RA KUTI adalah pria kelahiran Pajarakan yang sekarang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Probolinggo. Ra Kuti termasuk tokoh era Majapahit awal yang namanya banyak disebut dalam beberapa catatan sejarah, sebab Pejuang Majapahit yang satu ini pada akhirnya menjadi Pemberontak dan wafat dalam keadaan membrontak.
Kuti, atau Rakyan Kuti sebetulnya bukan tokoh biasa, beliau merupakan pejabat Majapahit yang jabatannya cukup mentereng, beliau seorang Dharmaputra, yaitu suatu jabatan terhormat sebagai akibat dari Darma baktinya pada negara yang begitu besar, Ra Kuti diangkat langsung sebagai Dharmaputra oleh Pendiri Majapahit Dyah Wijaya.
Menurut Slamet Muljana sebagaimana yang ia paparkan dalam bukunya Tafsir Sejarah Nagarakertagama (2006), menyatakan bahwa Dharmaputra merupakan pejabat tinggi yang memiliki kedudukan khusus di Majapahit. Hal ini sesuai dengan Pararaton menyebut Dharmaputra sebagai “pengalasan wineh suka” atau “pegawai istimewa yang disayangi raja”
Sebagai seorang Dharmaputra, tentu kesetiaan Ra Kuti terhadap negara dan rakyat tidak bisa dinafikan, hanya saja orang semacam Ra Kuti ini saking cinta terhadap negara dan rakyat tidak begitu dapat menahan diri, jika Raja yang memimpin negara kedapatan menyengsarakan rakyat dan dianggap mengotori negara, dari itulah Ra Kuti yang mulanya hanya sekedar mengkritik Raja berubah memberontak karena Raja dianggap tidak menggubris nasehat-nasehatnya dan bahkan cenderung bersikap kejam terhadap para pengkritik.
Ra Kuti, bersama keenam Dharmaputra lainnya, yaitu Ra Semi, Ra Yuyu, Ra Banyak, Ra Wedeng, Ra Pangsa dan Ratanca berkiprah sejak Dyah Wijaya memerintah, mereka di zaman ini setia terhadap Rajanya, karena mereka menganggap Raja melaksanakan tugas-tugasnya dengan benar, namun, dimasa pemerintahan Jayanegara, sikap para Dharmaputra rupanya mulai berubah.
Jayanegara dalam pandangan Dharmaputra, termasuk didalamnya Ra Kuti dianggap sebagai Raja yang mengotori kebesaran Majapahit, Praraton mencatat, bahwa Jayanegara adalah Raja yang birahi terhadap adiknya sendiri, bahkan Istri dari Ra Kuti yang dikenal cantikpun pernah menjadi sasaran birahi Jaya Negara.
Selain itu, Jayanegara juga dianggap Raja yang mudah disetir oleh Dyah Halayuda (Ramapati), sehingga dimasa pemerintahannya, Jayanegara banyak melakukan kesalahan fatal salah satunya melakukan pembunuhan pada Mahapatih Nambi karena termakan hasutan Halayuda.
Dimata Ra Kuti, Jelas Jayanegara sesegera mungkin harus dilengserkan dari tahta, agar Majapahit menampakan kebesaraannya serta mampu memakmurkan rakyatnya. Namun tujuan awal Ra Kuti untuk membawa Majapahit keluar dari keterpurukan karena diprintah oleh seorang Raja yang dianggapnya zalim itu pada akhirnya melampaui batas.
Ra Kuti justru kepincut memproklamirkan diri menjadi Raja selepas melakukan kudeta dan menduduki Istana. Terang saja hal ini melenceng dari pakem tujuan perjuangan, sebab seharusnya ketika menyingkirkan Jayanegara, Ra Kuti seharusnya merajakan adik Jayanegara yang jelas mempunyai darah pendiri Majapahi.
Niatan Ra Kuti merjakan dirinya sendiri itu pada akhirnya membuat orang-orang yang dulu berpihak padanya berbalik melawannya. Orang-orang ini juga pada akhirnya lebih memilih Jayanegara sebagai Rajanya dibanding kepada seorang Ra Kuti yang dianggap berasal-usul tidak jelas (Diragukan kedarah biruannya).
Pada akhirnya, Ra Kuti yang dalam beberapa waktu mampu menduki Istana tewas ditangan Gajah Mada, diserang manakala sedang lengah, dan salah satu yang menyerangnya itu salah satunya adalah mereka kelompok-kelompok yang dahulu mendukng Ra Kuti.
Meskipun demikian, Agus Aris Munandar dalam Gajah Mada: Biografi Politik (2010) menuliskan, “Sayang sekali, Pararaton tidak menjelaskan bagaimana caranya Ra Kuti akhirnya ditewaskan. Hal yang pasti adalah bahwa pemberontakan ini dapat dipadamkan berkat siasat Gajah Mada.”(***Facebook