Oleh: Andre Vincent Wenas,MM,MBA., pemerhati masalah ekonomi dan politik, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta.
SUDAH di atas 50 persen jaraknya dengan para pesaingnya, artinya Dedi Mulyadi dan Erwan Setyawan (paslon nomor urut 4) bisa diprediksi bakal memenangkan kontestasi Pilgub Jawa Barat. Koalisi Indonesia Maju boleh tersenyum, tapi jangan terbahak-bahak, tak boleh lengah sedikitpun.
Berdasarkan survey yang dilakukan Indikator Politik dan Litbang Kompas. Pencapaian Dedi Mulyadi versi Indikator Politik adalah 71,5 persen, sedangkan menurut Litbang Kompas 65 persen. Dedi adalah mantan Bupati Purwakarta yang juga kader Gerindra. Sedangkan Erwan Setyawan adalah Ketua DPRD Kota Bandung.
Parpol di belakang Dedi Mulyadi adalah Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN dan PSI. Itu yang ada di parlemen Jawa Barat. Sedangkan parpol pendukung yang non-parlemennya adalah PBB, Hanura, Gelora, Prima, Perindo, Garuda, Ummat, PKN dan Buruh.
Pesaing yang elektabilitasnya di ranking kedua adalah Ahmad Syaikhu dan Ilham Habibie (paslon nomor urut 3) yang diusung PKS, Nasdem dan PPP. Elektabilitas mereka versi Indikator mencapai 16,4 persen, dan menurut Litbang Kompas 9 persen.
Lalu di ranking ketiga adalah Acep Adang Ruhiat dan Gitalis Dwi Natarina (penyanyi dangdut), ini paslon dengan nomor urut 1. Keduanya dari PKB, dengan elektabilitas 4,4 persen versi Indikator dan Litbang Kompas 4,6 persen.
Akhirnya di ranking keempat atau buntut adalah Jeje Wiradinata dan Ronal Surapradja, paslon nomor urut 2 yang diusung PDI Perjuangan, memiliki elektabilitas versi Indikator 4 persen, dan versi Litbang Kompas 4,6 persen.
Menurut Prof. Burhan Muhtadi, Direktur Eksekutif Indikator Politik, keunggulan Dedi Mulyadi adalah faktor popularitasnya. Popularitas Dedi mencapai 93 persen, dan tingkat kedisukaannya mencapai 94 persen. Sedangkan rival terdekatnya adalah Ronal Surapradja yang popularitasnya cuma di angka 45 persen. Jauh memang.
Seperti diketahui, provinsi Jawa Barat adalah basis suara Prabowo Subianto dalam beberapa kali kontestasi pilpres. Dan Jabar secara demografis adalah provinsi terbanyak penduduknya, ada 50 juta lebih orang yang tercatat sebagai warganya. Daftar pemilih tetap (DPT)nya ada 35 juta jiwa.
Sketsa ekonomi dan politik di Jawa Barat.
Anggaran daerah (APBD) Jawa Barat 2024 tercatat dalam anggaran belanjanya sebesar Rp 144,6 triliun, realisasi belanja per Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) 21 November 2024 sebesar Rp 99,2 triliun. Sementara pendapatan asli daerah (PAD) dianggarkan sebesar Rp 55,9 triliun, dengan realisasi per November 2024 Rp 38,6 triliun.
Laporan BPS per November 2024 menyebutkan perekonomian Jawa Barat berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan III-2024 mencapai Rp 708,47 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 439,08 triliun.
Peta politik digambarkan dengan parpol yang kemarin ikut kontestasi pileg pada Februari 2024 lalu. Total ada 120 kursi di parlemen (DPRD) Jawa Barat dan 10 partai politik yang berhasil lolos. Hasilnya, Gerindra memperoleh 4.301.852 suara, atau 16,78 persen suara sah, konversi dapat 20 kursi.
Diikuti PKS di urutan kedua yang dapat 3.801.216 suara, atau 14,83 persen suara sah, konversi dapat 19 kursi. Lalu ketiga Golkar dapat 3.590.621 suara, atau 14,01 suara sah, konversi jadi 19 kursi. Keempat PDI-Perjuangan yang dapat 2.970.223 suara, atau 11,59 persen, konversi jadi 17 kursi.
Kelima adalah PKB dengan 2.850.963 suara, atau 11,12 persen, dikonversi jadi 15 kursi. Keenam Partai Demokrat yang dapat 1.727.060 suara, atau 6,74 persen, dikonversi jadi 8 kursi. Ketujuh PAN dapat 1.632.627 suara, atau 6,37 persen, dikonversi jadi 7 kursi.
Urutan kedelapan adalah Partai Nasdem, yang dapat 1.580.373 suara, atau 6,17 suara, dikonversi jadi 8 kursi. Kesembilan adalah PPP yang memperoleh 1.163.771 suara, atau 4,54 persen, dikonversi jadi 6 kursi. Kesepuluh adalah PSI yang memperoleh 666.949 suara, atau 2,60 persen, dikoversi jadi 1 kursi.
Peta persaingan sekaligus kerjasama politik di arena Pilkada Serentak 2024 sangat beragam. Ada parpol yang di arena tertentu tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) dan ada yang tidak. Semua tergantung pertimbangan politik masing-masing parpol peserta kontestasi. Menimbang dinamika politik di masing-masing daerah,
Ini saling adu cantik antar kontestan, ibarat model yang berlenggak-lenggok di atas cat-walk. Mana yang paling cantik, ditambah yang bisa bekerjasama dengan pemerintah pusat, bolehlah dipilih. Bukan adu gladiator di arena pasir untuk saling bunuh-bunuhan.
Semua bersaudara. Hentikan melempar hoaks dan mengarang fitnah, mari selenggarakan pilkada yang damai dan cerdas.
Jakarta, Jumat 22 November 2024