oleh

Poltek Kelautan dan Perikanan Karawang Melaksanakan Kegiatan Pengabdian Masyarakat “Nila  Chicken Of The Water” di Kawali-Ciamis

INDONESIA  merupakan salah satu produsen ikan nila terbaik dunia. Dilihat dari aspek daya saing, komoditas ikan nila memiliki daya saing tertinggi disamping udang dan rumput laut. BPS mencatat ekspor ikan nila Indonesia mencapai 9.179 ton dengan nilai mencapai 57,43 juta USD.

Pangsa pasar nila salin sangat terbuka lebar baik untuk domestik maupun ekspor. Tekstur daging nila salin disukai konsumen dunia, sehingga FAO menyebut ikan nila sebagai chicken of the water karena warna daging yang putih.  

Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat dengan memberikan pelatihan budidaya ikan Nila  kepada warga Kawali, Ciamis.

Dosen Poltek   Kelautan dan Perikanan Karawang sekaligus Koordinator Pengabdian Masyarakat pada Program Studi Budidaya Ikan Catur Pramono Adi,SPi,M.Si mengatakan, “bahwa budidaya ikan nila jauh lebih menguntungkan dibanding budidaya ikan lainnya. Menurutnya, keunggulan tersebut terutama pada waktu pemeliharaan yang lebih singkat dan harga ikan yang relatif lebih baik”. pada umumnya ikan Nila dibudidayakan pada kolam Air Tawar. Namun, Politeknik Kelautan dan Perikanan berusaha mengintroduksikan jenis Nila Salin yang mampu hidup dan tumbuh besar pada air dengan salinitas yang tinggi di tambak air payau.

Catur, Dosen sekaligus kepala Unit Praktek pada Politeknik KP Karawang mengungkapkan bahwa budidaya ikan nila jauh lebih menguntungkan dibanding budidaya ikan lainnya. Menurutnya, keunggulan tersebut terutama pada waktu pemeliharaan yang lebih singkat dan harga ikan yang relatif lebih baik. Pada umur 3-4 bulan sudah bisa dipanen pada ukuran 250 gram, tidak bau lumpur/tanah, daging lebih padat dan berisi seperti halnya daging ikan kakap, dan memudahkan saat proses panen. Tandasnya.

Selain keuntungan finansial, secara teknis, sisik nila mampu mengeluarkan lendir yang mengandung bakteri dan sangat bermanfaat bagi sterilisasi air di lingkungan budidaya. Agar menjangkau pasar ekspor, ukuran panen bisa diatur minimal 500 gram per ekor sehingga bisa dijual dalam bentuk fillet.   

Menurut Catur Pramono Adi, Ketua Prodi Budidaya Ikan, Kawali,merupakan tempat yang dipilih Prodi Budidaya ikan, Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang untuk melakukan pengabdian masyarakat, karena di Kawali terdapat segudang penggiat lingkungan dan pembudidaya yang inovator, sehingga sudah sepantasnya Kawali terpilih sebagai daerah inovasi yang akan menghasilkan beberapa masyarakat innovator di bidang perikanan budidaya.       Dalam acara pengabdian masyarakat itu turut direspon positif dari peserta pelatihan, hal itu dapat dilihat dari antusiasme warga ketika mengikuti pelatihan. Pihak tokoh masyarakat di Daerah tersebut merasa sangat senang dengan kedatangan Prodi Budidaya, Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang yang melaksanakan pengabdian masyarakat di tempat mereka. “Terima kasih atas kedatangan civitas akademik Politeknik Kelautan dan Perikanan dan beliau berharap terjalin kerjasama yang berkelanjutan,” kata  Ketua Pokdakan, yang sekaligus mewakili pejuang inovasi Perikanan Budidaya.(001)

Komentar