice breaking dalam pembelajaran olahraga dan memperhatikan kiat-kiat dalam menggunakan ice breaking, diharapkan semoga pendidikan olahraga dalam ruang lingkup pembelajaran PJOK di sekolah dapat terwujud peningkatan kearah yang lebih baik.(***

Komentar