oleh

Ratusan Mahasiswa dan Aktivis LSM NTB Ikuti Gerakan Kampanye Perdamaian FingerPeace

[MATARAM] International Women’s Peace Group (IWPG) Indonesia menggelar Gerakan Perdamaian FingerPeace di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)  pada Rabu (22/2/2023) yang diadakan  pukul 14.00 WIB.

Logo “Action Peace Campaign FingerPeace” mengacu pada tanda V, yang digunakan sebagai singkatan dari Victory, sebagai isyarat kemenangan selama Perang Dunia II. Itu dibuat dengan keinginan yang sangat kuat untuk memenangkan perdamaian dan mengakhiri perang global,” ujar Branch Manager IWPG Indonesia, Ana Milana di Mataram, Lombok, Rabu (22/2).

Aksi yang digelar di Kampus UIN Mataram tersebut dihadiri oleh Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Mataram, Dr. H. Lukman Hakim M.Pd; Wakil Dekan III, Dr. Backtiar, M.Pd; Ketua Prodi Sosiologi Agama, Dr. Nurudin Sag M.Si; Aktivis LSM Solidaritas Perempuan, Nurul Hidayah, bersama sekitar 150 orang mahasiswa dan 50 orang aktivis LSM se-NTB.

Acara dimulai dengan Kuliah Kelas Perdamaian yang disampaikan oleh Ana Milana. Kuliah diselingi dengan nonton bareng video tentang “Nilai Saya dan Awal Perdamaian”, salah satu modul pelajaran ‘Pelatihan Pengajar Perdamaian’ yang diselenggarakan oleh IWPG bagi calon-calon pengajar perdamaian.

IWPG juga menandatangani Memorandum of Agreement (MoA) dengan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Mataram, serta dengan LSM Solidaritas Perempuan Mataram. Sedangkan UIN dengan Solidaritas Perempuan sudah lama menjadi mitra, sehingga LSM tersebut sering menjadi tempat praktek kerja lapangan (PKL) bagi para mahasiswa.

Seusai Kuliah Kelas Perdamaian, acara dilanjutkan dengan gerakan para mahasiswa dan aktivis LSM serta civitas akademika UIN Mataram dengan membentangkan spanduk bertuliskan “Gerakan Kampanye Perdamaian FingerPeace”, sembari menyerukan seruan perdamaian.

Acara dikemas cukup menarik, para mahasiswa dan semua peserta juga serentak mengangkat handphone masing-masing untuk melakukan scan barcode FingerPeace. Menurut Ana Milana, logo kampanye berarti bahwa kegiatan realisasi perdamaian tidak sulit dan megah, tetapi siapa pun dapat dengan mudah bergabung kapan saja dan dimana saja hanya dengan jari kita. “Siapa pun di mana pun di dunia dapat mengambil gambar dengan tanda V. Dan melampaui batas, ras, ideologi, agama, dan hambatan bahasa, semua orang menginginkan perdamaian, jadi kita satu dalam damai,” katanya.

Dunia telah aktif berkomunikasi secara online sejak COVID-19, dan ponsel telah menjadi barang penting bagi pria dan wanita dari segala usia. IWPG Global Region 1 telah menyiapkan platform tanda tangan dalam kode QR yang mendukung DPCW sehingga siapa pun dapat dengan mudah berpartisipasi dalam kegiatan perdamaian online, dan akan aktif mempromosikannya serta melakukan kegiatan tanda tangan di seluruh dunia.

“Berdasarkan aksi yang dilakukan oleh sembilan cabang Republik Korea, kami akan mempromosikan kampanye di seluruh dunia, termasuk Los Angeles, Washington D.C, 32 negara Amerika Latin, Asia Tenggara, Asia Utara, dan Afrika, dan ini akan menyebar dengan cepat melalui SMS,” katanya.

Declaration of Peace and Cessation of War/ DPCW

IWPG Indonesia, yang merupakan bagian dari IWPG Global Region 1, menggelar acara ini untuk  mempromosikan Declaration of Peace and Cessation of War (DPCW) atau Deklarasi Perdamaian dan Penghentian Perang kepada masyarakat sipil melalui “Acting Peace Campaign FingerPeace” dan mendesak dukungan agar DPCW diperkenalkan ke PBB sebagai hukum internasional.

