Oleh: Ustadz Ruyatman Permana Al-Bantani (Mudirul Ma’had Ponpes Salafi Riyadhoh Kalam Syifa Banten) 083819339450
SHALAWAT kepada Nabi merupakan salah satu bentuk ibadah yang agung bagi Umat Islam. Salah satu shalawat Nabi yang dianjurkan untuk diamalkan sehari-hari adalah shalawat Ibrahimiyah. Shalawat ini sering kita baca saat melaksanakan Shalat tepatnya saat tasyahud akhir. Lalu, bagaimana cara mengamalkan shalawat Ibrahimiyah ini dan keutamaan-keutamaan apa saja yang diperoleh jika mengamalkannya?
Cara mengamalkan shalawat ibrahimiyah pada dasarnya sangatlah mudah, karena Setiap Muslim pasti sudah mengenal dan bahkan hafal shalawat tersebut. Berikut adalah lafal Shalawat Ibrahimiyah:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كما صَلَّيْتَ عَلَى إبْرَاهِيمَ وعلى آلِ إبْراهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كما بَاركْتَ عَلَى إبْرَاهِيمَ وَعَلَى آل إبراهيم في العالَمِينَ إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Allahumma shalli ‘alaa sayyidinaa muhammad wa’alaa aali sayyidinaa muhammadin kamaa shallaita ‘alaa sayyidinaa ibraahiima wa’alaa aali sayyidinaa ibrahiia wabaarik ‘alaa aali sayyidinaa muhammadin kamaa baarakta ‘alaa sayyidinaa ’alaa sayyidinaa ibraahima wa ‘alaa aali sayyidina ibraahima, fil ‘aalamiina innaka hamiidun majiidun.
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Limpahkan pula keberkahan bagi Nabi Muhammad dan bagi keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan keberkahan bagi Nabi Ibrahim dan bagi keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya di alam semesta Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung.
Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani menerangkan bahwa shalawat Ibrahimiyah adalah shalawat yang paling sempurna shighatnya dibanding shalawat-shalawat yang lain, baik yang ma’tsûrah (diriwayatkan dari Nabi) maupun yang tidak ma’tsûrah. Karena kesempurnaannya ini maka para ulama menentukannya sebagai shalawat yang dibaca ketika seorang Muslim melakukan shalat, di samping karena adanya kesepakatan perihal kesahihan haditsnya. (Yusuf bin Ismail An-Nabhani, Afdlalus Shalawat ‘ala Sayyidis Sadat, [Jakarta: Darul Kutub Islamiyah], 2004, hal. 57)
Cara Mengamalkan Shalawat Ibrahimiyah dan Keutamaannya
Imam Nawawi menuturkan Bahwa Shalawat ini disebut sebagai shalawat Ibrahimiyah karena shalawat ini merupakan bentuk shalawat yang sempurna dan paling utama. Apabila diamalkan secara istiqomah maka akan banyak menimbulkan pengaruh yang besar sekali, khususnya bagi anda yang memiliki keinginan besar untuk menunaikan ibadah haji.
Imam Ahmad As-Shawi menyebutkan sebuah hadits riwayat Imam Bukhari di mana Rasulullah bersabda:
من قال هذه الصلاة شهدت له يوم القيامة بالشهادة وشفعت له
Artinya: “Barangsiapa yang membaca shalawat ini maka aku bersaksi baginya di hari kiamat dengan kesaksian dan aku memberi syafaat baginya.”
Sementara itu sebagian ulama mengatakan bahwa membaca shalawat Ibrahimiyah sebanyak seribu kali dapat menjadikan pembacanya melihat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun cara mengamalkan shalawat ibrahimiyah ini adalah bacalah shalawat ini dengan bertahap setiap kali selesai mengerjakan shalat fardhu lima waktu sekurang-kurangnya 3X, Insya Allah segala hajat anda bisa dimudahkan, dan semoga kelak memperoleh syafaatnya sebagaimana yang telah dijelaskan para Ulama di atas.
Hadis Dalil Shalawat Ibrahimiyah
Banyak hadis shahih atau dalil yang meriwayatkan perihal shalawat ibrahimiyah ini, mereka diantaranya adalah Imam Malik, Imam Bukhari, Abu Dawud, Nazai, Turmudzi, Imam As-Sakhawi, Imam Al-Iraqi dan ulama-ulama besar lainnya.
