oleh

Ilmu Turunan

Oleh: Master Dang Iwan Kaur (Yayasan Pengobatan Terapi Air Cahaya Bengkulu)***

Yap, kita bahas sedikit tentang ilmu turunan. Apa itu ilmu turunan?

Ilmu turunan adalah ilmu yang turun temurun diwariskan dari orang tua atau dari para leluhur. Biasanya ilmu turunan ini berhubungan dengan hal-hal yang sifatnya supranatural.

Misalnya, seseorang punya kakek atau orang tua seorang paranormal, punya indra keenam, atau ahli pengobatan non medis, maka ilmu ini akan turun ke anak cucunya, tanpa proses belajar. Tiba-tiba anak cucunya bisa begitu saja. Orang tuanya paranormal, maka anaknya juga paranormal.

Dan umumnya seseorang merasa bangga dengan adanya ilmu turunan ini. Seolah-olah itu bagian dari anugrah Tuhan. Padahal ia tidak pernah tahu bagaimana proses ilmu itu bisa ada pada orang tuanya. Inilah yang perlu ditelusuri.

Tidak semua orang belajar ilmu itu punya niat yang lurus karena Allah. Apalagi bila ilmu itu adalah ilmu yang “ghaib”, yang tidak semua orang bisa. Ilmu-ilmu seperti ini biasanya didapatkan dari hasil tirakat, mengamalkan bacaan-bacaan, atau olah batin dengan tujuan macam-macam. Misalnya ingin punya indra keenam, ingin sakti, ingin melihat makhluk halus, ingin bisa berinteraksi dengan jin, ingin bisa mengobati orang, ingin bisa meramal, ingin kaya mendadak, dan lain-lain sebagainya. Maka ilmu-ilmu seperti ini bila niatnya tidak sempurna karena Allah akan menuntut untuk diturunkan kepada anak cucunya kelak.

Proses turunnya ilmu inilah yang perlu ditelusuri. Jangan-jangan orang tuanya dulu belajar ilmu itu melalui jin, atau makhluk halus lainnya. Sehingga ketika orangnya sudah mati, ilmunya tetap hidup dan turun ke anak cucunya. Karena ilmu itu hidup dan menghidupi. Orangnya sudah mati, tetapi ilmunya tetap hidup.

Maka dari itu untuk para ibu-ibu dan bapak-bapak yang tiba-tiba anaknya punya kelebihan, seperti punya indra keenam, atau tiba-tiba bisa mengobati orang sakit, perlu ditelusuri dari mana ilmu itu berasal. Jangan sampai ilmu itu adalah ilmu keturunan dari para leluhur yang dulunya pernah belajar dari jin atau iblis.

Ilmu-ilmu seperti ini akan mengikat diri seseorang sampai akhir hayatnya. Sehingga kembalinya jiwa kepada Allah tidak sempurna, karena awal belajar ilmu tersebut niatnya bukan karena Allah.

Di dunia ini Allah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan. Ada malaikat, ada iblis. Ada alam yang tidak terlihat mata (ghaib), ada alam yang terlihat mata (nyata). Ada manusia, ada jin. Nah, jin ini posisinya sebagai makhluk yang tak kasat mata, makhluk halus. Mereka menguasai ilmu-ilmu yang ghaib, yang tak lazim. Seseorang bisa melihat jin, maka dalam dirinya pasti ada jin. Begitu pula jika seseorang mampu melihat alam lain, hantu, maka di dalam dirinya pasti ada sesuatu yang ghaib.

Dampak dari memiliki ilmu-ilmu ghaib ini akan mengikat diri seseorang. Orang tersebut akan ketergantungan terhadap ilmu yang dimilikinya. Jiwa yang seharusnya “steril” dari hal-hal demikian, justru terikat pada sesuatu selain Allah.

Dan pada akhirnya ilmu ini akan menuntut untuk diwariskan kepada generasi berikutnya.

Orang yang mewarisi ilmu ini tentu saja punya kelebihan. Namun dampaknya terhadap orang yang diwariskan ilmu ini, ia akan mengalami banyak masalah dalam hidupnya. Masalah yang pertama adalah: ia punya sifat sombong. Kemudian punya penyakit yang susah sembuh, baik dirinya, maupun keluarganya. Lalu jiwanya tidak bisa kembali kepada Tuhan. Jiwanya terikat oleh ilmu yang dimilikinya. Dan ini tidak disadari oleh pemilik ilmu keturunan tersebut. Yang ada di dirinya adalah kebanggaan. Tetapi ia tidak pernah tahu proses ilmu tersebut didapatkan.

Iblis akan senantiasa menyesatkan diri manusia dari kembali kepada Allah. Karena tugas iblis dari sejak zaman nabi Adam sampai sekarang adalah mengikat jiwa seseorang untuk cenderung lebih cinta pada dunia. Jiwa yang cinta dunia, maka jiwanya tetap akan berada di dunia. Jasadnya sudah terkubur menjadi bangkai, jiwanya tetap hidup menjadi hantu gentayangan.

