DI SEBUAH desa yang terletak di pinggir hutan, seorang pemuda bernama Raka hidup dengan perasaan kehilangan. Sejak ayahnya meninggal, ia merasa dunia ini begitu gelap dan penuh dengan kesedihan. Raka berusaha melupakan rasa sakitnya dengan bekerja keras, namun hatinya selalu merasa hampa. Ia merasa seolah tidak ada lagi harapan dalam hidupnya.
Suatu sore, ketika Raka sedang duduk di beranda rumahnya, ia mendengar suara burung perkutut yang lembut. Tertarik dengan suara itu, ia mengikuti burung tersebut hingga ia sampai di sebuah bukit kecil yang menghadap ke arah matahari terbenam. Burung perkutut itu hinggap di cabang pohon, menatap Raka dengan tatapan yang dalam.
“Raka,” kata burung perkutut itu dengan suara yang penuh kebijaksanaan, “Hidup memang penuh dengan kesedihan, tetapi ada keindahan yang tersembunyi dalam setiap perasaan. Seperti langit senja yang tampak gelap, tetapi juga penuh dengan warna yang menenangkan.”
Raka merasa bingung, tetapi ia duduk di sana, memandangi langit yang berubah warna menjadi merah jingga. Ia mulai menyadari bahwa meskipun dunia terkadang tampak kelam, ada keindahan yang bisa ditemukan dalam setiap perasaan, bahkan dalam kesedihan sekalipun. Setiap detik yang berlalu, setiap perubahan langit, mengingatkannya bahwa hidup selalu menawarkan kesempatan untuk melihat keindahan, meskipun dalam keadaan yang sulit.
Burung perkutut itu terbang tinggi, mengarah ke cakrawala yang penuh warna. “Kesedihanmu bukanlah akhir, Raka. Itu hanya bagian dari perjalanan menuju kedamaian. Jangan takut untuk melihat keindahan di setiap langkah.”
Raka berdiri, merasa hati yang tadinya berat kini terasa lebih ringan. Ia tahu bahwa hidup tak selalu mudah, tetapi setiap momen, sekecil apapun, bisa membawa kedamaian dan kebahagiaan jika ia belajar untuk melihatnya. Sejak itu, setiap senja, Raka selalu mendaki bukit kecil itu, mengingatkan dirinya bahwa bahkan dalam kegelapan, ada cahaya yang menunggu untuk ditemukan.
#Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata
Komentar