Penulis : Haer Affandi, S.Pd ( Guru PJOK SDN 3 Sukamenak Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya)
RUANG lingkup Pendidikan Jasmanih Olah Raga dan Kesehatan, merupakan pengembangan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih dan permainan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri seperti berenang, karate, pencaksilat, serta aktivitas lainnya
Dalam cabang olahraga atletik, khususnya nomor lompat jauh adalah nomor yang relatif sederhana dibandingkan dengan nomor lompat lainnya yaitu: lompat tinggi, lompat jangkit sampai dengan nomor yang paling komplek yaitu lompat tinggi dan galah, karena hanya memuat materi nomor lari cepat dengan menggunakan star jongkok.
Walaupun lari cepat olah raga yang paling sederhana dan mudah untuk dilakukan, kenyataannya ternyata cukup sulit dikuasai oleh siswa, dibuktikan dari hasil belajar lari cepat cabang olah raga atletik yang dicapai siswa masih rendah, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan baik.
Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) khususnya nomor lari cepat, ada beberapa permasalahan yang mengakibatkan hasil belajar siswa kurang memuaskan. Adapun beberapa permasalahan tersebut antara lain adalah: (1) kemampuan fisik siswa terutama kekuatan otot kaki bagian bawah sangat rendah, (2) kurangnya model-model pembelajaran yang dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa, (3) kurangnya komunikasi antara guru dan siswa, sehingga pembelajaran hanya terpusat pada guru saja tidak ada timbal baliknya, dan (4) kemampuan motorik atau gerak siswa masih rendah sehingga menyulitkan siswa untuk melakukan gerakan.
Peranan dan fungsi guru Penjasorkes yang baik akan terwujud apabila guru tersebut memiliki inisiatif, kreativitas dan inovasi serta dapat menentukan jenis pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan pertumbuhan dan tingkat perkembangan siswanya. Guru harus mampu menyajikan program pembelajaran dengan metode atau model yang menarik dan inovatif bagi siswanya. Siswa akan merasa senang dalam proses belajarnya jika seorang guru menggunakan alat-alat atau media pembelajaran yang menarik, walaupun alat atau media tersebut sangat sederhana bentuknya.
Terkait dengan hal tersebut di atas, maka dibutuhkan inovasi atau kreativitas guru. Salah satu upaya guru adalah dengan menggunakan pendekatan permainan khususnya untuk nomor lari denga gaya jongkok. Lari adalah sesuatu yang menyenangkan bagi siswa, dengan bermain siswa tidak merasakan lelah ataupun terbebani dalam melakukan aktivitas. Dalam olahraga atletik yang mengasyikkan diarahkan pada aspek kandungannya dari aktivitas bermain yang menyenangkan. Permainan dalam atletik khususnya nomor lari adalah bertujuan agar siswa dalam melakukan permainan terfokus pada proses pembelajarannya. Di sini siswa dalam melakukan gerakannya walaupun penuh kegembiraan dan keceriaan tetapi sisipan-sisipan materi ditekankan, sehinga kegiatan bermain mereka sebenarnya sedang belajar.
Materi pembelajaran adalah lari cepat dengan teknik start jongkok. Adapun rintangan yang digunakan adalah garis atau len sebagai pembatas. Dengan menerapkan metode bermain ini siswa akan lebih tertarik untuk melakukan materi pembelajaran, sehingga diharapkan kualitas belajarnya akan meningkat.
Pada pelaksanaanya, pembelajaran dengan metode bermain ini didesign seriang mungkin, suasana pembelajaran dari awal dibuat ringan, pada saat pemanasan mereka diajak larilari kecil, dan sesekali melakukan start jongkok dengan aba-aba guru, suasana bermain terasa ketika mereka sedang berlari-lari mereka harus siap ketika guru meneriakan aba-aba “start jongkok”, siswa yang terlambat atau tidak mengetahui start jongkok, “dihukum” melakukan lara jaak pendek 10 meter dengan menggunakan star kongkok yang benar, hukuman bagi anak, justru mejadi pintu masuk bagi guru untuk mengajarkan kepada siswa posisi yang benar start jongkok.
Selanjutnya pada saat prkatik belaar lari jarak dekat, dikemas dengan permainan menepuk benda yang menjadi sasaran. Selanjutnya guru mengajak bermain lainnya yang dikenal oleh anak dan menandung unsur lari, setiap permainan mengandung unsur lari, ketika mereka berlari diharuskan menggunakan starr jongkok.
Start jongkok berhubungan dengan kekuatan otot kaki untuk “melontarkan’ pelari pada permulaan lari cepat, guru pun melakukan latihan-latihan otot kaki melalui kegiatan bermain yang dikemas sedemikian rupa, sehingga siswa merasa senang dengan kegiatan tersebut.
Metode bermain, yang diupayakan oleh guru untuk mengkreasi pembelajaran, ternyata membuahkan hasil yang menggembirakan, siswa mampu memahami dan mepraktikkan start jogkok lari pendek dengan benar, dan kekuatan otot kakinya pun terlatih melalui kegiatan bermain. Pembelajaran lari pendek yang sebelumnya menjadi kelemahan siswa ternyata berhasil ditinkatkan hasilnya melalui kegiatan bermain.(****