oleh

Harapan Seorang Alumni Universitas Siliwangi Tasikmalaya

Oleh: Endri Herlambang, S.IP., M.Pd

Pemilihan Rektor UNSIL kini sedang berlangsung, saya sebagai alumni tentunya memiliki harapan yang besar yang dalam kesempatan ini ingin kiranya saya sampaikan. Pada saat menimba ilmu di Pascasarjana UNSIL saya berada pada masa transisi atas perubahan status dari PTS menjadi PTN sehingga pada saat itu saya masuk sebagai mahasiswa PTS dan saya lulus sebagai mahasiswa PTN.

Ketika itu semua pihak secara psikologis maupun normatif berada dalam kondisi adaptasi, sehingga wajar terjadi, dimana paradigma lama sebagai kampus swasta masih melekat disetiap kepala baik pendidik, tenaga kependidikan, mahasiswa maupun alumni.

Namun sekarang semua pihak sudah mulai mampu memposisikan dirinya, Pengelolaan yang bersifat Otonom kini menjadi kewenangan  pemerintah, kondisi tersebut semoga menjadi jalan agar pemerintah dapat turut serta mengembangkan UNSIL dimana perencanaannya bukan hanya di internal kampus saja, akan tetapi dapat dikolerasikan dengan pembangunan daerah, dan pembangunan masyarakat Kota Tasikmalaya.

Selain itu kualitas dosen-pun tentunya akan semakin berkembang karena gaji yang didapatkan merupakan jaminan dari negara dan bukan lagi upah dari pekerjaan yang telah dilaksanakan dan tentunya Negara pun mesti bertanggung jawab atas kesejahteraan para dosen dan tenaga kependidikan, karena ia telah menjadi bagian dari Negara. Selain itu setelah UNSIL menjadi PTN, para mahasiswapun semakin terlihat percaya diri karena ia lahir dari rahim universitas negeri, tinggal pemerintah yang kini menjadi penangung jawab utama mesti bertanggung jawab pula terhadap para lulusan karena indikator keberhasilan lembaga pendidikan tinggi dilihat dari kualitas “nasib” para lulusannya.

Maka dari itu diharapkan bagi Rektor yang terpilih ia dapat melihat UNSIL dan Tasikmalayanya, serta UNSIL dan Indonesianya, sehingga para alumni dapat terpetakan dimana mereka harus bekerja, berkiprah dan mengembangkan dirinya. Oleh karena itu cara pandang yang luas wajib dimiliki oleh seorang pimpinan perguruan tinggi, dan yang paling penting seorang Rektor-pun perlu menyadari bahwa ia adalah Mandataris Pemerintah untuk membangun generasi bangsa, karena ancaman disintegrasi terus bermunculan dimana ego sektoral didalam organisasi kemahasiswaanpun kini menjadi hambatan untuk membangun persatuan. Akan tetapi jika Rektor terpilih mampu membangun kedewasaan para mahasiswa, tentunya disintegrasi yang kami hawatirkan tentunya tidak akan terjadi.

Akhir kata saya sebagai alumni ingin berbicara secara Netral. Dan siapa orangnya itu nomor dua, yang nomor satu adalah ia harus menyadari bahwa ia adalah Mandataris Mentri untuk  merubah Nasib UNSIL kearah yang lebih baik dan kemudian melalui  perannya Sebagai Rektor ia-pun harus mampu menyampikan rekomendasi solusi  atas probematika yang dirasakan oleh seluruh masyarakat Tasikmalaya.(***