Salah satu yang meriwayatkannya adalah Ahmad As-Shawi, yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut:
من قال هذه الصلاة شهدت له يوم القيامة بالشهادة وشفعت له
Artinya: “Barangsiapa yang membaca shalawat ini maka aku bersaksi baginya di hari kiamat dengan kesaksian dan aku memberi syafaat baginya.” (H.R. Imam Ahmad As-Shawi).
Sebenarnya tidak ada salahnya jika kita tidak menggunakan kata “sayyidina” karena hadis yang meriwayatkan tentang sholawat ini tidak menyebutkan lafadz “sayyidina” yang berarti pemimpin kami. Namun sebagian ulama berpendapat bahwa menambah kata “sayyidina” itu dianjurkan karena itu merupakan bentuk adab dan penghormatan terhadap Rasulullah SAW. Adapun hadis yang berbunyi :
لا تسيدوني في الصلاة
“Janganlah kalian menambah kata “sayyidina” untukku ketika bersholawat.”
Adalah hadis batil yang tidak punya satu referensi pun dari ulama hadis sehingga tidak bisa menjadi landasan hukum.
Hikmah Disebutnya Nabi Ibrahim dalam Sholawat Ibrahimiyah
Imam Nawawi Al-Bantani dalam karya beliau Tafsir Maroh Labid, ketika mentafsirkan surah Al-Baqarah ayat ke 129 beliau menerangkan bahwa ada 4 hikmah di balik disebutnya Nabi Ibrahim dalam sholawat Ibrahimiyah. Yaitu :
أن ابراهيم دعا لمحمد بهذه الدعوة فأجرى الله ذكر إبراهيم على ألسنة أمة محمد إلى يوم القيامة أداء عن حق واجب على محمد لإبراهيم
Pertama, Sesungguhnya Nabi Ibrahim telah berdoa untuk Nabi Muhammad dengan doa ini (doa tertulis pada surah Al-Baqarah ayat 129 yang artinya “Ya Allah utuslah pada mereka seorang Rasul”). Karena itulah Allah SWT menggerakkan lisan umat Nabi Muhammad agar selalu menyebut nama Nabi Ibrahim sebagai bentuk balas budi atas doa Nabi Ibrahim.
أن إبراهيم سأل ربه بقوله “واجعل لي لسان صدق في الأخرين” أي ابق لي ثناء حسنا في أمة محمد صلى الله عليه وسلم فأجابه الله تعالى فقرن بين ذكرهما إبقاء للثناء الحسن على إبراهيم في أمة محمد صلى الله عليه وسلم
Kedua, Nabi Ibrahim pernah berdoa (dalam surah As-Syu’ara ayat 84) : “Ya Allah jadikanlah untukku sebutan yang baik pada umat terakhir” yang artinya terapkanlah untukku pujian yang baik pada umat Nabi Muhammad Saw. Maka Allah pun mengabulkan doa tersebut sehingga menyandingkan penyebutan keduanya agar pujian yang baik untuk Nabi Ibrahim selalu terucap pada umatnya Rasulullah SAW.
أن ابراهيم كان أبا الملة ومحمدا كان أبا الرحمة … فلما وجب لكل واحد منهما حق الأبوة من وجه قرن بين ذكرهما في باب الثناء والصلاة
Ketiga, sesungguhnya Nabi Ibrahim adalah bapak dalam agama (abu millah), sedangkan Nabi Muhammad Saw adalah bapak dalam rahmat/kasih sayang (abu rahmah). Maka ketika ada kewajiban untuk menunaikan hak keduanya sebagai bapak, maka disebutlah keduanya secara bersamaan pada pujian dan shalawat.
أن إبراهيم منادي الشريعة في الحج ومحمدا كان منادي الإيمان فجمع الله تعالى بينهما في الذكر الجميل
Keempat, Nabi Ibrahim mengajak umat melaksanakan syariat berupa ibadah haji, sedangkan Nabi Muhammad mengajak umat kepada keimanan. Maka Allah mengumpulkan antara keduanya dalam sebutan yang baik.