Oleh: Abah Anton Charliyan (Mantan Kapolda Jawa Barat dan Kadiv Humas Polri)
PADA awalnya, saya hendak menulis merebaknya berita kasus penculikan anak pada akhir bulan Januari 2023 yang lalu, ketika tengah maraknya berita kasus penculikan tersebut di medsos (FB, IG, Twitter terutama di group-group WA). Karena kesibukan saya yang luar biasa sehingga tidak sempat menulis.
Namun, karena isu kasus penculikan anak ini makin merebak tidak terkendali dan bahkan telah memakan korban berita hoax, dimana pada pekan ini 5 orang pedagang jaket kulit asal Garut yang diisukan sebagai penculik sehingga dikeroyok massa di wilayah Kabupaten Musi Rawas Utara Provinsi Sumatera Selatan. Akibat berita hoax tersebut, 5 orang pedagang jaket kulit itu pun babak belur, mobilnya hancur dan ratusan jaket dijarah warga.
Sejak pertengahan bulan Januari 2023, saya sempat membaca postingan yang group group WA yang lengkap dengan foto dan video, dengan narasi sbb : “PERHATIAN !!! Waspada ada Penculik Anak-anak yang berumur 1-12 tahun. Bapak-bapak Ibu-ibu Harus Menjaga Anak kita dengan hati-hati. Penculik sedang ada dalam kampung-kampung dan dia menyamar sebagai: Penjual, Om Telolet, Orang Gila, Ibu Hamil, Pengemis- dll Tolong disebarkan Terima Kasih“. Ada foto maupun video yang memperlihatkan anak anak korban penculikan dengan gambar yang mengerikan; ada yang dikarungi, perutnya dibedah, terpotong-potong dan lainnya. Beberapa hari kemudian, beredar pula foto dan video orang yang diduga sebagai penculik, dikeroyok warga hingga babak belur dipukuli dan diamankan oleh aparat keamanan.Dalam foto yang lain, terlihat pula keterangan penculikan tersebut terjadi di beberapa lokasi, seperti Kota Depok. Di atasnya, terpampang slogan berlogo Polda Metro Jaya dan Binmas Polri yang menyebarkan informasi mengenai kasus penculikan tersebut.
Saya akui, kasus penculikan itu memang ada, tetapi tidak banyak. Contohnya, kasus Malika (6) seorang bocah yang diculik pemulung bernama Iwan Sumarno (42) di kawasan Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Malika dijadikan pemulung. Setelah 26 hari diculik, Malika berhasil ditemukan dan selamat.Tidak dianiaya apalagi dibunuh seperti postingan di medsos.
Postingan isu penculikan anak yang beredar di medsos sangat mengerikan. Jumlah anak yang diculik cukup banyak dengan ilustrasi yang tragis dan terjadi di berbagai daerah seperti Jakarta, Bekasi, Depok, Bangkalan, Grobogan dan kota lainnya.
Dengan marak dan gencarnya isu penculikan anak yang beredar di medsos, saya melihat adanya disetting atau digoreng oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab bahkan pihak yang berkepentingan agar suasana Indonesia tidak damai, kacau, resah, tidak aman dan tidak kondusif. Apalagi kini menjelang tahun politik agar suasana negara kita ini panas dan masyarakatnya makin resah.
Syukurlah aparat keamanan TNI-Polri bergerak cepat untuk mengatasi informasi yang berkembang di masyarakat. Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Fadil Imran mengimbau kepada warga agar tidak termakan informasi hoaks di media sosial perihal ramainya kasus penculikan di Jakarta.Sebab, sampai belakangan ini tercatat baru satu kasus penculikan anak di Jakarta, menimpa seorang anak bernama Malika yang berhasil diselamatkan.” Hati-hati dengan berita-berita hoax yang beredar di medsos,” katanya.
Saya sependapat dengan Kapolda Metro Jaya, apabila ada informasi yang membuat khawatir soal maraknya penculikan anak harus kembali dipastikan. Karena, sejauh ini tidak ada kasus maupun laporan adanya penculikan anak yang sedemikian marak seperti postingan di medsos, terutama group group WA.
Meski demikian, saya mengimbau kepada warga agar tetap memiliki waspada dan mengontrol anak-anak.Termasuk, dengan Babinsa dan Bhabinkamtibmas yang wajib memberikan edukasi kepada masyarakat agar tak termakan hoaks. Kalau saya perhatikan, bahwa yang viral-viralkan di medsos itu, sebenarnya itu semua berita-berita lama dikumpulkan jadi satu oleh orang orang atau kelompok tertentu yang tidak bertanggung jawab.
Dalam hal ini, saya mengajak seluruh pihak, baik orang tua, masyarakat, sampai Pemerintah terlibat dalam pengawasan anak dari penculikan anak. Sehingga ancaman yang berdampak lebih buruk bisa kita hindari. Kepada masyarakat, khususnya para orangtua agar meningkatkan kewaspadaan pengawasan terhadap aktivitas anak-anak mereka. Jika anak-anak masih sekolah maka para orangtua bisa berkoordinasi dengan pihak sekolah. Juga bisa melaporkan setiap kejadian yang mencurigakan ke pihak kepolisian.
Tak kalah penting, saya mengimbau masyarakat luas tidak panik dari merebaknya isu tersebut. Masyarakat juga diimbau selektif, tak mudah menyebar informasi tentang kabar penculikan anak yang beredar di media sosial. Sebab, faktanya banyak share media sosial yang terbukti hoaks setelah dilakukan penyelidikan di lapangan. Ada share info penculikan anak di daerah A atau B, tetapi setelah dilakukan investigasi di lapangan ternyata tidak ada. Hal ini sering terjadi. Hoaks sengaja diciptakan untuk memancing kepanikan atau keresahan di masyarakat. Saring dulu sebelum sharing, jangan sampai kita turut menjadi penyebar hoax di masyarakat. Jika pesan berantai hoaks terus bergulir, dikhawatirkan memancing masyarakat melakukan main hakim sendiri terhadap orang yang dicurigai sebagai pelaku penculikan anak. Karena beberapa kali terjadi, orang yang dicurigai dihakimi tanpa melalui klarifikasi atau tanpa melibatkan pihak kepolisian, seperti dialami 5 orang pedagang jaket kulit asal Garut dihakimi masyarakat di Musi Rawas Utara. Hal seperti ini tidak boleh terjadi lagi. Untuk itu, dihimbau masyarakat untuk bersikap bijak dengan melaporkan ke polisi bila melihat aktivitas atau orang yang mencurigakan di lingkungannya. Bisa melalui telepon 110, menghubungi bhabinkamtibmas atau melaporkan ke kantor polisi yang terdekat.(****