oleh

Vice President Gojek Tokopedia dan Ketua ICCI: Adu Keyakinan Ekonomi Berdikari

JAKARTA, – Banyak perbedaan konsepsi Ekonomi yang diyakini antara model bisnis Start Up dan Koperasi. Model penafsiran dan pengejawantahannya pun juga berbeda. Model bisnis Start Up meyakini bahwa solusi yang inovatif sekaligus dapat dimonetisasi dalam menghadapi permasalahan menjadi tujuan akhir dari Berdikari (Berdiri di Atas Kaki Sendiri). Sedangkan model bisnis Koperasi meyakini kekuatan manpower dan pelibatan ide bersama membuat Demokrasi Ekonomi lebih bisa diwujudkan dalam pembagian dan pemerataan.

Hal tersebut terungkap dalam diskusi yang seru antara Vice President Gojek Tokopedia (GoTo) Rangga Fadillah dan Ketua Komite Eksekutif Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation (ICCI) Firdaus Putra saat menjadi narasumber talkshow Bung Karno Series di kanal Youtube BKN PDI Perjuangan bertema Ekonomi Berdikari: Start Up atau Koperasi?. Acara tersebut berlangsung seru dan diwarnai debat yang dipandu Host M. Ibnu Beno Novit Neang dan Fara Marisda.

“Mewakili generasi milenial, tanpa Bung Karno, kita tidak akan hadir sebagai bangsa yang independen, ekonomi berdikari sangat relevan dengan dunia start up,” ujar Rangga, dalam keterangannya yang dikutip media ini, Minggu (03/07/2022).

Menurut Rangga, di Start Up GoTo didirikan oleh orang Indonesia. Awalnya transportasi kemudian melebar besar. Teknologinya juga dibuat oleh anak bangsa, yang kami berdayakan juga orang-orang Indonesia. Gojek, kata dia, sekarang punya 2,5 juta mitra dan memberikan penghidupan mata pencarian. Tokopedia punya 12 juta mitra, itu 98 persen nya adalah pedagang kecil dan mikro, mereka ini yang merasakan manfaatnya.

Bagi Firdaus, Koperasi yang menjadi simbol dan pelaksanaan demokrasi ekonomi memiliki esensi anti eksploitasi manusia atas manusia. Hali ini dicanangkan karena rakyat sudah pernah mengalami penjajahan yang luar biasa. “Ingat fase pertama adalah imperialisme company, itu VOC tadi, itu perusahaan. Jangan sampai didikte ketergantungan,” jelasnya

“Bung Karno paham betul kita punya sumber daya alam yang luar biasa, Indonesia masa depan akan mengarah ke industrialisasi dan ini sedang terjadi sekarang,” imbuhnya.

Basis investasi start up itu, kata Firdaus, merupakan investasi asing. GoTo memang mitranya banyak. Namun, masih kata Firdaus, di dalam demokrasi ekonomi itu kuncinya kepemilikan.

“Nah ini nilai lebihnya ke mana, labanya ke mana. Ini menjadi challenging, bolehlah dia beroperasi di Indonesia tapi kemudian mengalirlah keuntungan itu ke sana. GoTo baru saja IPO dengan nilai lebih dari Rp. 400 Triliun. Tentu saja ini menjadi tantangan ekonomi berdikari,” katanya.

“Ekonomi dalam hidup kita itu tidak statis harus mengikuti zaman. Yang kita tonjolkan adalah inovasi. Bentuknya apa pun, entah koperasi, PT dan sebagainya. Intinya yang tidak terbatas pada konsepsi masa lalu. Intinya solusi dalam menghadapi masalah. Ketika itu bisa dimonetisasi dalam bentuk bisnis maka di situlah berdikari,” ujar Rangga menanggapi Firdaus.

Firdaus lantas mengutip UUD 1945 dengan menyebut Pasal 33. “Di badan hukum Indonesia yang bergerak di ekonomi, model mana volumenya yang lebih besar? Bung Hatta menyatakan Deklarasi Ekonomi tahun 1963. Volume memang harus bisa semua badan berputar besar namun jika berbicara porsi, maka urutannya adalah BUMN , Koperasi, Swasta ini Bung Hatta yang bilang,” tegasnya. (*)

Komentar