oleh

Inilah Wasiat Kanjeng “ Syarif Hidayatullah “ Sunan Gunung Jati

SUNAN GUNUNG JATI  atau dikenal juga sebagai Syarif Hidayatullah adalah tokoh penegak Islam pertama di Tatar Sunda. Ia dibesarkan dan dididik di tanah Arab. Mengenal Islam dari tokoh-tokoh besar di Mekah dan Baghdad, membuat pengetahuan Islam Syarif Hidayatullah sangat mumpuni untuk disebarkan kepada masyarakat.

Setelah beberapa lama bergaul dengan masyarakat, ia mendapat sebutan Syekh Maulana Jati.

Pada 1479, sepulang berdakwah di Banten, Pangeran Cakrabuwana menyerahkan takhta kekuasaan Cirebon kepada Syarif Hidayatullah. Ia mendapat gelar Tumenggung Syarif Hidayatullah bin Maulana Sultan Muhammad Syarif Abdullah.

Dalam Babad Tanah Sunda: Babad Cirebon menyebut para wali di Jawa menetapkan Syarif Hidayatullah sebagai Panetep Panatagama Rasul di tanah Sunda. Sebutan lainnya “Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Jati Purba” Panetep Panatagama Awlya Allah Kutubid Jaman Khalifatur Rasulullah SAW.

Sunan Gunung Jati lahir di Mesir pada sekitar tahun 1402 Masehi, beliau merupakan anak dari pasangan Sultan Hud dan Dewi Rara Santang. Ayahnya merupakan penguasa Banisrail (Mesir-Palestina), sementara ibundanya merupakan puteri Prabu Siliwangi, seorang Raja dari Kerajaan Sunda.

Kisah kelahiran Sunan Gunung Jati dimulai dari kisah Dewi Rara Santang yang mendapatkan jodoh ketika sedang melaksanakan ibadah haji di Mekah. Ketika menikah dewi Rara Santang dikisahkan mengajukan syarat kepada calon suaminya, syaratnya adalah Dewi Rara Santang mau dinikahi dengan syarat apabila ia memiliki anak laki-laki, ia harus tinggal ke tanah leluhurnya (Sunda) untuk menyebarkan agama Islam disana.

Selain “ingsun titip tajug lan fakir miskin” yang semua orang Cirebon tahu, berikut ada 40 wasiat Sinuwun Jati Purba yang masi jarang kita ketahui…

Yang berkaitan dengan kedisiplinan dan pengingat untuk kehidupan kita sehari2 berikut pituah2 nya..

1).Aja nyindra janji mubarang (Jangan mengingkari janji) 2) Pemboraban kang ora patut anulungi (Yang salah tidak usah ditolong).3) Aja ngaji kejayaan kang ala rautah (Jangan belajar untuk kepentingan yang tidak benar atau disalahgunakan).

Yang berkaitan dengan kearifan dan kebijakan adalah: 4) Singkirna sifat kanden wanci (Jauhi sifat yang tidak baik). 5) Duwehna sifat kang wanti (Miliki sifat yang baik). 6) Amapesa ing bina batan (Jangan serakah atau berangasan dalam hidup). 7)Angadahna ing perpadu (Jauhi pertengkaran).Aja ilok ngamad kang durung yakin (Jangan suka mencela sesuatu yang belum terbukti kebenarannya). 8)Aja ilok gawe bobat (Jangan suka berbohong).

9) Kenana ing hajate wong (Kabulkan keinginan orang). 10) Aja dahar yen durung ngeli (Jangan makan sebelum lapar) 11) Aja nginum yen durung ngelok (Jangan minum sebelum haus). 12) Aja turu yen durung katekan arif (Jangan tidur sebelum ngantuk). 13) Yen kaya den luhur (Jika kaya harus dermawan).

14) Aja ilok ngijek rarohi ing wong (Jangan suka menghina orang). 15) Den bisa megeng ing nafsu (Harus dapat menahan hawa nafsu). 16) Angasana diri (Harus mawas diri) 17) Tepo saliro den adol (Tampilkan perilaku yang baik). 18) Ngoletena rejeki sing halal (Carilah rejeki yang halal) 19) Aja akeh kang den pamrih (Jangan banyak mengharap pamrih).

20) Den suka wenan lan suka memberih gelis lipur (Jika bersedih jangan diperlihatkan agar cepat hilang). 21) Gegunem sifat kang pinuji (Miliki sifat terpuji) 22) Aja ilok gawe lara ati ing wong (Jangan suka menyakiti hati orang). 23) Ake lara ati, namung saking duriat (Jika sering disakiti orang hadapilah dengan kecintaan tidak dengan aniaya). 24) Aja ngagungaken ing salira (Jangan mengagungkan diri sendiri).

25) Aja ujub ria suma takabur (Jangan sombong dan takabur). 26) Aja duwe ati ngunek (Jangan dendam).

Yang berkaitan dengan kesopanan dan tatakrama: 27) Den hormat ing wong tua (Harus hormat kepada orang tua).Den hormat ing leluhur (Harus hormat pada leluhur).28) Hormaten, emanen, mulyaken ing pusaka (Hormat, sayangi, dan mulyakan pusaka).29) Den welas asih ing sapapada (Hendaklah menyanyangi sesama manusia).30) Mulyakeun ing tetamu (Hormati tamu).

Yang berkaitan dengan kehidupan sosial; 31) Aja anglakoni lunga haji ing Makkah (Jangan berangkat haji ke Mekkah, jika belum mampu secara ekonomis dan kesehatan). 31) Aja munggah gunung gede utawa manjing ing kawah (Jangan mendaki gunung tinggi atau menyelam ke dalam kawah, jika tidak mempunyai persiapan atau keterampilan). 32) Aja ngimami atau khotbah ing masjid agung (Jangan menjadi imam dan berkhotbah di Mesjid Agung, jika belum dewasa dan mempunyai ilmu keIslaman yang cukup). 33) Aja dagangan atawa warungan (Jangan berdagang, jika hanya dijadikan tempat bergerombol orang) 34) Aja kunga layaran ing lautan (Jangan berlayar ke lautan, jika tidak mempunyai persiapan yang matang). (Hadi/Kemenag Cirebon)