oleh

Produksi Emas Tahunan Tambang Grasberg di Papua

By Green Berryl & Pexai

TAMBANG Grasberg di Papua, yang dioperasikan oleh PT Freeport Indonesia (PTFI), merupakan salah satu tambang emas terbesar di dunia dengan produksi tahunan yang fluktuatif namun cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data dari berbagai sumber, produksi emas tahunan tambang ini berkisar antara 848.000 ons pada 2020 hingga 1,9 juta ons pada 2023, dengan tren peningkatan signifikan pasca-pengembangan tambang bawah tanah.

Tren Produksi Emas Tahunan (2011–2023)

Periode 2011–2014: Fluktuasi Awal

Pada awal dekade 2010-an, produksi emas Grasberg menunjukkan variasi yang cukup besar. Pada 2011, produksi mencapai 1,44 juta ons, kemudian turun menjadi 862.000 ons pada 2012, dan kembali naik ke 1,14 juta ons pada 2013[3]. Pada 2014, produksi diproyeksikan mencapai 1,6 juta ons[3], meskipun data aktual untuk tahun tersebut tidak tercatat dalam sumber yang tersedia.

Dampak Pandemi dan Pemulihan (2020–2022)

Produksi emas mengalami penurunan signifikan selama pandemi COVID-19. Pada 2020, produksi hanya mencapai 848.000 ons[2], tetapi kemudian pulih menjadi 1,37 juta ons pada 2021[2], meningkat 62%* dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2022, PTFI menargetkan produksi **1,6 juta ons*[2], meskipun data aktual untuk tahun tersebut tidak diungkapkan secara eksplisit.

Puncak Produksi Terkini (2023–2024)

Pada 2023, produksi emas dari tambang Grasberg mencapai 1,9 juta ons[8], angka tertinggi yang tercatat dalam data terbaru. Peningkatan ini didukung oleh operasi tambang bawah tanah Deep Mill Level Zone (DMLZ) yang memiliki cadangan teridentifikasi 77 juta ton bijih dan potensi tambahan 305 juta ton[8]. Pada kuartal ketiga 2023 saja, produksi emas mencapai 528.000 ons, meningkat 18,65% dari periode yang sama di 2022[6].

Faktor Penentu Produksi Tahunan

Ekspansi Tambang Bawah Tanah

Pengembangan tambang bawah tanah Grasberg, termasuk Grasberg Block Cave dan DMLZ, menjadi kunci peningkatan produksi. Sejak 2004, PTFI telah menginvestasikan dana besar untuk membangun infrastruktur bawah tanah yang memungkinkan eksploitasi cadangan emas di kedalaman lebih dari 1,3 kilometer[7]. Pada 2021, tambang bawah tanah ini telah beroperasi pada 90% kapasitas dan diperkirakan menghasilkan 1,5 juta ons emas per tahun pada 2022[1].

Kualitas Bijih dan Teknologi Pemrosesan”

Rata-rata kandungan emas di tambang Grasberg adalah 1–1,1 gram per ton bijih, dengan 10 kilogram tembaga per ton bijih[4][7]. Meskipun kadar ini tergolong rendah, volume bijih yang diproses mencapai 1,4 miliar ton selama periode 1990–2020[7], yang setara dengan 45 juta ons emas secara kumulatif. Teknologi pemrosesan modern memungkinkan ekstraksi emas secara efisien meski dengan kadar bijih yang relatif rendah.

Investasi dan Kapasitas Pemurnian

PTFI telah membangun Precious Metal Refinery (PMR) dengan kapasitas pemurnian 50 ton emas per tahun[5]. Fasilitas ini tidak hanya meningkatkan nilai tambah produksi tetapi juga memastikan konsistensi kualitas emas yang dihasilkan. Pada Februari 2025, PTFI melakukan pengiriman perdana 125 kilogram emas batangan ke PT Antam dengan kemurnian 99,99%[5].

Proyeksi Produksi Masa Depan

Berdasarkan cadangan terbukti dan terduga sebesar 26,3 juta ons emas per akhir 2022[5], serta pengembangan berkelanjutan di area DMLZ, produksi tahunan Grasberg diperkirakan tetap stabil di kisaran 1,6–2 juta ons hingga 2041. Faktor pendukung utama termasuk:

  • 1.Ekspansi tambang bawah tanah: DMLZ diperkirakan tetap beroperasi hingga 2040[8].
  • 2. Peningkatan efisiensi teknologi: Penggunaan sistem otomatisasi dan AI dalam proses penambangan.
  • 3. Kemitraan strategis: Kolaborasi dengan pemerintah Indonesia dan perusahaan lokal untuk optimalisasi sumber daya.

Tantangan Operasional

Meski produktivitasnya tinggi, PTFI menghadapi beberapa tantangan:

  • Biaya reklamasi: Mencapai US$200.000 per hektar untuk mereklamasi lahan bekas tambang terbuka[7].
  • Risiko geoteknik: Longsor pada 2017 yang melibatkan 49.000 ton material mengingatkan pada kompleksitas operasi di lingkungan pegunungan[7].
  • Fluktuasi harga komoditas: Harga emas yang tidak stabil memengaruhi profitabilitas operasi.

Analisis Komparatif dengan Tambang Global

Sebagai perbandingan, tambang emas terbesar dunia seperti *Muruntau di Uzbekistan* memproduksi *2,6 juta ons per tahun, sementara **Grasberg* menempati peringkat ke-5 dengan produksi *1,9 juta ons pada 2023[8]. Keunikan Grasberg terletak pada integrasi operasi tembaga-emas, di mana **80% pendapatan* berasal dari tembaga, sementara emas menjadi produk sampingan bernilai tinggi[4].

Dampak Ekonomi dan Lingkungan

Produksi emas Grasberg berkontribusi signifikan terhadap perekonomian Indonesia:

  • Penerimaan negara: Royalti emas menyumbang 0,5–1% dari total pendapatan Freeport[5].
  • Penyerapan tenaga kerja: Lebih dari 30.000 pekerja terlibat langsung dalam operasi tambang[2].
  • Program CSR: PTFI mengalokasikan US$370 juta per tahun untuk program lingkungan dan masyarakat sekitar[7].

Kesimpulan

Produksi emas tahunan tambang Grasberg menunjukkan tren positif, dengan puncak *1,9 juta ons pada 2023*[8]. Dengan cadangan yang masih melimpah dan teknologi penambangan yang terus berkembang, tambang ini diperkirakan tetap menjadi produsen emas utama dunia hingga pertengahan abad ke-21. Namun, keberlanjutan operasinya sangat bergantung pada keseimbangan antara eksploitasi sumber daya, perlindungan lingkungan, dan kepentingan masyarakat lokal.

CITATIONS:

Komentar