Seperti diketahui, DPCW memiliki 10 poin yang sedang diperjuangkan di Forum Perserikatan Bangsa Bangsa, yakni: 1. Melarang ancaman atau penggunaan kekerasan, 2. Mengurangkan potensi perang dan mengubah tujuan senjata untuk menguntungkan kemanusiaan, 3. Mengembangkan hubungan persahabatan dan melarang tindakan—tindakan agresi, 4. Melarang pemaksaan yang melawan batas-batas negara diakusi secara internasional, 5. Memastikan hak setiap orang atau negara untuk menentukan nasibnya sendiri, 6. Menyelesaikan sengketa-sengketa internasional melalui cara-cara yang damai, 7. Mengakui hak untuk membela diri, 8. Memelihara kebebasan beragama, 9. Mendukung hidup berdampiangan yang damai di antara kelompok-kelompok agama dan etnis, dan 10. Menyebarkan buadaya perdamaian.

Menurut Ana Milana, masyarakat global jelas merasakan pentingnya perdamaian, setelah dua kali perang dunia, yang berujung pada lahirnya organisasi perdamaian internasional, PBB dan hukum internasional. Namun pada Februari 2022, perang Rusia-Ukraina mengungkapkan bahwa hukum internasional saat ini belum berfungsi. Pasal 10-38 Deklarasi Perdamaian dan Penghentian Perang adalah solusi yang dapat mencapai akhir yang substansial dari perang dan perdamaian.

Selain itu, seluruh kegiatan ini akan menjadi sarana promosi untuk menghasilkan website online yang berisi ikhtisar dan video promosi “Acting Peace Campaign FingerPeace” dan bekerja sama dengan organisasi masyarakat sipil setempat.

“Acting Peace Campaign FingerPeace” diciptakan untuk mewujudkan perdamaian dunia dan akan berlangsung hingga saat perang global berakhir dan perdamaian dunia tercapai.

Apresiasi

Pada kesempatan itu, Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, UIN Mataram, Lukman Hakim menyampaikan apresiasi kepada IWPG yang gencar menyerukan perdamaian dunia, bukan hanya lewat kata-kata saja, tetapi aktif merekrut pengajar-pengajar perdamaian.

Dekan menyampaikan pesan perdamaian melalui puisi dan pantun.

Kupenggal sepotong ayat Firman Allah: sekecil apa pun engkau perbuat, terbalaslah , maka tetap yakin amar makruf jauhkan gelisah. Senyatanya pertarungan hidup, ada menang dan kalah.

Bumi raya teramat indah dihuni hidup berdamping lanjut bergenerasi. Dari dahulu kala hingga kini tak henti dengan ragam peristiwa silih berganti.

Memang benar adanya murni suci teruji. Diawali kobil Anak Adam bikin Qobuil mati. Itulah titik awal di bumi ada manusia tikai yang berlanjut senjata modern cannggih.

Kubangga IWPG tak kenal Lelah mulai menebar jaring benih-benih damai, harmoni, kebaikan, semangat luhur nilai-nilai nurani. Gapai hidup saling bantu dan tulus mengisi.

Walau kita saat ini masih kecil, jangan menyerah upaya terus bersuara damai tetap semangat walau lelah. Mesti yakin atas man jada wajada benar berbuah. Anak-anak manusia raih hidup damai senyum merekah.

Tidaklah Allah maha kasih dan maha perubah, atas contoh Mariyam goyang pohon … rontok ke tanah. Harmoni sekecil apa pun upaya dengan Allah berpihak segalanya mudah.

Dalam pemaparannya, Ana Milana mengatakan, kehidupan ini diciptakan untuk manusia tanpa bayaran. Alam sungguh bermurah hati kepada manusia. Maka hendaknya manusia pun begitu adanya. Bermurah hati kepada semua orang, dengan demikian perdamaian pun tercipta.

“Kita harus merenungkan, Mengapa saya hidup? Mengapa saya harus bertoleransi? Rasa mengasihi yang kita terima dari bumi ini, kita terapkan kepada orang sekitar, dimulai dari diri sendiri,” katanya.

