Oleh: Nina Herlina, S.Pd (Guru Kelas VI SDN Indihiang Kota Tasikmalaya)
MEWABAHNYA pendemi covid-19, mau tidak mau membuat kita para guru mesti pandai-pandai mencari strategi baru demi terus berlangsungnya proses KBM. Strategi tatap muka pun harus segera digantikan strategi lain yang dianggap lebih aman, mumpuni dan tentu saja berkesan bagi peserta didik. Penerapan KBM berbasis teknologi bisa jadi salah satu alternatinya. Kabar baiknya dari pandemi ini adalah bertebarannya aplikasi-aplikasi online yang dinilai dapat menunjang kinerja guru saat proses KBM tiba. Sebut saja aplikasi google meet dan zoom meeting yang menjadi primadonanya.
Tantangan pendidikan di masa pandemi diantaranya kondisi psikologis siswa. Kondisi psikologis siswa dimasa pandemi tentu menjadi perhatian khusus bagi semua kalangan terutama bagi para pemangku kebijakan. Hingga saat ini pemerintah melalui kemendikbud menghimbau kepada semua pihak dapat terus bahu membahu dan berkolaborasi terkait tanggung jawab pengelolaan pendidikan karena telah diamanatkan undang-undan. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) misalnya dapat memberikan masukkan dan usulan tentang penyelenggaraan perlindungan anak. Selain itu juga kemendikbud terus menghadirkan berbagai kebijakan yang meringankan beban guru, siswa dan orang tua. Aktivitas dan tugas pembelajaran dapat bervariasi dengan memperhatikan kondisi psikologis siswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing siswa, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses fasilitas belajar di rumah.
Peran orang tua siswa dan siswa itu sendiri sangat berpengaruh dalam pelaksanaan PJJ dimasa pandemi sekarang. Mau tidak mau mereka harus siap terutama para orang tua karena secara langsung mereka terlibat dalam pelaksanaannya sebagai pengganti guru di sekolah, yang berbeda hanya pelaksanaannya yaitu di rumah. Adapun peranan orang tua sangat penting dalam PJJ dimasa pandemi sekarang karena peranannya sebagai guru maka harus selalu memastikan anak belajar dengan aman dan efektif di rumah. Memberikan semangat untuk terus belajar kepada anaknya untuk tetap mengikuti pembelajaran daring. Selain perannya sebagai guru di rumah untuk itu jika menemui kendala mereka harus segera mengkoordinasikan dan melaporkan hasil pembelajaran anaknya kepada guru.
Diakui kesenjangan fasilitas penunjang dalam PJJ sampai saat ini masih menjadi kendala diantaranya kepemilikan gawai (smartphone). Karena itu anak didik atau orang tuanya harus memiliki salah satu atau lebih gawai tersebut. Kesenjangan jelas mencolok dalam hal ini. Ada anak yang memiliki hampir semua jenis gawai tersebut karena kemapanan orang tuanya, namun sebaliknya ada anak nahkan orang tua belum memiliki satupun varian dari gawai tersebut. Akibatnya ada anak yang bisa dengan lancar mengikuti program PJJ, namun ada anak yang harus kalang kabut meminjam gawai orang tua, kerabat dan bergantian dengan saudara-saudarnya yang juga harus mengikuti PJJ, bahkan ikut nebeng sama teman-temannya.
Tidak berhenti sampai disana, ketersediaan kuota internetpun masih terjadi kesenjangan. Kuota mutlak diperlukan, karena tanpa kuota koneksi tidak bisa berjalan dan tentu saja PJJ tidak bisa dilaksanakan. Dalam hal ini ada keluarga yang bisa memiliki wifi internet yang bagus dan unlimited, belum lagi ditambah kuota internet yang dimiliki pada kartu-kartu operator yang diapakai pada ponsel mereka. Namun disisi lain, banyak keluarga atau anak didik yang dhuafa kuota. Selain tantangan-tantangan diatas sosialisasi PJJ pun belum dilaksanakan secara maksimal dikarenakan kondisi saat ini. Sosialisasi baru dilaksanakan secara luring dengan menghadirkan beberapa orang tua sebagai perwakilan dari tiap kelas untuk disampaikan kepada teman-teman sekelasnya. Adapun selebihnya dilaksanakan secara daring dengan beberapa tahap. Hal itu dirasa pelayanan yang diberikan pihak sekolah tidak maksimal karena seperti saya sampaikan sebelumnya masih banyaknya para orang tua siswa yang belum memiliki gawai.
Dengan segudang permasalahan diatas, sudah selayaknya semua pihak ikut aktif berperan serta menghadirkan solusi terbaik atas PJJ yang sedang berlangsung. Pemerintah dalam hal ini memberikan solusi terbaiknya melalui pemberian kuota gratis via kominfo. Kuota gratis diberikan kepada guru dan peserta didik. Hal ini diambil untik lebih melancarkan proses KBM melalui PJJ. Solusi lainnya menggandeng provider-provider untuk turut serta melaksanakan bimtek atau pelatihan penggunaan IPTEK terutama untuk para guru. Bimtek ini stidaknya bisa mempermudah guru mengoperasikan pembelajaran jarak jauh berbasis aplikasi. Pada akhirnya kerjasama semua pihak dibutuhkan untuk menciptakan PJJ yang akurat dan bermakna. Saatnya guru, orang tua dan pemerintah bahu membahu berkolaborasi membuat sebuah PJJ yang menyenangkan bagi peserta didik. @@@
Komentar