FENOMENA batu akik, batu mustika dan permata sempat menjadi tren di kalangan kolektor maupun penyuka barang antik di tahun 2015 yang lalu. Bahkan sempat booming. Meski kemudian tenggelam. Namun demikian, khususnya bagi kolektor sejati, keberadaan batu batu akik tersebut tidak mengenal istilah “booming” atau “tenggelam”, karena umumnya mereka tetap eksis dan bergumul dengan hobinya itu.
Sebagaimana diungkapkan Romo Sigit Widodo panggilan akrab Drs.R.Sigit Widodo Nugrohadi,MM sebagai kolektor sejati, karena lebih dari 30 tahun mengoleksi ribuan jenis batu akik teutama batu akik pusaka yang punya nilai jual tinggi. “Sebab, mengoleksi batu batu akik yang special itu ternyata banyak rahasia yang tersimpan. Bahkan bagi mereka yang percaya, memiliki batu akik atau permata tertentu akan membawa (punya tuah) keberuntungan,dan juga untuk kesehatan. Apalagi batu akik tersebut merupakan batu akik pusaka peninggalan zaman dulu,” tuturnya
Karena itulah, kata Romo Sigit Widodo, tidaklah mengherankan bila seseorang berlomba – lomba mengumpulkan batu serta permata dengan bentuk serta warna yang terbilang unik dan langka. “Harganya yang sempat menyamai sebuah mobil mewah, membuat batu akik seakan diburu. Bukan saja karena warna serta coraknya yang unik, namun juga karena diyakini tuah dan kegunaannya.”jelas pria ramah keturunan dari PB 3 Keraton Surakarta ini.
Romo Sigit Widodo yang sudah berpualang ke berbagai daerah dari Sabang sampai Merauke ini mengakui, bahwa di Indonesia, banyak daerah yang menghasilkan batu permata yang terbilang populer. Ragam jenis batu permata populer yang berasal dari daerah di antaranya batu Idorcrase yang berasal dari Aceh dan Padang. Ada pula Batu Kalimaya yang berasal dari Banten, serta Batu Kecubung dan Intan berlian yang berasal dari Kalimantan. “Batu – batu mulia tersebut diklasifikasikan berdasarkan kandungan serta kualitas kristalnya. Batu mulia tersebut memiliki nilai estetis dan ekonomis.”
Sepanjang peradaban manusia, menurutnya, batu mulia juga dijadikan sebagai patokan strata sosial. Semakin banyak memiliki batu mulia dianggap semakin tinggi tingkatan sosialnya,” Manusia umumnya cendrung menyukai benda – benda yang indah dan berkilau, seperti emas, bunga permata dan berbagai logam serta batu mulia lainnya.”Nah, ketika zaman kerajaan, mahkota raja menggunakan berbagai batu mulia. Tujuannya untuk menegaskan bahwa derajat sosialnya lebih tinggi,”
Secara historis, budaya Bali sebagian besar diadaptasi dari Pulau Jawa, ketika era Majapahit. Fenomena kebangkitan terhadap sesuatu yang dianggap klasik (renaissance), memang kerap terjadi. Namun, di dalam perkembangannya ternyata fungsi batu mulia mulai berubah.“Yang awalnya sebagai hiasan, kini fungsi itu bergeser ada yang menjadikannya sebagai jimat. Memang dalam Ilmu Perbintangan, batu mulia dijadikan sebagai penolak bala, atau mencegah nasib buruk. Namun, tidak semua cocok menggunakan jenis batu mulia tertentu,” ujarnya.
Fenomena batu mulia ini mencerminkan sebuah sajak yang ada dalam Kekawin Ramayana, yang menyebut : Sakwehning mulya kabeh, kanaka rajata lan manik hanang kana. Yangken untunia maputih, gumuyu guyung swarga sor denya. Sphantika manik tamalah – alah, suteja munggwing umah paninjowan. Kadi Gangga Saka Himawan, rupanya katon sutejasri. Artinya, segala benda yang mulia , emas, perak dan permata ada di sana. Bagaikan gigi putih yang berbaris bersinar. Seakan sedang menertawai Suargan yang kalah gemerlap oleh kilauannya. Kristal permata seolah tak tertandingi, yang terlihat bagaikan Sungai Gangga dari Himawan terlihat bersinar dengan indahnya.
Dalam Kekawin Ramayana, menurut Romo Sigit Widodo, pemakaian batu mulia secara berlebihan seperti disindir lewat bait tersebut. Konon, sinarnya seakan mengalahkan cahaya Surga. “Ya, memang sebaiknya tidak menggunakan batu mulia secara berlebihan “ungkapnya
Dia juga menjelaskan, ada beberapa sumber yang mencatat mengenai fungsi dan berbagai jenis batu mulia sesuai tuahnya. Salah satu sumbernya, yakni lontar Caracan Mirah. Lontar tersebut memuat ciri – ciri batu mulia yang memiliki tuah, atau disebut juga Manik Maya (permata mirah utama). “Dalam lontar disebutkan, batu mirah utama sepintas terlihat memiliki garis tipis bagaikan rumput di tengah air dalam belanga yang jernih. Jadi, jika batu itu, kita lihat secara dekat dengan cahaya, maka akan terlihat sebuah garis tipis. Jika menemukan batu dengan ciri – ciri itu ada baiknya disimpan. Batu Mirah Manik Maya konon fungsinya sebagai penjaga diri dari pengaruh buruk,”paparnya.
Menurutnya, tidak semua batu memiliki khasiat atau tuah tertentu. “Mungkin ada beberapa batu mulia atau batu akik yang benar – benar memiliki khasiat atau petuah. Seperti batu Rambut Sedana, yang konon digunakan sebagai alat pengasih asih. Itu pun jika batu tersebut dipasupati. Jika tidak dipasupati ya artinya tidak punya kekuatan apapun,” ujarnya.
Sebagai kolektor batu akik pusaka lebih dari 30 tahun ini, Romo Sigit percaya setiap batu mulia yang dimilikinya memiliki fungsi dan kegunanaannya sendiri – sendiri.”Ya, jelas sekali.” kata pria yang suka bertuang dari gunung ke gunung ini
Ketika ditanya apakah ada pengalaman mistis ketika mencari batu – batu pusaka tersebut yang kini menjadi koleksinya? “Wah…itu sering sekali, terutama batu hasil manifestasi dari alam lain di tempat tempat tertentu, misalnya makam keramat atau bekas kerajaan, gunung yang ‘wingit’ angker ,patilasan petilasan dan lainnya.”pungkas Drs.R.Sigit Widodo Nugrohadi,MM, salah seorang supranatural berprestasi yang juga anggota Forum Kekuarga Paranormal dan Penyembuhan Aternatif Indonesia (FKPPAI ), sehingga dia pun membuka praktek pengobatan medis dan non medis yang pasiennya ribuan berasal dari berbagai kota.
Dari hasil petualangannya ke berbagai daerah di Indonensia, batu pusaka miliknya banyak yang istimewa dengan nilai jual “selangit” mahal, bahkan ada yang menjadi juara saat ikut kontes. Juga dia punya batu mustika merah delima yang jadi andalannya (REDI MULYADI)****
Komentar