Kita tidak mampu melakukannya jika sendirian, maka kita butuh orang-orang di sekitar kita, untuk menyebar perdamaian. Dimulai dari keluarga inti, masyarakat luas, negara, hingga dunia.

Pulau Mindanao

Dalam sesi tanya jawab, Ana Milana menjawab pertanyaan dari mahasiswa UIN jurusan Sosiologi Agama, Anggia Nuraini, Ana Milana mengatakan, sejak berdiri tahun 2013 lalu, IWPG bersama HWPL sudah melakukan banyak langkah untuk mencapai perdamaian. Karena itu, para mahasiswa diajak bergabung dengan IWPG agar bisa melihat dan mengerti apa yang sudah dilakukan oleh IWPG selama ini.

Dikatakan, IWPG berperan aktif dalam perdamaian di Pulau Mindanao, Filipina. Selama puluhan tahun konflik terjadi di wilayah itu. Bukan hanya perang kata-kata, tetapi juga pembantaian menggunakan begitu banyak senjata. Sejak 2014, terjadi perdamaian di daerah tersebut. IWPG dan HWPL turut serta membangun perdamaian di sana.

Di General Santos pada 24 Januari 2014, sebuah perjanjian sipil ditandatangani untuk perdamaian Mindanao. Upacara penandatanganan, yang diselenggarakan oleh HWPL dan IWPG dan IPYG, dihadiri oleh lebih dari 300 warga termasuk politisi, profesor universitas, tokoh agama, dan mahasiswa. Di hadapan audiensi, Uskup Agung Emeritus Fernando Robles Capalla dari Keuskupan Agung Davao dan Gubernur Esmael G. Mangudadatu dari Maguindanao menandatangani kesepakatan sebagai perwakilan untuk bekerja sama menghentikan konflik dan membangun perdamaian.

Bahkan senjata milik kedua pihak, dilebur dan dijadikan bahan untuk tugu perdamaian. Tidak boleh lagi ada perang. Tentu hal ini tidak mudah dicapai. IWPG bersama lembaga-lembaga lain dengan dukungan pemerintah Filipina, terus bergerak hingga benar-benar perdamaian bisa dicapai,” katanya.

Mahasiswa UIN, Ziqrul Elwan Danil juga menanyakan soal  peran IWPG dalam menghentikan perang Ukraina-Rusia dan apakah memungkinkan konflik bisa dihilangkan dari muka bumi ini.

Sebagai LSM internasional dalam status konsultatif khusus dengan UN ECOSOC, IWPG didirikan untuk menghentikan perang dan mewujudkan perdamaian dunia, bersama dengan 3,9 miliar perempuan di seluruh dunia. Ketua IWPG, Hyun Sook Yoon di awal perang sudah menyampaikan seruan bahwa IWPG tidak bisa mentolerir tindakan anti-damai yang mengancam kehidupan berharga umat manusia.

“Oleh karena itu, kami akan terus mengutuk keras setiap tindakan kekerasan yang kejam di dunia yang menyebabkan perang. Mari sama-sama berdoa agar para pihak tergerak hatinya untuk segera berdamai,” kata Ana.

Menjawab pertanyaan tentang konflik, apakah bisa dihentikan di dunia ini, Ana Milana mengatakan, hal itu tidak mustahil terjadi karena semua orang menginginkan perdamaian. Sebab, semua manusia yakin, akhir kehidupan adalah surga yang damai tanpa konflik. Bentuk surganya sama, yakni kebahagiaan, tidak ada tangisan, tidak ada penderitaan, itu semua sama,” katanya.

Ana menekankan, perdamaian itu bukan hanya mimpi. Tetapi bisa diwujudkan di dunia nyata saat ini, tidak perlu menunggu manusia mati dulu. “Apakah kita mati dulu baru menikmati surga? Tidak dong, semua orang serempak menjawab tidak. Sekarang pun kami mau merasakan itu. HWPL dan IWPG mencoba merealisasikan surga itu di dunia, tidak perlu nunggu mati dulu. Kenapa harus mati dulu baru bisa damai? Pedoman keyakinan apa, latar belakang sejarah berbeda, intinya cuman satu, damai,” katanya.***

Hundreds of University Students and NGO NTB (West Nusa Tenggara) Activists Participate in the “Action Peace Campaign FingerPeace”

[MATARAM] The International Women’s Peace Group (IWPG) Indonesia held the FingerPeace Peace Movement at the Mataram State Islamic University (UIN) Campus, Mataram City, West Nusa Tenggara Province (NTB) on Wednesday (22/2/2023) which was held at 14.00 WIB.

