Oleh : Irvan Kristivan, M.Pd. (Guru Penjaskes SDN Sukamulya Kec. Bungursari Kota Tasikmalaya)
SEKOLAH adalah tempat transformasi pendidikan sekaligus tempat berinteraksi siswa dengan teman sejawatnya. Dari interaksi tersebut akan mempengaruhi emosional sekaligus mental siswa. Namun dalam pembelajaran di kelas sering terjadi suasana yang tidak menyenangkan, menegangkan, dan kaku. Kondisi seperti itu akan membuat siswa kaku, mudah stress, tidak kreatif, penakut dan susah memecahkan masalah. Itu adalah kerugian bagi siswa, karena pendidikan bukan sekedar meningkatan intelektual namun juga meningkatkan emosional dan spiritual siswa.
Karena itulah guru harus memahami konsep edutainment. “Edutainment adalah pendidikan yang menghibur atau menyenangkan”. (Sholeh Hamid, 2013 : 17). Metode apapun yang dipakai guru dalam pembelajaran harus dikemas semenarik mungkin. Metode ceramah yang monoton bisa dibuat menyenangkan dengan menyelipkan kata-kata humor yang membuat siswa tertawa. Untuk menangani siswa yang nakal dapat melakukan pendekatan terhadap orangtua siswa dan melihat lingkungan masyarakat dimana dia berada, agar guru dapat melakukan pendekatan pembelajaran yang efektif. Bukan hanya itu guru juga harus tahu penyebab kebosanan diruangan kelas, bisa saja karena posisi tempat duduk yang berderet kaku, ruang kelas yang sempit, ruang kelas yang kotor dan tidak nyaman, dan lain sebagainya.
Tidak heran jika dalam kenyatannya di sekolah siswa lebih menyukai pelajaran penjas ketimbang mata pelajaran lain. Siswa antusias terhadap pembelajaran penjas. Pelajaran penjas menjadi pelajaran yang ditunggu-tunggu dan dirindukan siswa. Bagaimana tidak karena penjas adalah mata pelajaran yang pembelajarannya sering di luar kelas atau lapangan. Dengan beralaskan rumput dan tembok plur, berdindingkan pepohonan, serta beratapkan langit biru, membuat siswa bebas beraktivitas. Siswa dapat belajar sambil bermain. Dalam pembelajaran penjas diterapkan pendekatan Learning by moving and doing yaitu belajar dengan bergerak dan berbuat. Pembelajaran yang menyenangkan siswa dengan konsep bermain cenderung berhasil karena siswa akan melakukannya dengan sungguh-sungguh. Bukan hanya itu pembelajaran dengan praktek langsung akan mudah diingat sesuai dengan pendapat Sholeh Hamid (2013 : 49) yang menyatakan bahwa “ Suatu pembelajaran aktif cenderung membuat siswa lebih mengingat (retention rate of knowladege) mata pelajaran yang diberikan”.
Ketika siswa sedang praktek siswa akan belajar menganalisis kegiatan yang akan disimpan langsung dalam Long Time Memory-nya. Siswa juga dapat menginterpretasikan setiap gerakan dan tindakan yang dilakukannya ketika pembelajaran sehingga dapat diambil hikmahnya dan akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika melakukan kesalahan selama pembelajaran penjas, siswa juga akan selalu mengingatnya untuk tidak melakukan kesalahan yang sama karena dampak dari kesalahan tersebut langsung dirasakannya, seperti : berbuat curang dalam sepak bola ia kan langsung di kartu kuning atau kartu merah, ketika tidak hati-hati saat berlari ia kan terjatuh dan cedera, ketika main-main saat senam lantai ia akan keseleo. Dari situlah siswa belajar memaknai setiap gerakan untuk selalu bersikap sportif, hati-hati dan sungguh-sungguh. Meskipun pebelajaran penjas hanya satu atau dua pertemuan dalam setiap minggunya namun kesan itu akan selalu diingatnya seumur hidup.
Jika guru sudah menerapkan prinsip edutainment maka komunikasi antara siswa dan guru dalam pembelajaran akan dirasakan manfaatnya. Tidak ada lagi siswa yang merasa jenuh di kelas, melainkan siswa merasakan suasana kegembiaran dalam pembelajaran. Dengan demikian diharapkan bukan hanya pembelajaran penjas namun pembelajaran lain pun dapat menerapkan prinsip edutainment agar siswa lebih semangat belajar dan mutu pendidikan lebih meningkat.
Penulis adalah Guru Penjaskes SDN Sukamulya Kec. Bungursari Kota Tasikmalaya.