oleh

Ruang Publik Yang Mencerdaskan

Oleh : Hendri Hendarsah (ASN MTs Negeri 2 Kota Tasikmalaya)

MEMBACA adalah jendela dunia, artinya ketika kita didalam rumah ingin  melihat dunia luar maka salah satu  medianya dengan membuka jendela. Seperti ungkapan bahwa “perpustakaan otaknya masyarakat”, maka tidak salah jika sumber bacaan selayaknya hadir di tengah-tengah masyarakat yang dilayaninya untuk dicerdaskan dengan menghadirkan buku bacaan.  Sejarah telah membuktikan bahwa kemajuan suatu bangsa salah satunya ditunjang oleh pendidikan. Masa kejayaan Abasiyah menjadi bukti sejarah yang ditandai dengan tumbuhnya peradaban ilmu pengetahuan ditempat-tempat pendidikan seperti akademi dan perpustakaan. Pada masa inilah negara Islam menempatkan diri sebagai terkuat dan tak tertandingi.

Kota Tasikmalaya sebagai kota yang memiliki letak strategis baik dari aspek ekonomi, sosial budaya khususnya di wilayah priangan timur terus melakukan pembenahan  dengan membangun berbagai fasilitas. Pembangunan Kota Tasikmalaya sejak berdirinya 20 tahun yang lalu telah mengalami kemajuan yang signifikan. Kota Tasikmalaya mulai melakukan pembehanan tata ruang kota salah satunya penataan ruang publik untuk memberikan layanan kepada masyarakat baik untuk olah raga, kesenian,  hiburan dll.

Ruang publik yang ada di Kota Tasikmalaya cukup banyak seperti alun-alun, pusat olah raga dadaha, taman kota, stasiun, ruang tunggu perbankan dll.  Seperti taman kota yang berada di tengah-tengah pusat Kota Tasikmalaya tentunya sering dimanfaatkan oleh masyarakat umum sebagai tempat  olah raga, atau bersantai dengan keluarga. Banyaknya fasilitas hiburan seperti di taman kota, membuat pengunjung sering berlama-lama di area tersebut. Apalagi kalau hari libur seperti di taman Kota Tasikmalaya masyarakat banyak datang untuk menikmati susana dan fasilitas yang ada.  Namun  ada sisi lain yang bersifat edukatif yang belum dimanfaatkan di ruang publik  tersebut yaitu menghadirkan ruang literasi membaca. Memajukan fungsi ruang baca  sebagai wahana belajar sepanjang hidup tentunya harus dimulai dengan kecintaan kepada buku, karena apalah artinya buku berjejer dalam rak-rak kalau tidak ada pecintanya.

Membangun literasi membaca tidak cukup dengan menyuguhkan gedung perpustakaan yang lengkap dengan fasilitas yang representatif. Namun apabila peminat/pengunjung yang datang ke perpustakaan sedikit, maka tujuan menghadirkan perpustakaan sebagai media mencerdaskan masyarakat tidak tercapai. Alasan klasik masyarakat jarang datang keperpustakaan salah satunya karena letak perpustakaan yang jauh, tempat ruang baca yang kaku dll.  Tentunya problematika ini perlu di respon  dengan menyiapkan ruang baca yang lebih memberikan nuansa nyaman bagi para pembacanya untuk meningkatkan mutu literasi dalam membaca. Ruang baca tidak hanya di perpustakaan semata, tetapi bisa memanfaatkan ruang-ruang umum untuk menghadirkan ruang baca bagi masyarakat. Mobilitas masyarakat di ruang publik memberikan peluang untuk menghadirkan sumber bacaan dalam upaya membudayakan membaca kepada masyarakat. Pojok-pojok baca setidaknya memberikan ruang untuk membaca walau hanya beberapa menit saja. 

Begitupun ketika kita memasuki Stasiun kereta api, fasilitas yang disediakan hanya tempat duduk umum dan tempat changer hp. Padahal ruang publik tersebut bisa dipergunakan untuk menempatkan beberapa buah buku bacaan, majalah, koran  atau dokumen informasi tentang perkeretaapian. Sambil menunggu jadwal keberangkatan, masyarakat bisa menambah pengetahuannya dengan membaca selain menggunakan handphone.

