Oleh : Ernawati Latifah (Mahasiswi STAI Miftahul Ulum Tasikmalaya)
TULISAN tentang wanita sudah banyak kita jumpai diberbagai media, menyuguhkan berbagai persfektif untuk membahasnya. Pembahasannya tidak cukup pada satu persoalan, namun berbagai persoalan didalamnya. Begitupun tulisan ini, ada suatu rasa penasaran penulis untuk membahasnya. Banyak kaum adam yang sering menanyakan rutinitas dan aktifitas seorang perempuan. Baik yang belum menikah atupun yang sudah menikah. Rasa penasaran terkadang menghampiri setiap hati laki-laki terkhusus bagi para mereka yang sedang mencari dampaan hati atau pasangan, kadang sejumlah deretan kriteria dicantumkan untuk mencocokan dengan kepribadian perempuan yang dicarinya. Salah satunya tentang status aktifitasnya.
Dalam kehidupan sekarang ini perkembangan informasi dan teknologi memberikan dampak yang cukup besar dalam dunia wanita, dimana posisi seorang wanita yang berkarir sesuai keahliannya sudah merupakan hal biasa, hal ini banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Tidak sedikit hal ini menjadi persoalan untuk kaum laki laki. Alasannya klasik merasa kalau wanita karier yang sering menghabiskan waktu diluar akan memuat kewajibanya terbangkalai sebagai seorang istri. Namun hal itu tidak sedikit juga di anggap sebagai masalah besar untuk perempuan yang memang karakternya berkarier dan karena kebutuhan yang memaksanya untuk berkarir diluar sana.
Diambil dari narasi yang dinyatakan oleh Perempuan hebat, Najwa Shihab yang kata-katanya sering mengimprirasi, beliau menjawab dari sebuah pertanyaan : “ Pilih Ibu Rumah Tangga atau Jurnalis ?” Mbak Nana menjawab dengan Lantang : ”Kenapa sih perempuan harus di suruh memilih? Bukankah kita bisa mendapatkan keduanya? Pertanyaan itu dari dulu sudah menepatnya posisi wanita seolah olah tak berdaya. Karena wanita itu multi peran, saya bisa menjdi ibu, menjadi istri. Menjadi tetangga dan menjdi jurnalis.” Pungkasnya dengan tegas.
Dari gagasan yang di sampaikan, kita bisa berpikir ketika seorang wanita memutuskan untuk menjadi wanita biasa dalam arti menjadi seorang wanita yan tinggal dirumah dan hanya mengerjakan pekerjaannya dan mematuhi perintah suami, maka disana nilai plus sebagai istri sholelah akan di dapatkannya, tapi gagasannya tersebut tidak bisa disamakan jika wanita kakier bukan istri sholehah juga. Karena wanita berkarir tak sedikit untuk membantu menambah penghasilan suami atau membantu perekonomian keluarga, atau hanya ingin mengamalkan kemampuan yang dimilikinya.
Apapun yang diputuskan menjadi seorang ibu rumah tangga atau wanita karier, tidak membuat posisi perempuan lemah. Seorang wanita dituntut untuk bisa memposisikan sebagai sosok wanita yang bisa dibanggakan dan mampu membahagiakan untuk orang di sekelilingnya, serta mampu melaksankan kewajiban untuk keluarganya adalah impian seorang wanita. (@@)
Komentar