oleh

Situs Makam Walahir Salah Satu Situs Sejarah Makam Kuno Terbesar di Nusantara

Kab.Tasikmalaya, LINTAS PENA

Objek wisata ziarah di Kabupaten Tasikmalaya tidak hanya Makam Kramat Syekh Abdul Muhyi di Gua Pamijahan saja, tapi  ada satu lagi yang tak kalah menarik untuk dikunjungi, yakni Situs Sejarah Makam Walahir yang merupakan salah satu situs makam kuno terbesar di Nusantara. Karena di komplek pemakaman ini terdapat makam makam sejumlah tokoh Kerajanaan Sunda dan Kerajaan Galunggung.

Kenapa komplek makam seluas 2 hektar ini layak dijadikan objek wisata ziarah? “Kalau melihat posisi makam makam yang ada di Komplek Pemakaman Walahir ini yang arahnya sudah utara selatan sudah model makam Islam. Artinya, kemungkinan budaya islam sudah masuk ke Galunggung sebelum tahun 1111, dan telah terjadinya syiar atau penyebaran agama Islam di kaki Gunung Galunggung” jelas Irjen Pol (Purn) Dr.H.Anton Charliyan MPKN, seorang tokoh masayarakat serta tokoh budaya Sunda yang juga mantan Kapolda Jawa Barat ini.

Hal senada diungkapkan Juru Kunci Makam Walahir Bu Dodoh Kodariah dan Ki Kijang Suryatman, bahwa selama ini Komplek Makam Kuno Walahir  menjadi tujuan peziarah yang bukan hanya berasal dari Tasikmalaya saja, tetapi dating dari   Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan kota lainnya. Mereka,   biasanya datang setiap malam. Dan kebanyakan (datang) Jumat Kliwon,” ucapnya.

Dodoh Kodariah menjelaskan, bahwa gundukan batu di Komplek Makam Walahir ini  merupakan situs sejarah para leluhur Galunggung periodesasi Islam. Walahir diperkirakan berkaitan dengan situs sejarah   lain seperti Geger Hanjuang dan Batu Mahpar yang lokasinya tak terlalu jauh.

Kijang Suryatman menambahkan, bahwa situs Walahir lokasinya cukup berdekatan dengan situs Geger Hanjuang dan Situs Linggawangi, hal ini sangat memungkinkan aktifitas keagamaan dilakukan di kedua lokasi tersebut, saat lokasi tersebut banyak dikunjungi baik untuk kepentingan penelitian maupun ziarah.Beberapa makam yang sering di ziarahi antara lain : Eyang Kuncing Putih, Ambu Saerah, Eyang Latifah (ahli Qiro’ah), Eyang H. Sembah Dalem Wirakusumah, Eyang Gorah, Eyang Mutholib, Eyang Kenong, Eyang Rajawisuta, Eyang  Wirakusumah,Eyang Panjisena, Eyang Panjiseta, Eyang Tubagus Lanjar, Eyang Dayang Sumedang, Eyang Sumedang, Eyang Dalem Cigeuleum, Eyang  DaleumTegal Munding,Ciung Wanara, Eyang Dalem Peundeuy, Eyang Dalem Gagak,Ambu Sumaerah Wirakusumah,Indung Ciut/Pajaji Sakti, Eyang Wira Buana, Eyang Ali, Eyang H. Tubagus Urif dan Kiayi  Ahmad , Eyang  Sembah Dalem Wiradadaha

Abah Anton panggilan akrab Irjen Pol (Purn) Dr.H.Anton Charliyan,MPKN menjelaskan, bahwa Menapaki jejak sejarah masa lampau merupakan cerminan bagi kita yang hidup di masa kini untuk mengambil pelajaran bagaimana kearifan lokal telah menjadikan pendahulu kita mencapai kegemilangannya. Sesuai peribahasa Sunda : :”Moal Aya Nu Kiwari Lamun Teu Aya Nu Bihari”, Tidak akan ada saat ini bila tidak ada masa lalu, pungkasnya.

Lokasi komplek Makam Keramat Walahir di Desa Sidamulih Kec.Sariwangi yang tak jauh dari objek wisata keluarga Batu Mahpar yang kini banyak dikunjungi wisatawan (REDI MULYADI)****