Oleh : Dede Farhan Aulawi
KETIKA bulan lalu memiliki kesempatan berkunjung kembali ke kota New Delhi – India, ada beberapa hal yang menarik untuk disampaikan sebagai sarana berbagi informasi dengan harapan bisa mengambil hikmah atas perkembangan zaman yang terus berubah. Kunjungan bulan lalu ke tanah Hindustan untuk menghadiri International IT Conference atas undangan Kementerian komunikasi India. Sebagaimana diketahui bahwa India merupakan salah satu negara di kawasan Asia yang mengalami kemajuan sangat pesat di bidang IT.
Ada banyak produk – produk unggulan yang dipamerkan di sana yang bisa membuat takjub dan bermanfaat jika diterapkan di Indonesia, seperti Disasster Diagnostic Engineering dengan menggunakan micro BTS, dan ada juga yang disebut Integrated Security System yang bisa melacak identitas orang dari retina matanya. Dan beberapa produk unggulan lain yang sangat menarik.
Di malam hari yang cukup dingin, tak menyurutkan niat untuk melangkahkan kaki sambil menikmati indahnya suasana malam di kota nan eksotis dengan cerita – cerita yang super romantis. Kaki terus melangkah sampai sesekali mengambil foto untuk dokumentasi pribadi di antara pohon dan bunga – bunga yang menghiasi seluruh penjuru kota.Membuat takjub setiap mata yang melihatnya, meskipun tentu kalau di beberapa sudut kota yang lain nampak juga sisi – sisi ketidakrapihan sebuah kota besar dengan penduduk yang super padat.
Setelah terus berjalan menembus udara dingin yang berhembus pelan, akhirnya sampailah ke ”India Gate” yang merupakan simbol atau gerbang kota New Delhi, atau semacam Monas di Jakarta. Kerumunan masyarakat cukup padat pada malam itu, dan jepretan kamera nampak di sana sini. Baik yang berasal dari turis domestik, maupun turis – turis asing.
Sebagaimana pasar malam di Indonesia, tentu banyak juga pedagang emperan alias kaki lima yang berjualan aneka mainan, makanan, atau minuman khas India. Sampai di suatu sudut jalan terlihat ada pedagang kaki lima yang jualan kacang rebus. Sambil istirahat dari lelahnya kaki melangkah, membeli dan makan kacang rebus merupakan alternatif terbaik yang ada. Setelah selesai makan kacang rebus dan mau bayar, sang pedagang menyodorkan QR Code agar konsumen (saya) melakukan pembayaran secara digital (digital payment). Namun sebagai turis tentu belum bisa melakukan pembayaran secara digital, maka diperkenankan dengan membayar secara tunai. Begitupun saat membeli jagung bakar pinggir jalan, hal yang sama terulang kembali yaitu harus melakukan pembayaran dengan scan QR Code. Bahkan saat beli nasi di warung makan (seperti warteg) juga diminta bayar dengan aplikasi QR Code.
Sungguh sebuah loncatan peradaban yang super cepat karena pedagang kaki lima di Indonesia belum menggunakan QR Code. Bahkan di negara Tiongkok ada juga pengamen jalanan yang meminta “uang” dengan sitem transfer menggunakan QR Code juga. Artinya kemajuan teknologi ini hanya soal waktu saja, maka di Indonesia pun sistem pembayaran digital akan semakin masif dilakukan oleh masyarakatnya. Meskipun awalnya tentu tidak mudah karena harus melakukan adaptasi teknologi terlebih dahulu, akan tetapi bisa dipastikan suatu saat Indonesiapun akan seperti itu. Sudah siapkah masyarakat Indonesia ? lalu apa sebenarnya QR Code itu ???
Jika bicara soal barcode (kode batang) mungkin sebagian besar ma
Komentar