Antrian di perbankan juga bagi nasabah sangat menjenuhkan apalagi antrian yang begitu panjang yang memakan waktu berjam-jam, ada peluang untuk menghadirkan pojok-pojok baca bagi para nasabah untuk menunggu antrian sambil membaca.

Cofee-cofee yang ada di wilayah Kota Tasikmalaya memberikan peluang untuk bisa menyuguhkan beberapa  bacaan  bagi konsumen, sehingga ada nilai tambah selain minum kopi bisa menambah ilmu dengan membaca. Karena durasi duduk menikmati kopi lumayan banyak selain ngobrol-ngobrol juga bisa dimanfaatkan menikmati buku-buku yang disediakan, sehingga cofe-cofe bisa menjadi tempat inspirasi bagi banyak orang dengan media membaca. 

Dilingkungan perkantoran pemerintah juga bisa dilakukan sebagai upaya memberikan layanan kepada masyarakat. Banyak buku-buku berderet di lemari hanya menghiasan tunggu atau pimpinan. Padahal ini merupakan sumber bacaan yang sangat penting. Tetapi di Sebagian kantor juga penulis melihat sudah ada beberapa perkantoran yang menghadirkan pojok-pojok baca bagi  tamu yang datang untuk bisa memanfaatkan buku-buku yang disediakan sambil menunggu antrian layanan.

Gerakan menghadirkan ruang membaca di ruang publik adalah sebuah keniscayaan dalam rangka mengimbangi derasnya penggunaan handphone yang sudah masuk kesemua usia. Suatu harapan besar taman-taman di Kota Tasikmalaya ada ruang baca yang bisa menghidupkan dunia membaca sebagai gerakan ruang publik yang mencedaskan. Harus ada komitmen pemerintah dengan kebijakan-kebijakannya yang mendorong untuk menggerakan program literasi membaca disemua kalangan. Memang berat, tetapi menuju sepuluh langkah dimulai dengan satu langkah pertama. 

Peran Pegiat Literasi

Menghadirkan ruang baca di ruang-ruang publik perlu didukung oleh pemerintah. Hubungan sinergitas pemerintah Kota Tasikmalaya dengan pegiat literasi harus dibangun dalam rangka mengembangkan dunia literasi membaca bagi masyarakat. Upaya yang menjadi sebuah tantangan sekaligus harapan besar bagi pecinta literasi, untuk menghadirkan ruang baca di ruang publik.  Peran pegiat literasi sangat dinantikan untuk hadir di tengah-tengah masyarakat memberikan edukasi, informasi tentang gerakan membaca  mencedaskan masyarakat.

Taman bacaan bagi masyarakat umum sangatlah dinantikan. Banyak upaya yang bisa dilakukan dalam menghadirkan taman bacaan yang nyaman : Pertama membangun tata letak eksterior  dengan kondisi ruang publik agar para pembaca nyaman dan bisa berlama-lama membaca buku, majalah, koran dll. Kedua koleksi buku, majalah, koran yang memang sering menjadi konsumsi masyarakat sesuai tingkatan usia, karena ruang baca  bisa dihadirkan untuk menjadi hiburan keluarga. Ketiga pihak ruang baca bisa mengadakan lomba-lomba pada moment-moment penting seperti Hari Jadi Kota Tasikmalaya, hari Pendidikan nasional. Keempat ruang  baca sebagai media tukar informasi tentang membaca, menulis buku, menerbitkan buku, dll.  Taman bacaan juga bisa di gunakan untuk acara bedah buku dengan konsep di ruang terbuka dengan susana yang santai, penuh dengan rasa kekeluargaan. Sehingga  konsep-konsep dalam membangun Kota Tasikmalaya bisa lahir dari forum-forum diskusi. Semua apa yang menjadi harapan  bahwa ruang publik di Kota Tasikmalaya bisa mencerdaskan masyarakatnya dengan media membaca bisa terwujud. SEMOGA…(***

Komentar