oleh

Wuring Yang Unik dan Menggeliat, Wuring Yang Mencemaskan

Maumere, LINTAS PENA

Masyarakat kampung Wuring di Kelurahan Wolomarang, kecamatan Alok Barat, kabupaten Sikka, Flores Nusa Tenggara Timur yang mayoritas adalah nelayan mendirikan rumah-rumah mereka di atas laut dari tiang kayu. Di bawah rumah kolong rumah panggung tersebut dilabuhkan sampan-sampan yang digunakan untuk menangkap ikan. Masing-masing rumah dihubungkan oleh jembatan yang terbuat dari bambu. Wuring destinasi wisata yang paling dekat dan memiliki keunikan tersendiri yakni rumah panggung.

Di lihat dari pelabuhan, Wuring menyuguhkan landscape yang indah. Mata anda kan dimanjakan dengan gunung yang menjulang tinggi, mangrove, perumahan  dan menikmati manjanya riak-riak gelombang dan burung camar yang beterbangan kian kemari. Keunikan lain  semua warga adalah nelayan setiap hari kampung ini di datangi banyak orang karena ada pasar ikan.

Kekhasan ini membuat kampung tradisional Wuring menjadi salah satu destinasi wisata yang kian menggeliat. Di ujung kampung di bangun sebuah masjid terapung An-har yang Nampak seperti terapung di air menjadi destinasi wisata rohani dan kegiatan rohani warga setempat yang beragama islam. Dalam satu kampung ada tiga mesjid.

Guru Besar Utrecht University Belanda Profesor Karel A. Steenbrink ketika berkunjung ke Wuring Akhir Oktober 2018 lalu kagum menyaksikan rumah komunitas Bajo di Kampung Wuring yang sangat khas.”Rumah di bangun diatas laut. Menjadikan laut gantungan hidup mereka. Suasana sangat khas. Mereka bisa bertahun-tahun di tempat seperti ini,”ujar Karel. Kekaguman Karel pun beralasan. Meski rumah mereka sederhana tetapi tidak pernah kalah dalam mengikuti perkembangan zaman. Wifi sudah terpasang di rumah mereka.

Geliat ekonomi seperti pemasok ikan bagi masyarakat kabupaten Sikka dan sekitarnya membuat Wuring bergairah dalam perputaran roda ekonomi.Selain itu Toleransi yang sangat tinggi terutama yang dibangun antar masyarakat Islam dan Katolik yang ada di wilayah ini menjadikan Wuring sangat aman untuk dikunjungi. Toleransi ini dijaga sejak dahulu dengan adanya sumpah darah antara tua adat suku Bajo dan Raja dari Kerajaan Sikka sebagai tanda bahwa kedua suku ini adalah saudara.

Wuring di pilih menjadi tempat tinggal karena letaknya yang sangat strategis sebagai pelabuhan dan identic dengan orang-orang Bajo yang menggantungkan hidup pada hasil laut. Wuring menjadi pusat perdagangan sekaligus penyebaran agama islam.Potensi Wuring sebagai Bandar dagang yang ramai menjadikan tempat ini pintu masuk suku Bugis, Buton,Selayar, Palue, Jawa dan Pulau Ende

Dibalik keunikannya dan geliat ekonomi sebagai pemasok ikan bagi masyarakat Sikka dan sekitarnya Wuring juga mencemaskan. Membangun rumah panggung di laut konsekuensinya sampah akan dibuang di pemukiman. Pengakuan Direktris Bank Sampah Flores (BSF) Susilowati yang bersama kurang 800 personil pada Hari Ultah Difabel 3 Desember 2017 ketika “mengeroyok” sampah di Perkampungan Wuring sempat menyerah.

Menurut Susi Dibutuhkan alat penggaruk untuk menggaruk sampah karena sudah lama tertumpuk. Sebenarnya alat penggaruk yang bisa digunakan adalah escavator tetapi hal ini tidaka mungkin karena rumah penduduk yang saling bergandengan dan tidak ada ruang untuk escavator beraksi.

Susi juga cemas peencemaran air laut tidak dapat dihindari. Biota laut , sampah plastic akan hancur setelah itu dimakan plankton, ikan makan plankton dan pada akhirnya manusia makan ikan. Pencemaran laut sangat mengerikan akibat sampah. Apalagi pempres menutup terumbu karang dan rusak. Terumbuh karang yang berfungsi sebagai tempat tinggal ikan. Lagi pula air laut bukan lagi berwarna biru tetapi kecoklat-coklatan aliran air dari gunung dan limbah keluarga  dan Laut menjadi tempat pembuangan akhir. Maka perlu pengelolaan sampah secara profesional.

Kepada  LINTAS PENA di sela-sela festival Gong Waning di Café ACB Pantai Paris Maumere Sabtu 16 Maret 2019  Direktris Bank Sampah Flores (BSF) Susilowati Koopman mengatakan untuk mengajak masyarakat untuk terus peduli dengan sampah dan menjaga lingkungan agar tetap bersih dalam bulan Juni 2019 akan mengadakan Festival Daur Ulang Sampah dan Pembuatan Alat-alat Musik dari Sampah yang melibatkan para aktivis peduli sampah dan lingkungan.. *** ( Lintas Pena Maumere/ Yuven Fernandez)

Komentar