Oleh : KRH Aryo Gus Ripno Waluyo, SE, SPd, S.H, C.NSP, C.CL, C.MP ( Spiritualis, Budayawan, Penulis, Advokat, PERADI Perjuangan Jawa Timur )
GASING adalah permainan yang berputar pada porosnya serta memiliki keseimbangan pada satu titik. Saat ini, banyak masyarakat yang tidak mengenali permainan gangsing, kecuali di daerah yang menganut tradisi tertentu. Gasing dapat digunakan sebagai sarana perlombaan, permainan, bahkan peramalan nasib.
Gasiang Tangkurak atau disebut Gasing Tengkorak merupakan ilmu hitam jaman dahulu yang kabarnya digunakan untuk jampi-jampi atau guna-guna masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat. Gasiang Tangkurak berasal dari tengkorak manusia yang dibuat oleh si dukun sebagai media untuk menyerang targetnya.
Kengkorak kepala manusia ini nantinya diambil pada bagian jidat kemudian dilobangi dan dibuat seperti mainan gasing yang dikasih jalinan tali dari kain kafan, layaknya permainan gasing. Gasiang Tangkurak ini kisahnya bermula dari seorang laki-laki yang ditolak oleh seorang perempuan, kemudian ia meminta kepada seorang dukun untuk melakukan jampi-jampi sebagai balas dendam kepada perempuan yang menolak cintanya.
Ritualnya, Gasiang Tangkurak ini diputar oleh si dukun pada malam jumat di depan rumah si korban, atau di tempat yang tidak dilihat oleh orang. Kemudian kemenyan di bakar dan gasing tangkurak diputar sambil dibacakan mantra oleh si dukun.
Sembari memutar Gasing dari Tengkorak manusia itu, sang dukun menyebutkan nama korbannya, bekerjalah ritual ini secara ghaib agar orang yang dicintainya menjadi tunduk. ada ritual khusus agar jampi-jampi Gasiang Tangkurak berjalan, biasanya sang dukun membacakan mantera sebagai ritual agar proses sang dukun berhasil.
Mantra ilmu gasiang tangkurak adalah, jika dia tidur tolong bangunkan, jika dia berdiri suruh berjalan, disini saya menantikan, tolong jemput dan bawa dia kesini, suruh dia sujud di kaki saya. korban dari gasiang tangkurak ini pada umumnya adalah para wanita, karena guna-guna ini dilakukan untuk membalas sakit hati akibat perbuatan yang menyinggung perasaan si laki-laki dari wanita.
Asal cerita dari masyarakat Minangkabau, Kejadian itu sekitar tahun 90-an Jadi ceritanya ada sepasang orang tua saat mengantar anaknya kepada Pak Ustad, gara-gara anaknya jadi santet yang kondisi anaknya waktu itu sudah setengah gila.
Jenis kayu yang biasanya digunakan untuk membuat Gasing antara lain Menggeris, Pelawan, Kayu Besi, Leban, Mentigi, dan sejenisnya. Sedangkan di beberapa daerah lainnya Gasing terbuat dari bambu.
Gasing merupakan permainan tradisional orang Melayu sejak dahulu kala. Gasing terbuat dari kayu stigi yang tumbuh di batu. Kayu ini bertekstur keras dan cocok untuk dibuat gasing, namun kayu ini susah didapat. Kemudian kayu Asam juga biasa digunakan untuk membuat gasing karena mudah di dapat.
Dimainkan dengan cara melilitkan tali ke leher gasing, lalu ayunkan gasing tersebut ke arah tanah atau ke tempat arena dan lepaskan tali dengan cepat. Gasing akan berputar. Pada permainan ini biasa terdapat aturan bagi gasing yang mampu berputar paling lama maka itulah pemenangnya.
Sejumlah daerah memiliki istilah berbeda untuk menyebut gasing. Masyarakat Jawa Barat dan DKI Jakarta menyebutnya gangsing atau panggal. Masyarakat Lampung menamainya pukang.
Orang Kalimantan Timur menyebutnya begasing, sedangkan di Maluku disebut Apiong dan di Nusa Tenggara Barat dinamai Maggasing.(****