Oleh: Gus Imam Makruf “Joko Dayu Satrio Tondo Negoro” (Guru Besar Padepokan Macan Telaga Merah Bojonegoro)
mengutamakan ego itulah aku,
diam tanpa kata, bergerak karena sebuah rasa.
karya tercipta dengan pandangan kebijaksanaan serta kemuliaan.
menikmati takdir merupakan bagian dari kebahagiaan, tanpa harus meminta kepada tuhan untuk menghilangkan penderitaan, karena aku tahu, karena aku mengerti bahwa penderitaan itu bagian rasa dari sebuah ketidak sabaran, rasa dari ketidak ihlasan yang ada dalam hati insan yang penuh kekurangan ini.
derita itu rasa..
cinta itu penggapaian..
harapan muncul dari sebuah angan,
angan akan diri-MU menumbuhkan banyak keinganku terhadap-MU ya tuhan.
menyebut nama-MU..
memuja akan diri-MU..
seolah menggambarkan kedekatanku akan diri-MU..
namun setelah aku memahami diri ini.
sadar hatiku akan kehina’an atas ego yang menyelimuti nurani untuk dimengerti.
pengertian-MU..
selalu menjadi harapanku, sampai aku melupakan kalau puja terhadapMU itu hanya sebuah kiasan untuk mendapatkan apa yang menjadi harapanku terhadap-MU.
egoku melupakan akan mulianya diri-MU.
egoku membuat diriku hanyut dalam keserakahan dunia yang berbalut akherat.
kata maaf kata hilaf selalu mendampingiku untuk mendapatkan pengampunan-MU ya Allah, (ini bukanlah senjata namun wujud dari ketidak berdayaanku) yaa tuhanku yang maha memaafkan dan yang mempunyai kasih sayang yang tiada tara.
Komentar