oleh

Peran Guru dalam Pecegahan Perundungan Pada Anak

Oleh : Firdaus, S. Pd

(Guru Penjasorkes SDN Beji Timur 2, Kota Depok)

 

SUDAH menjadi hal alamiah bahwa ketika lingkungan sekolah yang nyaman dan aman akan membuat seluruh  warga sekolah merasa betah dan kerasan untuk berlama-lama berada di tempat itu. Guru akan menjadi bergairah mengajar. Siswa merasa kerasan belajar disekolah. Lingkungan sosial  yang harmonis membuat kondisi nyaman dan menyenangkan. Lingkungan sosial yang harmonis akan tercipta bila seluruh warga sekolah berusaha menjalin komunikasi dan pergaulan yang baik.Begitu pula sebaliknya jika sekolah sudah tidak nyaman, lingkungan yang sudah tidak harmonis akan menimbulkan ke bosanan bagi guru maupun siswa.

Masalah lingkungan sosial disekolah erat kaitannnya dengan perilaku siswa. Ketika kita berbicara perilaku siswa maka disitulah tergambar bagaimana peran warga sekolah baik itu, administrator sekolah, guru dan orang tua saling berkaiatan. Selama ini ketika kita berbicara tentang sekolah, kita hanya terfokus tentang prestasi siswa dan sekolah. Perhatian terhadap perilaku siswa cenderung kurang. Disekolah Peran guru yang bertugas mendidik agar siswa menjadi pribadi yang baik dan berusaha membangun pergaulan di kelas menjadi kondusif tetapi tetap saja masih ditemukan perilaku siswa yang menunjukkan kekerasan terhadap siswa yang lain.

Ketika disekolah kita sering menemukan perilaku siswa yang sudah menunjukan kekerasan baik secara verbal, sosial maupun fisik terhadapa rekan-rekannya. Distulah mulai terlihat tentang masalah perilaku siswa yaitu perundungan. Perundungan merupakan perilaku agresif yang mencakup tiga karakteristik: (1) dilakukan secara sengaja untuk menyakiti atau melukai orang lain, (2) terjadi secara berulang, dan (3) terdapat ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban.- (Dessie Wanda, S.Kp., M.N., Ph.D, Departemen Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan – Universitas Indonesia)

Perundungan akan terjadi disekolah ketika Iklim sekolah yang tidak sehat seperti tidak adanya aturan yang tegas, kurangnya keterlibatan siswa dalam kegiatan di sekolah, kurangnya dukungan dari guru, dan kebijakan sekolah yang cenderung menghukum tanpa adanya aturan yang jelas. Begitu pula di dalam lingkungan keluarga, perundungan akan terjadi ketika siswa berasal dari keluarga dengan pola asuh otoriter, hubungan keluarga  yang rendah, kurangnya kehangatan di dalam keluarga, tidak adanya sosok ayah, dan adanya kekerasan fisik di dalam keluarga.

Beberapa jenis perundungan biasanya dilakukan lewat verbal, yaitu dengan mengatakan atau menuliskan hal yang menyakitkan. Bisa juga dilakukan lewat social, yaitu perundungan dimana dilakukan dengan merusak nama baik atau hubungan seseorang. Dan yang terakhir lewat fisik , perundungan ini biasanya perilaku seseorang dengan menyakiti atau merusak barang orang lain.

Barbagai macam kejadian perundungan disekolah sebagai seorang guru harus dapat memberikan penyelesian masalah dengan arif dan bijaksana. Beberapa hal yang perlu digaris bawahi dalam pencegahan perundungan anak disekolah adalah  kenali faktor resiko yang akan menyebabkan perundungan, peran sekolah dan lingkungan sosial, respon atau tangggapan yang perlu dilakukan dan dihindari, adanya tindak lanjut, serta adanya keterlibatan semua pihak dalam komitmen pencegahan perilaku perundungan pada anak.

Guru sebagai Agen of Change (pelaku perubahan) diharapkan mampu membelajarkan sikap (karakter). Sikap yang baik tertanam kuat di dalam pribadi seseorang sehingga terlihat dalam setiap perbuatannya. Kita sebagai guru diharapkan dapat mencegahan perilaku perundungan yang dilakukan oleh siswa dengan medeteksi sedini mungkin terhadap hal-hal yang dapat mengarah perundungan diantaranya, menghindari siswa mengeluarkan kata-kata yang menyakitkanatau bersekongkoluntukmembuatorang lain merasa tidakberdaya, perilaku melukai rekan-rekannya dengan sengaja dan berulang, serta memberikan pemahaman yang bijak dalam penggunaan gadged atau internet, dimana hal itu juga akan terjadi perundungan di dunia maya.“ Anak terlahir ke dunia dengan kebutuhan untuk disayangi tanpa kekerasan, bawaan hidup ini jangan sekalipun didustakan.” – (Widodo Judarwanto).