oleh

Kita Harus Banyak Bersyukur Hidup di Indonesia

Oleh: Alfaqier G.E.Diponegoro.Jatman .(Pengurus Idarah Wustho Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah Prov.Lampung)

BERSYUKURLAH kita bisa hidup dinegeri subur yang aman dan damai di Indonesia  yg tetap berpegang teguh pada 4 Pilar Kebangsaan,yaitu:Panca Sila,Bhinneka Tunggal Ika,NKRI dan Undang-Undang Dasar 1945.

Mari kita merenungi tentang kejadian pilu dinegara Afganistan yg sedang porak poranda krn perang saudara.

“Menjadi seorang wanita di bawah pemerintahan Taliban adalah nyawa yang tergantung dalam tiupan angin,” kata Zoya dalam memoarnya.

Zoya telah menyaksikan dan mengalami lebih banyak tragedi daripada yang dialami kebanyakan orang dalam hidupnya. Lahir di sebuah negeri yang tak pernah lelah berperang bernama Afghanistan. Hampir setiap orang lahir dalam situasi perang, dan hampir semua orang kehilangan kerabat karena mati berperang. Orang tuanya dibunuh oleh Taliban ketika Zoya masih kecil.

Setelah itu Taliban berkuasa, seorang wanita bersuami adalah binatang berwujud manusia. Ia hidup di kandang dan di ranjang. Dua petak ruang yang melelahkan. Zoya yang mulai beranjak dewasa, melihat semuanya dengan getir.

Dalam amarah yang tumpah dia melarikan diri dari Kabul dan memulai hidup baru dalam pengasingan di Pakistan. Dia bergabung dengan Asosiasi Revolusioner Wanita Afghanistan. Organisasi yang menentang Taliban terkait diskriminasi dan penindasan terhadap kaum perempuan.

Keluarga Zoya telah dilenyapkan. Terutama ibunya yang memperjuangkan hak pendidikan bagi kaum perempuan, harus terbunuh karena dianggap pemberontak terhadap hukum Islam ala Taliban. Rasa sakit kehilangan orang-orang yang dicintainya, membuatnya harus menemukan penyembuhan yang menuntunnya ke jalur perlawanan.

Zoya lalu mengambil takdir ke tangannya sendiri, bergabung dengan perang rahasia yang berbahaya untuk menyelamatkan bangsanya sebagai Srikandi medan perang.

Beberapa tahun kemudian, Zoya kembali ke Afghanistan. Dia melihat langsung kengerian demi kengerian pemerintahan Taliban; pria diamputasi karena pencurian, wanita yang ujung jarinya dipotong karena memakai cat kuku dan pencambukan wanita di muka umum.

Tapi pertunjukan itu justru membuatnya lebih berani. Zoya menjadi pemberontak tak bersenjata menentang Taliban dengan mengadakan sekolah rahasia bagi perempuan. Termasuk mengawal kaum perempuan di ruang publik agar tidak dilecehkan.

Zoya ingin menghidupkan realitas manusia Afghanistan tumbuh dalam budaya Muslim yang normal. Baginya, kekerasan atas nama agama hanya mematikan apapun yang seharusnya dijaga untuk selalu hidup, “yakni rahmat bagi siapapun di alam semesta,” katanya lirih.

Zoya ingin agar harkat wanita dijunjung tinggi krn wanita adalah tiang negara yg melahirkan menjaga dan mendidik generasi penerus agama dan bangsa.

Emansipasi wanita

di Afganistan hancur lebur mirip zaman Jahiliyah.

Bagi Zoya bahwa fitrah, kodrat dan akal sehat setiap insan pasti mengakui adanya perbedaan lelaki dan wanita. Dan sudah barang tentu perbedaan ini menyebabkan adanya perilaku, hak dan tanggung jawab masing masing. Ada amalan yang cocok dan hanya bisa dilakukan lelaki dan ada amalan yang hanya pantas dilakukan oleh wanita.

Dan diantara hal yang hanya patut dilakukan oleh lelaki selaras dengan kodrat mereka, ialah menjadi pemimpin ummat, baik dalam skup yang sempit yaitu dalam rumah tangga sebagaimana ditegaskan dalam Firman Allah swt:

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ

“Lelaki adalah pemimpin kaum wanita karena kelebihan yang Allah berikan kepada kaum lelaki diatas kaum wanita dan karena harta yang mereka belanjakan” (QS An Nisa 34)

Zoya selalu ingat pelajaran dari ibunya tentang

hadis yang diceritakan oleh Ibnu Abbas dinyatakan bahwa pada suatu hari datanglah seorang perempuan kepada Nabi Muhammad berkata: Diriwayatkan dari Anas bin Malik, dia mengatakan :

جئن النساء إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقلن: يا رسول الله، ذهب الرجال بالفضل والجهاد في سبيل الله تعالى، فما لنا عمل ندرك به عمل المجاهدين في سبيل الله؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “من قعد -أو كلمة نحوها -منكن في بيتها فإنها تدرك عمل المجاهدين  في سبيل الله”.

Seorang wanita datang menemui Rasulullah ﷺ  berkata : “Wahai Rasulullah, laki-laki memiliki keutamaan dan mereka juga berjihad di jalan Allah. Apakah bagi kami kaum wanita bisa mendapatkan amalan orang yang jihad di jalan Allah? Rasulullah ﷺ  bersabda: “ Brangsiapa di antara kalian yang tinggal di rumahnya maka dia mendapatkan pahala mujahid di jalan Allah.” (Rujuk QS: Al Ahzab : 33)

Dari hadis diatas,Zoya dapat melihat bahwa emansipasi wanita bukan berarti persamaan dalam semua bidang.Tetapi persamaan dalam nilai dan pahala dimana jika wanita melakukan tugas dan kewajibannya yang sesuai dengan fitrah kewanitaannya, maka dia akan mendapatkan pahala dan nilai yang sama dengan kaum lelaki yang menjalankan tugas dan kewajibannya seperti berjihad di dalam medan perang.

Zoya selalu teringat akan sebuah kisah yg diceritakan ibunya saat manjelang tidur tentang wanita pejuang yg bernama Siti Hajar

Dalam Islam, dikenal sosok Siti Hajar, seorang perempuan tangguh, istri Nabi Ibrahim AS. Sosok yang berhati ikhlas, tabah dan tegar dalam menjalani sulitnya kehidupan.

Dikisahkan pada zaman itu, Siti Hajar menyusui putranya, Ismail. Mereka hidup di kawasan lembah yang sangat tandus. Suatu ketika, bekal habis dan Ismail mengalami kehausan serta kelaparan.

Dengan ketegarannya sebagai seorang ibu, Siti Hajar mencari sumber mata air, berlari dari Safa ke Marwah. Hal itu dilakukan demi anaknya, Ismail.

Hingga perjuangan Siti Hajar tidak sia-sia, karena menemukan sumber mata air yang berkhasiat, jernih dan bersih. Air itu bernama zamzam. Kisah perjuangan seorang perempuan, sekaligus ibu Ismail itu diabadikan dalam Islam, dikenang dalam ibadah umroh dan haji, yaitu sa’i, berlari-lari dari Safa ke Marwah.

Kisah Siti Hajar menjadi satu di antara banyak bukti bahwa Islam sangat menghargai wanita dan peran besar dalam peradaban umat manusia.(****