oleh

ILMU HIKMAH: Antara Karomah & Kedok Perdukunan

Oleh : Yuda Wibiksana

PERDUKUNAN ilmu hikmah dalam kajian islam dinilai menjadi sangat luas, apabila disandingkan dengan argumen argumen beberapa tokoh muslim yang “Fokus” menggelutinya Setiap tokoh muslim mestinya memiliki dalil favorite  tersendiri dalam Al-Qur’an maupun hadis yang sesuai dengan kecenderungan inteletual maupun spiritualnya, sehingga tidak mudah untuk diberi label “Karomah” dimana itu hanya sebuah kedok “Perdukunan” yang mengatasnamakan Karomah.

Bukan itu saja praktik praktik “Ilmu Hikmah” semacam ini tumbuh subur dan makmur dinegeri ini bahkan tak sedikit yang berkedok padepokan maupun pondokan.

Pada umumnya perdukunan yang berkedok “karomah” itu disebabkan oleh beberapa faktor, manusia diantaranya : lemahnya iman, ketidaktahuan terhadap ajaran agama, tidak sabar dalam melakukan ikhtiar, dan korban iklan dan penipuan para dukun dengan berbagai trik dan tipu muslihatnya.

Salah satu caranya dengan membungkus praktek perdukunan dengan simbol-simbol agama dan lain-nya dengan mengatasnamakan sebuah “Karomah” dimana Karomah adalah Kemuliaan atau penghormatan dari Allah SWT. atas pada suatu peristiwa atau keadaan yang di luar batas akal sehat (nalar) dan kemampuan biasa manusia, yang terjadi pada individu tertentu yang diakui sebagai wali Allah tentunya “Karomah” adalah Sebuah Cahaya Keimanan, Ketauhidan yang mengakar dan kuat yang Allah berikan kepada hamba-Nya sehingga atas izin Allah swt mampu melakukan suatu kejadian atau keadaan diluar logika manusia.

Dari representasi ayat dan hadis-hadis Nabi, sangat jelas bahwa Islam melarang umatnya untuk melakukan aktifitas perdukunan, baik sebagai pelaku maupun pemakai jasanya.

Dan pada prinsipnya tidak ada yang bisa mengetahui hal-hal gaib kecuali Allah swt. Sebab itu, jika ada orang mengaku sakti dan bisa mengatahui hal-hal gaib maka perlu dipertanyakan. Kendati demikian, Allah juga telah memberi kemampuan kepada orang-orang khusus untuk mengetahui sebagian perkara gaib seperti para nabi melalui wahyu atau orang-orang saleh melalui ilham.

Dan Padahal perilaku perdukunan tersebut bertentangan dengan hadis Nabi Muhammad SAW yang melarang mendatangi dukun apalagi sampai mempercayainya, Dalam Al-Qur’an dan Hadis disebutkan :

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَداًلَّا مَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَداً

Artinya, “(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang gaib itu kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya. Maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.”  (QS. Al-Jin: 26-27)

هُوَ اللّٰهُ الَّذِيْ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۚ عٰلِمُ الْغَيْبِ وَا لشَّهَا دَةِ وَعِنْدَهٗ مَفَا تِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَاۤ اِلَّا هُوَ اِنَّهٗ يَرٰٮكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ

Artinya, “Dialah Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Mengetahui yang gaib dan yang nyata”

“Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. “Sesungguhnya dia (setan) dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.”

(QS. Al-Hasyr: ayat 22)

(QS. Al-An’am: ayat 59)

(QS. Al-A’raf: ayat 27)

Diriwayatkan dari ‘Aisyah radiallahu anhu beliau berkata, “Barang siapa yang beranggapan bahwa Nabi Muhammad SAW mengetahui apa yang akan terjadi besok, maka ia telah berdusta besar terhadap Allah, karena Allah menyatakan, ‘Katakan, tidak ada yang tahu tentang kegaiban langit dan bumi kecuali Allah’.” (Riwayat Muslim)

Salah satunya dalam hadis disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

Artinya, “Barang siapa yang mendatangi tukang ramal (dukun), lalu ia bertanya kepadanya tentang sesuatu hal, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh malam.” (H.R. Muslim).

Dari Abu Hurairah dan al-Hasan, Nabi saw bersabda:

مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

Artinya, “Barang siapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia mempercayai hasil ramalannya, maka sungguh ia telah kufur terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad SAW.” (HR. Ahmad).

Kesimpulannya iman yang benar dan ilmu yang bermanfaat. Pasti ada buahnya. Pasti ada hasilnya, jadi dengan label “ilmu hikmah” tidak begitu dengan mudahnya manusia biasa atau orang biasa bisa memunculkan sebuah “Fenomena Karomah”, itu hanyalah sebuah Kedok Perdukunan yang mengatasnamakan “Karomah” dengan diberi Label “Ilmu Hikmah”

.Karomah itu untuk membawa, menolong, dan menguatkan keimanan, ketauhidan dan keyakinan orang-orang awam terhadap Kebenaran Al-Qur’an dan Hadis dan semua yang terkandung di dalamnya yang akan membuat seseorang memiliki keyakinan dan kepercayaan yang semakin tebal dan kuat.

Sebagai Muslim kita wajib tidak mempercayai dukun, karena hanya Allah yang bisa mengetahui hal-hal gaib. Jika pun ada orang yang mengaku bisa mengetahui hal gaib, maka perlu dicermati terlebih dahulu kepribadiannya, keimanannya, ketauhidannya, apakah dia orang shaleh/alim/zuhud atau “orang biasa” yang punya kepentingan tertentu..

Dan Penting juga dicatat !!

Tidak semua orang shaleh juga bisa mendapatkan ilham, dan juga tidak semua orang alim juga bisa mendapatkan hidayah untuk bisa mendapatkan karomah

Wallahu a’lam. 

Kesimpulannya Iman yang benar dan ilmu yang bermanfaat. Pasti ada buahnya. Pasti ada hasilnya yang dapat dirasakan dan dibuktikan dialam nyata.(***