Baiklah, agar lebih paham kita bahas sedikit tentang ilmu. Ilmu adalah sifatnya Allah. Ilmu adalah energi yang hidup. Ada ilmu yang memang untuk dimiliki oleh manusia dan ada ilmu yang untuk jin. Ada ilmu untuk binatang, ada ilmu untuk tumbuh-tumbuhan. Jadi semua makhluk ciptaan Tuhan ini ada porsi ilmunya masing-masing. Kita manusia harus belajar ilmunya manusia, agar kemampuan otak kita ini bisa diberdayakan untuk sesuatu yang lebih besar.

Allah adalah Yang Maha Berilmu. Dia telah menitipkan kemampuan-Nya pada diri manusia untuk “apala taqilun”. Untuk memikirkan kebesaran dari semua yang diciptakan-Nya di dunia ini.

Karena ilmu yang dititipkan untuk manusia seluas jagad raya ini, maka kita perlu melakukan manuver-manuver pemikiran yang berbeda dan tidak umum.

Karena apa yang kita pelajari saat ini baru setetes saja dari samudra yang luas. Masih banyak lagi ilmu Tuhan yang lain-lainnya, yang akan kita rasakan setelah kita memperdaya kemampuan-Nya yang ada pada diri kita.

Nah, jin juga makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki ilmu. Ilmunya jin juga banyak dan aneh-aneh. Kalau di bidang kedokteran ada ilmu medis, ilmunya manusia, maka dibidang non medis adalah ilmunya jin. Orang yang belajar ilmu non medis ini biasa disebut dukun atau paranormal.

Nah, kebanyakan orang belajar ilmu jin, sehingga muncul penyakit-penyakit non medis. Orang yang punya penyakit non medis ini tidak bisa sembuh dengan ilmu kedokteran. Harus dengan paranormal atau dukun yang juga menguasai ilmu jin. Kalau orang yang punya penyakit non medis dipaksakan untuk berobat ke dokter, ia tidak akan sembuh. Ujung-ujungnya malah muncul penyakit baru akibat obat yang diminumnya. Paling ringan cuci darah.

Sebenarnya ilmu kesehatan itu bisa di kolaborasikan antara medis dan non medis. Tetapi tergantung pada niat. Niat dan prosesnya belajar kepada siapa. Walupun seseorang niatnya baik untuk mengobati orang sakit, tetapi proses belajarnya kepada jin, tetap saja ilmunya adalah ilmu jin. Padahal ia bisa saja tanpa campur tangan jin, yakni dengan doa-doa yang niatnya sempurna karena Allah.

Nah, jin ini ilmu keturunan yang prosesnya tanpa belajar. Turunnya ilmu ini bermacam-macam. Bisa dari lahir, bisa juga mengalami hal-hal yang aneh, seperti “mati suri”. Ia seolah-olah mati, tetapi setelah sadar kembali hidup, tiba-tiba ia mampu mengobati orang sakit, punya indra keenam. Nah, ini salah satu bagian dari turunnya ilmu dari para leluhur. Ada pula ilmu yang memang diminta atau diturunkan dengan cara membaca wiridan atau mantra-mantra.

Semua ilmu itu berasal dari Tuhan. Tetapi tetap saja ada yang diperuntukkan untuk manusia dan ada yang diperuntukkan untuk jin. Kita manusia jangan belajar ilmu yang diperuntukkan untuk jin. Karena ilmu ini akan nuntut diwariskan kepada anak cucu kita. Pelajarilah ilmu yang diperuntukkan bagi manusia. Karena ilmu untuk manusia ini masih banyak. Hari ini kita belajar teknologi yang canggih, tiga puluh sampai lima puluh tahun ke depan apa yang kita pelajari ini akan menjadi sampah. Akan muncul lagi ilmu-ilmu teknologi yang lain yang lebih canggih. Dan kita sebagai penikmat ilmu jangan bangga, apalagi sombong. Kita boleh saja bangga apabila kita bisa menciptakan ilmu-ilmu yang baru.

Orang yang pikirannya diam di tempat, tidak mau belajar ilmu baru, ia pasti memiliki sifat sombong dan angkuh. Merasa lebih tahu dan mengerti dari orang lain. Padahal apa yang diketahuinya belum seberapa. Masih sedikit dibandingkan luasnya ilmu Tuhan. Maka pelajarilah ilmu Tuhan yang luas ini. Jangan merasa pintar. Tetapi pintarlah dalam merasa.

Ilmu Tuhan itu bukan hanya berupa ilmu agama yang tertulis di kitab. Teknologi juga termasuk ilmu Tuhan. Semua ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang ada di dunia ini semua bersumber dari Tuhan. Tuhan tidak beragama dan tidak punya agama. Agama Tuhan itu tidak ada. Tuhan itu universal. Jadi jangan mengklaim berTuhan kalau bisanya itu-itu saja. Jangan menghina kafir kepada orang yang menciptakan teknologi. Jangan-jangan yang tidak mau mengikuti perkembangan zaman termasuk kafir. Karena kafir itu artinya tertutup. Orang yang tertutup dari perkembangan zaman bisa juga dibilang kafir. Begitu juga dengan orang-orang yang tidak mau belajar sesuatu yang baru bisa dikatakan kafir. Agar tidak dibilang kafir maka dari itu pelajarilah perkembangan ilmu.(****

Komentar