Maumere, Lintas Pena
Uskup Agung Ende Mgr. Vincentius Potokota. Pr saat memberikan sambutan dalam acara penyerahan Keputusan Menteri Agama ( KMA) Penegrian Sekolah Menengah Agama Katolik ( SMAK) Ende Sabtu 16 Maret 2019 mengatakan menghadirkan SMAK butuh keberanian.
Izin dan rekomendasi mendirikan SMAK ungkap Uskup telah melalui pemikiran dan diskusi yang cukup lama dan mendalam.
” Hirarki gereja tidak terburu-buru menangkap peluang yang ada. Meski sudah lama ada bisikkan namun kami para uskup mempertimbangkan secara cermat. Harus ada jaminan bahwa apa yang didesain sesuai dengan nilai-nilai katolik. Jadi tidak sekedar menangkap peluang. Kami cermati peluang itu dalam kajian dengan perjalanan bangsa yang panjang,” kata Uskup.
Pemikiran dan kajian inilah lanjut Uskup yang kemudian membuat para uskup untuk bersepakat bahwa ruang pemerintah adalah ruang yang pantas sebagai ruang berkat untuk umat katolik di Indonesia.
Meski demikian akui uskup, para uskup sebagai kepala gereja lokal tetap berwewenang mengambil keputusan sesuai dengan pertimbangan dan kebijakannya masing-masing.
“Mengapa saya berani? Tidak semua uskup berani tetapi saya mengambil langkah ini karena saya percaya pada tokoh-tokoh awam saya. Gereja kembali kepada kebanggaannya, pada andalannya yaitu pada kaum awam. Itulah dasar keberanian saya,” tandas Uskup Sensi.
Kepercayaan pada kemampuan awam inilah yang kemudian membuat uskup bertekad menyerahkan sepenuhnya pengelolaan SMAKN Ende pada awam katolik.
“Saya tidak mau satu imam kaum tertahbis pun yang menangani sekolah ini. Para tokoh awam ini telah berkiprah dengan baik mulai dari level pusat sampai daerah,” ujar uskup.
Sementara Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi NTT Drs. Sarman Marselinus mengatakan dengan penergian Sekolah Menengah Agama Katolik Negeri ( SMAKN) Ende menjadi lembaga pendidikan yang secara hukum dapat menjamin kekatolikannya. Dengan penyerahan KMA no 689 tahun 2018 terkait penegrian SMAK st. Thomas Morus Ende menjadi SMAK Negeri Ende.
” Tidak sekedar menaruh label katolik tetapi kurikulum menjamin itu. Selain pendidikan agama dan pelajaran umum lainnya ada juga pendidikan keagamaan seperti kitab suci, liturgi, hukum gereja,” demikian Sarman.
Atas kehadiran SMAK Negeri pertama di NTT bahkan di Indonesia ini Kakanwil Kemenag mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak terutama kepada Uskup Agung Ende, tokoh masyarakat setempat, para penggagas dan tokoh pendiri.*(Yuven Fernandez)
Komentar