Kab.Tasikmalaya,LINTAS PENA
Pada hari Minggu, 8 November 2020 sekitar pukul 09.00 WIB telah berlangsung acara “Tradisi Hajat Buruan Ngumpak Galunggung” yakni ngumbah pakarang Galunggung di bulan Maulid nyucikeun diri ngistrenan alam jaga lembur, akur jeung batur, panceg na galur ( mencuci benda pusaka Galunggung di bulan maulid Nabi Muhammad SAW sebagai symbol menyucikan diri mengukuhkan alam, menjaga kampung, hidup bersama orang lain/kebersamaan, dan tidak menyalahi aturan). Acara ini berlangsung di komplek objek wisata Batu Mahpar Geopark Galunggung di Desa Linggawangi Kec.Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya.
Walaupun upacara tradisi “Hajat Buruan Numpak Galunggung” kali pertama ini digelar, ternyata sungguh luar biasa semarak, karena mendapat sambutan hangat dari warga masyarakat desa maupun dari tokoh Sunda dari berbagai kota/kabupaten Tasikmalaya, Ciamis, Cirebon, Bandung, Bandung, Banten, Sumedang, dan Garut.
“Sungguh luar biasa dan diluar dugaan. Pasalnya, kami hanya mengundang tokoh tokoh Sunda sekitar di Kabupaten Tasikmalaya, terutama yang memiliki padepokan/paguyuban, hanya sekitar 25-50 orang saja. Namun pada hari “H” jumlah peserta yang datang sekitar 1.000 orang. Bahkan banyak tamu undangan yang datang dari berbagai kota/kabupaten, terutama para sesepuh seni budaya Sunda,”ungkap M Totong Hidayat,SE ketua panitia penyelenggara.
M.Totong Hidayat,SE menjelaskan, bahwa “Hajat Buruan Ngumpak Galunggung “ ini diprakarsai oleh Paguyuban Pusaka Galunggung Komunitas Kasepuhan dan Masyarakat Kawasan Dinding Ari Galunggung. “Hajat Buruan merupakan kegiatan mencuci benda-benda pusaka bertuah milik seluruh kasepuhan dan komunitas adat budaya di Tatar Sunda,” ujarnya
Sementara itu, mantan Kapolda Jawa Barat Irjen. Pol. (Purn) Dr. Drs. H. Anton Charliyan, MPKN mengungkapkan , kegiatan “Hajat Buruan Ngumpak Galunggung “ digelar seiring dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Melalui Hajat ini, diharapkan masyarakat, khususnya masyarakat Sunda mensucikan diri dan menjaga alam serta kampung halaman. “Hajat ini juga senantiasa mengingatkan kita semua untuk Panceg Dina Galur atau Teguh dalam Pendirian, sebagaimana diamanatkan dalam naskah kuno Amanat Galunggung. Juga sekaligus dalam upaya melestarikan seni budaya maupun adat tradisi Sunda ” ujar Anton.
Abah Anton panggilan akrab Anton Charliyan mengatakan, bahwa Hajat Buruan merupakan adat tradisi para leluhur dalam hal mencuci “ngarumat” benda benda pusaka bertuah milik kesepuhan, dimana kebiasaan itu kini hampir punah di masyarakat.
“Pada tempo dulu di masyarakat kita ada tradisi hajat buruan ngumbah pakarang Galunggung dan tradisi itu kini sudah hampir punah. Karena itu, saya bersama para sesepuh Galunggung yang masih ada berinisiatif untuk mengembalikan tradisi tersebut agar tetap lestari..”ungkapnya.
Dalam acara “Hajat Buruan Ngumpak Galunggung” yang diselenggarakan pada 8 Novemver 2020 tersebut di warnai dengan ngumbah pakarang Galunggung di Bulan Maulid, yang mengandung makna nyucikeun diri ngistrenan alam, jaga lembur,akur jeung batur,panceg na galur. “Bertepatan dengan bulan Maulid Nabi Muhammad SAW, kita juga nantinya menggelar acara secara Islami seperti shalat hajat, sholat tobat, selama parade diiringi lantunan sholawat nabi, pengajian, do’a bersama memohon kepada Allah SWT agar negara kita dilindungi dari segala marabahaya termasuk Covid 19, keutuhan NKRI dan lainnya.” tutur mantan Kapolda Jawa Barat ini.
Ketika sitanya mengenai antusiasnya masyarakat yang mengikuti “Hajat Buruan Ngumpak Galunggung” Abah Anton sendiri mengungkapkan sangat senang dan banyak berterima kasih atas apresiasi dan antusias warga masyarakat yang hadir karena pada awalnya hajat buruan ini akan dihadiri 10 paguron/kampung adat dengan total peserta hajat buruan 50 orang, tapi pada hari dilaksanakannya hajat buruan ini masyarakat yang hadir sangat banyak. Abah mengatakan bahwa hal ini diluar kendali panitia, tapi dengan banyaknya peserta dan warga yang hadir mudah mudahan doa kita dikabulkan oleh Allah SWT dan keadaan kita bisa lebih baik lagi setelah dilaksanakannya hajat buruan ini”pungkasnya. (REDI MULYADI)***
Komentar