oleh

JEJAK SEJARAH MATARAM: KPH Hadiwijaya Sedo Ing Kali Abu

KPH Hadiwijaya terlahir dengan nama Raden Mas Subekti. Beliau adalah putra ke 12 dari Sunan Amangkurat IV dari garwa ampil Raden Pandhansari, putri dari Pangeran Cendhana dari Kudus. Pangeran Cendhana  adalah keturunan grade delapan Sunan Kalijaga dari Sunan Muria

Kemudian beliau mendapat anugrah nama baru dari Sunan Pakubuwana II yaitu Pangeran Aryo Pamot. Setelah dewasa mendapatkan gelar nama baru yaitu KPH Hadiwijaya. Beliau adalah paman RM Said ( KGPAA Mangkunegara I ) . Menurut kisah wajah beliau hampir mirip dengan keponakannya tersebut. Dan dalam kenyataannya beliau sangat sayang dengan keponakannya tersebut.Beliau turut membantu RM Said dalam perang melawan VOC  beliau memilih melakukan pertempuran di daerah Kedu , pada tahun 1753 RM Said menemui Pamannya tsb di desa Tegal Bayem. Setelah pertemuan tsb KPH Hadiwijaya  melanjutkan perlawanan didaerah Magelang . Dan pada tahun yang sama ketika Beliau sedang mandi di Kali Butek Desa Kali Abu tanpa diduga disergap oleh pasukan VOC pimpinan Letnan Gullman . Ketika beliau sedang melompat ke atas kuda untuk mengambil senjatanya oleh Letnan Gullman beliau ditembak , kemudian kepalanya dipenggal  didepan istrinya Mas Ayu Gandasari . Kepala KPH Hadiwijaya dibawa ke Semarang oleh pasukan VOC. Dan badan jenasah KPH Hadiwijaya dimakamkan  di Desa Kali Abu , Salaman Magelang.

Kepala ( mustaka ) Beliau kelak dimakamkan di Imogiri disamping saudara saudaranya.

para putra KPH Hadiwijaya Sedo Kali Abu:

A. Dari Garwa Mas Ayu Gandasari  putri  Tmg Natayudha Bupati Kedu  berputra :

1. RM Tmg Kusumadiningrat menikah dengan Putri Sinuwun PB III berputra :

a. KPH Natakusuma menikah dengan BRAy Sayati ( Putri Sulung KGPAA MN II ) berputra :

1. KPH Sarengat kelak bergelar KGPAA Mangkunegara III

2. Ray Natadiningrat menikah dengan RT Natadiningrat Bupati Rembang / Lasem

3. Ray Kusumadiningrat II menikah dgn  KPH Kusumadiningrat II, putra  KPH Hadiwijaya I

b.  KPH Hadiwijaya I menikah dengan BRAY Sakeli ( Putri kedua  KGPAA  MN II ) berputra :

1. KPH Hadiwijaya II menikah dengan GKR Bandara , Putri Sinuwun PB VIII

Peputra R Ay Sri Kustiyah  menikah dengan Sinuwun PB IX melahirkan Siinuwun PB X

2. RM Suwangsa / KPH Capt Leg MN Kusumadiningrat

3. RM Sudira / RM Ganda Kusuma / KGPAA Mangkunegara IV

4. RM Ganda Wardaya

5. R.Ay  Mangkunjaya

6. R.Ay Karyadimaya

7. R.Ay  Sasradiwirya

8. R.Ay Kartanegara

9. R.Ay Panca Wardoyo

B. Dari Garwa Mas Ayu Cilik berputra :

1.  RM Sabar / RM Tmg Sumadiningrat  menikah dgn  R Ay Sumodiningrat  , Putri Sinuwun PB III

Berputra :

1.1. RM Sepuh

1.2. R Sastra kusuma

1.3.  RM Harya Sumami Jaya

1.4. KP Hadiwijaya

1.5. KP Harya Kusuma

1.6. RM Wangsa Kusuma

1.7. R Ng Mandaraka

1.8. RMH Jayadiningrat, Bupati Nganjuk

1.9. RM Semantra

1.10. R Sumadikarya

1.11. R Werdiningsih

1.12. R Ng Suma Maryana

1.13. R Ng Mangkunjaya

1.14. R.Ay Sumadikrama

1.15. R.Ay Blitar

1.16. R.Ay Jayengkewu

1.17. Kanjeng Ratu Kencana

1.18. R.Ay Sumadikromo

2. R Ay Rasa Semita

3. KRMH Wiryadiningrat ( Bupati Ponorogo ) menikah dengan BRAy Jemprit ( Putri PB III )

Berputra :  R.Ay Sumemi   menikah dengan KKP Tapsir Anom Sumemi  ( Putra KKP Mertalaya ) Berputra : Kyai Haji Ngali ( Pengulu  Pradoto Ampel ) menikah dengan R.Ay Salmah  ( R.Ay Salmah adalah putri RM Ronggo Cokrodipuro  Bupati Kediri  ) ( salah satu Leluhur KRT Sajid Jayaningrat)