The “Action Peace Campaign FingerPeace” logo refers to the V sign, which was used as an abbreviation for Victory, as a victory gesture during World War II. It was made with a very strong desire to win peace and end global wars,” said IWPG Indonesia Branch Manager, Ana Milana in Mataram, Lombok, Wednesday (22/2).

The action which was held at UIN Mataram Campus was attended by the Dean of the Faculty of Ushuluddin and Religious Studies at UIN Mataram, Dr. H. Lukman Hakim M.Pd; Vice Dean III, Dr. Backtiar, M.Pd; Head of the Sociology of Religion Study Program, Dr. Nurudin Sag M.Si; Women’s Solidarity NGO activist, Nurul Hidayah, along with around 150 students and 50 NGO activists throughout NTB (West Nusa Tenggara)

The event started with a Peace Class Lecture delivered by Ana Milana. Amidst the lectures the lesson “My Values and the Beginning of Peace” is presented. It is one of the lesson modules for ‘Peace Lecture Training Education’ organized by IWPG for peace teaching candidates.

IWPG also signed a Memorandum of Agreement (MoA) with the Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Mataram, as well as with the Mataram Women’s Solidarity NGO. Whereas UIN and Women’s Solidarity have long been partners, the NGO often becomes a place for student internship.

After the Peace Class Lecture, the event continued with the movement of students and NGO activists as well as UIN Mataram academics unfurling a banner that read “Finger Peace Peace Campaign Movement”, while calling for peace.

The event was executed quite attractively, the students and all participants also simultaneously raised their mobile phones to scan the FingerPeace barcodes. According to Ana Milana, the campaign logo means that peace-building activities are not difficult or grand, but anyone can easily join anytime and anywhere with just our fingers. “Anyone anywhere in the world can take a picture with the V sign. And beyond borders, race, ideology, religion and language barriers, everyone who wants peace, so we are one in peace,” he said.

The world has been actively communicating online since COVID-19, and mobile phones have become essential items for men and women of all ages. IWPG Global Region 1 has set up a signature platform in QR code supporting DPCW so that anyone can easily participate in online peace activities, and will actively promote it and carry out signature activities around the world.

“Based on the actions taken by the nine branches of the Republic of Korea, we will promote the campaign worldwide, including Los Angeles, Washington D.C, 32 countries of Latin America, Southeast Asia, North Asia, and Africa, and it will spread rapidly via Social Media,” he said.

Declaration of Peace and Cessation of War/ DPCW

IWPG Indonesia, which is part of IWPG Global Region 1, held this event to promote the Declaration of Peace and Cessation of War (DPCW) to civil society through the “Acting Peace Campaign FingerPeace” and urged support for DPCW to be introduced to UN as international law.

As is known, the DPCW has 10 points that are being fought for at the United Nations Forum, namely: 1. Prohibition of the threat or use of force, 2. War potential, 3. Friendly relations and the prohibition of acts of aggression , 4. State boundaries, 5. Self-determination, 6. Dispute settlement, 7. Right to self-defense, 8. Freedom of religion, 9. Religion, ethnic identity and peace, and 10. Spreading a culture of peace.

According to Ana Milana, the global community clearly feels the importance of peace, after two world wars, which led to the birth of international peace organizations, the United Nations and international law. But in February 2022, the Russo-Ukrainian war revealed that international law is currently not working. Articles 10-38 of the Declaration of Peace and Cessation of War are solutions that can achieve a substantial end to war and peace.

In addition, all of these activities will be a means of promotion to produce an online website containing an outline and a promotional video “Acting Peace Campaign FingerPeace” and in collaboration with local civil society organizations.

“Acting Peace Campaign FingerPeace” was created to bring about world peace and will last until the global war ends and world peace is achieved.

Appreciation

On that occasion, the Dean of the Faculty of Ushuluddin and Religious Studies, UIN Mataram, Lukman Hakim, expressed his appreciation to IWPG, which is desperately calling for world peace, not just through words, but actively recruiting peace educators.

