TASIKMALAYA-–Pada hari Kamis 25 Agustus 2022, Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Norma budaya istiadat PBB atau United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menurunkan tim peneliti untuk melakukan penelitian ke situs Batu Melingkar (Circle Stone) yang berada di komplek makam keramat Lemah Tuan Alam, Cipeujit, Desa Jahiang, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Kunjungan tim peneliti tersebut didampingi Dicky Z Sastradikusumah dari Rajawali Soekapoera bersama Tim Ekspedisi Garda Pancasila dibawah naungan Yayasan Galunggung Sakti Nusantara Kencana (GASANTANA) pimpinan Hadi Permana.
Dicky Z Sastradikusumah menjelaskan, tim peneliti dari UNESCO PBB yakni Mr.Didit (Indonesia) dari Leiden Belanda dan Mr Keit dari Amerika Serikat pada hari Kamis 25 Agustus 2022 pukul 07.00 WIB berangkat dari rumah mantan Kapolda Jawa Barat Irjen Pol (Purn) Dr.H.Anton Charliyan MPKN, kemudian berangkat ke lokasi berada di komplek makam keramat Lemah Tuan Alam, Cipeujit, Desa Jahiang, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya.
“Tujuan dari tim peneliti dari UNESCO tersebut untuk mengetahui lebih jauh mengenai keberadaan situs Batu Melingkar yang memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri. Selain batu melingkar sebagai situs budaya masa lalu dan bentuknya unik, juga terdapat keanehan lain yang berkaitan dengan frekuensi sinyal alat komunikasi HT atau HP. Penggunaan alat komunikasi di lokasi ini akan semakin jauh jangkauannya meskipun berada dipegunungan minim sinyal. Inilah yang menarik perhatian tim peneliti UNESCO turun ke Situs Batu Melingkar untuk membuktikannya,”jelas Dicky Z Sastrakusumah.
Beberapa waktu lalu, saat peresmian Situs Batu Melingkar atau Circle Stone di Desa Jahyang, Abah Anton panggilan Anton Charliyan menjelaskan adanya keunikan di komplek keramat makam Lemah Tuan Alam dan situs Batu Melingkar ini memiliki frekuensi pemancar HT dan HP. Dia mencontohkan, perangkat komunikasi HT yang kapasitasnya hanya 5 ampere yang max jarak jangkaunya paling hanya 2 kilometer, secara otomatis tiba-tiba bisa menjangkau jarak 20 kilometer. Bahkan dicoba sampai bisa menjangkau yang Gunung Sawal di Kabupaten Ciamis yang jaraknya sekitar 40 kilometer dan Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan yang jaraknya lebih dari 150 kilometer,” ujarnya.
Karena keunikan inilah, lanjut mantan Kadiv Humas Polri ini, maka tidak berlebihan kalau tim peneliti dari UNESCO PBB turun ke Situs Batu Melingkar di Desa Jahyang untuk membuktikan kebenaran adanya frekuensi pemancar HT dan HP. Ada benda apa terpendam di kawasan komplek makam keramat Lemah Tuan Alam merupakan peninggalan leluhur Sunda dari zaman kerajaan dulu.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Mr Didit dan Mr Keit tim peneliti dari UNESCO PBB berkenan turun ke lokasi Batu Melingkar untuk melakukan penelitian keberadaan situs tersebut. Kita tunggu hasil penelitian mereka. Semoga mereka menemukan sesuatu yang berharga, terutama kaitannya dengan keunikan tadi, karena memiliki frekuensi pemancar HT dan HP yang cukup tinggi meskipun tidak ada tower telekomunikasi di lokasi. Saya sendiri menduga, jika frekuensi pemancar HT dan HP yang cukup tinggi, berarti di lokasi tersebut ada semacam benda atau logam yang punya nilai jual tinggi,”pungkasnya. (REDI MULYADI)***