Kisah dibalik pernikahan para putra KPH Hadiwijaya dengan putri Sunan Pakubuwana III

Raden Ngabehi Yosodipuro dengan pikirannya yang cemerlang bisa menyelesaikan persoalan keluarga Keraton sekaligus bisa mengurai benang kusut hubungan Kraton Surakarta dan Kraton Yogyakarta.

Setelah terjadinya konflik berkepanjangan antara Sunan Pakubuwana III dengan Pamannya,  Sultan Hamengkubuwana I.

Sultan HB I berusaha menjalin silaturrahmi dengan Sunan PB III agar tidak terjadi lagi permasalahan antara dua kerajaan. Demi tercapainya kerukunan dan kekeluargaan, Sultan HB I mengajukan lamaran kepada Raden Ajeng Sentul (puteri Sunan PB III dari selir Ratu Mas Retnadi) untuk putranya. Akan tetapi lamaran ini hanya ditanggapi setengah-setengah, dalam arti tidak diterima juga tidak ditolak. Apabila didesak untuk segera memberi jawaban, selalu mengulur-ulur waktu dengan berbagai alasan. Hal ini membuat Sultan HB I marah, hingga ia mengatakan akan menganggap musuh pada siapa pun yang menjadi suami R.A. Sentul.

Keluarga Kasunanan menjadi sangat resah karena tidak ada seorang pun yang berani meminang R.A.Sentul hingga usia RAj Sentul 35 tahun selanjutnya Sunan Pakubuwana III memanggil Yosodipuro untuk memecahkan masalah tersebut. Yosodipuro menyarankan Sunan agar mencari menantu dari anak keturunan KPH  Hadiwijaya (seda Kali Abu), karena semasa hidupnya beliau selalu berbakti dan membela Sultan HB I, yang menyebabkan Sultan HB I merasa berhutang budi kepadanya dan berniat mencari keturunan dari KPH  Hadiwijaya. Mengingat hal tersebut apabila R.A. Sentul menikah dengan anak keturunan KPH Hadiwijaya, maka akan meluluhkan kemarahan Sultan HB I, bahkan beliau akan memuliakannya.

Lalu oleh Yosodipuro mengusulkan Raden Sumawijaya dinikahkan dengan GBRAj Sentul dan Sunan menyetujuinya. Pernikahan R.A. Sentul dan Raden Sumawijaya agar  segera dilakukan.

Kemudian Raden Ngabehi Yosodipuro berangkat ke  Ponorogo untuk menemui putra KPH Hadiwijaya . Dan singkat  cerita  akhirnya perkawinan  berlangsung tidak hanya satu putra tapi dua  putra  KPH Hadiwijaya .

1. RM Kusumawijaya menikah dengan GBRAy Sentul. Setelah menikah diangkat menjadi Adipati Nayaka Ageng dengan nama KPH Kusumadiningrat. Kelak menurunkan Ayahanda KGPAA MN III & KGPAA MN IV.

2. RM Kusumawirya  menikah dengan GBRAj Jemprit . Setelah menikah diangkat menjadi Bupati Ponorogo dengan gelar KPH Wiryadiningrat

Berita tentang perkawinan ini didengar oleh Sultan HB I yang membuatnya menjadi terharu. Seketika itu juga kemarahan Sultan mereda, bahkan beliau merestui perkawinan tersebut dan mengirimkan sumbangan yang banyak ke keraton Surakarta.

Akhirnya Sultan HB I berkenan memanggil Yosodipuro ke Yogyakarta untuk menceritakan riwayat anak keturunan KPH Hadiwijaya. Oleh karena jasanya ini, Yosodipuro diberi hadiah berupa uang, pakaian, dan tanah yang disukainya. Yosodipuro memilih tanah di Pengging Ngaliyan ( pada saat perjanjian Giyanti menjadi wilayah Kraton Yogyakarta ) yang kelak menjadi makam R.Ng Yosodipuro dan keturunannya.

Foto Koleksi Bapak Agus Budi Santoso

Repost dari postingan Jejak Sejarah Mataram 7 Juni  2018