The dean delivered a message of peace through poetry and words.

I quote a verse from God’s Word: no matter how little you do, you will be rewarded, so you are sure that it is good and keeps anxiety away. In fact, in the battle of life, there are wins and losses.

The vast earth is very beautiful, inhabited by living side by side, continuing for generations. From ancient times until now, without stop variety of happenings come and go.

It is true that the pure and holy is tested. Starting with Qobuil’s Son of Adam, he killed Qobuil. That was the starting point on earth where there were human conflicts that continued with sophisticated modern weapons.

I am proud that IWPG is relentless in starting to build a network of seeds of peace, harmony, goodness, noble spirit and values of conscience. Reach lives to help each other and sincerely fill.

Even though we are still small currently, don’t give up your efforts to continue sounding about peace, keep up the spirit even through tire. Must be sure that ‘Man Jadda Wajada’ (He who toils shall succeed) is truly fruitful. Men’s children achieve a peaceful life with a smile.

Isn’t God all-loving and all-changing, for instance the story of Mariyam shaking a tree … it fell to the ground. Harmony no matter how small the effort, with God on the side of everything is easy.

In her presentation, Ana Milana said, this life was created for humans without cost. Nature is truly generous to humans. So humans should too. Be generous to everyone, thus creating peace

“We must meditate, Why am I living? Why should I tolerate it? The sense of love that we receive from this earth, should be done  to the people around us, starting from ourselves,” she said.

We are incapable alone, so we need people around us to spread peace. Starting from the one family, the wider community, the country, to the world.

Mindanao Island

In the question-and-answer session, Ana Milana answered questions from a UIN student majoring in the Sociology of Religion, Anggia Nuraini. Ana Milana said that since its establishment in 2013, IWPG and HWPL have taken many steps to achieve peace. Therefore, students are invited to join IWPG so they can see and understand what IWPG has been doing so far.

It is said, IWPG plays an active role in peace on Mindanao Island, Philippines. For decades the conflict occurred in the region. Not only a war of words, but also a massacre using weapons. Starting 2014, there has been peace in the area. IWPG and HWPL participate in building peace there.

At General Santos on 24 January 2014, a civil agreement was signed for Mindanao peace. The signing ceremony, organized by HWPL and IWPG and IPYG, was attended by more than 300 residents including politicians, university professors, religious leaders and students. Before an audience, Archbishop Emeritus Fernando Robles Capalla of Davao Archdiocese and Governor Esmael G. Mangudadatu of Maguindanao signed an agreement as representatives to work together to stop conflict and build peace.

Even weapons belonging to both parties were melted down and is used as the material for a peace monument. There can no longer be war. Of course, this is not easy to achieve. IWPG, along with other institutions with the support of the Philippine government, will continue to move until peace can be truly achieved,” she said.

UIN student, Ziqrul Elwan Danil also asked about the role of IWPG in stopping the Ukrainian-Russian war and whether it was possible for conflict to be eradicated from the face of this earth.

As an international NGO in special consultative status with UN ECOSOC, IWPG was created to stop wars and bring about world peace, together with 3.9 billion women worldwide. The head of the IWPG, Hyun Sook Yoon at the start of the war had made a call to state that IWPG could not tolerate anti-peaceful actions that threaten the precious lives of humanity.

“Therefore, we will continue to strongly condemn every heinous act of violence in the world that leads to war. Let’s pray together so that the parties are moved to make peace soon,” said Ana.

Answering the question about whether conflict can be stopped in this world, Ana Milana said that it is not impossible because everyone yearns for peace. Because, all humans believe, the end of life is a peaceful heaven without conflict. The form of heaven is the same, namely happiness, no crying, no suffering, it’s all the same,” she said.

Ana emphasized that peace is not just a dream. But it can be realized in the real world today, there’s no need to wait for humans to die first. “Do we die first and then enjoy heaven? No”, everyone answered together no. “Even now we want to feel that. HWPL and IWPG are trying to realize that heaven on earth, there’s no need to wait for death to come first. Why should you die before you can have peace? Whatever belief guidelines, different historical backgrounds, the point is only one, peace,” she said. ***