oleh

Inilah Sosok Ideal Kandidat Ketua PGRI Kota Tasikmalaya

Oleh: Redi Mulyadi (Pemimpin Redaksi TABLOID LINTAS PENA)

SABTU 12 April 2025, penulis  menerima kabar, bahwa sebentar lagi akan digelar konferensi pemilihan Ketua PGRI Kota Tasikmalaya periode 2025-2030. Artinya, akan terjadi proses regenerasi kepemimpinan di tubuh PGRI Kota Tasikmalaya, dengan harapan akan berjalan dinamis dan penuh semangat demokratis.

            Lantas  penulis pun bertanya dan mencari tahu, siapa saja kandidat yang bakal mencalonkan sebagai Ketua PGRI Kota Tasikmalaya periode 2025-2030 itu ? Ternyata ada banyak nama calon yang bermunculan yang bakal meramaikan “pesta demokrasi” di tubuh PGRI Kota Tasikmalaya ini, dengan latar belakang yang beragam: ada nama incumbent/petahana, doktoral, kepala SMA/SMP, eselon/ pejabat di Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, hingga penggerak kepala sekolah dasar. Hal ini membuktikan, betapa besar perhatian dan komitmen para pendidik terhadap masa depan organisasi yang bernama PGRI—kependekan dari Persatuan Guru Republik Indonesia.

            Namun dari beberapa kandidat yang muncul, nama Nana Hermawan, S.Pd., M.MPd yang dikenal sebagai penggerak kepala sekolah dasar ini mencuat kepermukaan, karena beliau punya pengalaman dan dan latar belakang kepemimpinan yang dinilai cukup matang, sehingga beliau diharapkan bisa memikul tanggung jawab besar di tubuh organisasi PGRI ini.

            Namun hemat penulis, siapa pun yang terpilih nantinya menjadi Ketua PGRI Kota Tasikmalaya periode 2025-2030, diharapkan dapat membawa semangat baru dan menjadikan PGRI  sebagai rumah besar perjuangan guru yang inklusif, profesional, dan berdaya saing.

            Dalam menghadapi konferensi pemilihan Ketua PGRI Kota Tasikmalaya periode 2025-2030, penulis punya beberapa pandangan mengenai sosok atau tipe ideal  kandidat yang bakal memimpin organisasi para guru ini. Idealnya sosok Ketua PGRI Kota Tasikmalaya sebaiknya mencerminkan sosok pemimpin yang berkarakter kuat, berwawasan luas, dan berakar pada nilai-nilai lokal. Alasannya, mengingat konteks Kota Tasikmalaya sebagai kota yang kaya budaya, religius, dan punya semangat perjuangan pendidikan, maka berikut adalah beberapa tipe ideal Ketua PGRI mendatang:

  1. Berintegritas Tinggi: Jujur, adil, tidak terlibat dalam praktik nepotisme, dan mampu menjadi teladan moral bagi para guru.Berani bersikap tegas membela hak dan kesejahteraan guru honorer maupun ASN.
  2. Berjiwa Pelayanan (Servant Leader): Menempatkan dirinya sebagai pelayan anggota, bukan sebagai atasan.Aktif menyerap aspirasi dan cepat merespon kebutuhan guru-guru di lapangan.
  3. Punya Visi Strategis: Mampu merancang program jangka panjang untuk meningkatkan kompetensi guru, melek teknologi, dan menguatkan literasi lokal.Mendukung gerakan seperti literasi aksara Sunda, pendidikan karakter, dan pelestarian budaya lokal.
  4. Konektif dan Kolaboratif: Mampu menjalin kemitraan dengan pemerintah daerah, DPRD, komunitas guru, dan LSM pendidikan.Tidak membangun sekat elitis di tubuh PGRI, tapi merangkul semua kalangan: dari guru SD hingga SMA, dari kota hingga pinggiran.
  5. Akar Sosial dan Kultural Kuat: Mengenal medan sosial budaya Tasikmalaya secara dalam.Ngerti “rasa” jeung “kacida” guru-guru di basis, utamana di lembaga swasta jeung madrasah.
  6. Aktif Komunikasi dan Adaptif Teknologi: Terbuka pada gagasan baru, bisa mengoptimalkan media sosial untuk edukasi dan advokasi.Mendorong digitalisasi organisasi PGRI untuk transparansi dan pelayanan.

     Penutup: tipe ideal Ketua PGRI Kota Tasikmalaya téh ”lain saukur pinter ngomong di mimbar, tapi kudu bisa nyangking amanah jeung ngayakinkeun para guru yén organisasi ieu téh rumah pikeun perjuangan, bukan sekadar formalitas struktural.”

  Semoga PGRI Kota Tasikmalaya ke depan mampu menjadi organisasi yang semakin responsif terhadap kebutuhan guru, adaptif terhadap tantangan zaman, serta kolaboratif dalam memperjuangkan nasib dan martabat para pendidik.(****

Komentar