Oleh : KRH Aryo Gus Ripno Waluyo, SE, SPd, S.H, C.NSP, C.CL, C.MP ( Spiritualis, Budayawan, Penulis, Advokat, PERADI Perjuangan Jawa Timur )
DALAM hal ini, malam 1 Suro berarti malam pertanda masuknya bulan Suro berdasarkan penanggalan Jawa. Sejak saat itu hingga kini, malam satu Suro dimaknai sebagai bulan pertama dalam kalender Jawa-Islam. Penyebutan kata ‘Suro’ bagi masyarakat Jawa artinya bulan Muharam dalam kalender Hijriah.
Pada malam 1 Suro, muslim dapat merayakan awal Tahun Baru Islam dengan mengingat peristiwa-peristiwa bersejarah yang terjadi pada bulan ini. Salah satu peristiwa penting dalam bulan Muharram adalah hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah.
Beberapa tradisi yang dilakukan orang Jawa pada malam 1 Suro, yang dilakukan ini biasanya untuk menyambut malam 1 suro.
Membersihkan benda-benda pusaka. Biasanya orang yang memiliki benda-benda keramat akan melakukan ritual untuk membersihkan benda tersebut. Tradisi suroan ini diawali dengan berkumpulnya para kaum pria yang salah satunya Pak kaum kampung yang akan memimpin jalanya acara.
Setelah berkumpulnya kaum pria selanjutnya dilaksanakan prosesi selametan, saat malam 1 Suro tiba, masyarakat Jawa umumnya melakukan ritual tirakatan, lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk), dan tuguran (perenungan diri sambil berdoa), juga pawai obor.
Perayaan tradisi peringatan malam satu Suro menitikberatkan pada ketentraman batin dan keselamatan. Sehingga, pada malam satu Suro biasanya selalu diselingi dengan ritual pembacaan doa dari semua umat yang hadir merayakannya. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan berkah dan menangkal datangnya marabahaya.
Makna malam satu Suro bagi masyarakat Jawa di beberapa daerah mengenai bulan Suro diartikan sebagai bulan yang menyeramkan, seperti penuh bencana dan bulannya para makhluk gaib.
Beberapa keyakinan menyebut orang yang memiliki weton tertentu memang dilarang keluar rumah karena bisa mengalami kesialan. Bukan cuma itu, pada malam 1 Suro diyakini banyak orang yang bersekutu dengan setan sedang mencari tumbal untuk kekayaan atau kesaktian mereka.
Malam Satu Suro juga dikenal dengan tradisi “Padusan” atau mandi suci. Dipercaya bahwa mandi suci di mata air yang dianggap keramat pada malam ini memiliki kekuatan membersihkan diri dari dosa dan membawa keberuntungan di tahun yang baru. Tradisi ini dilakukan dengan penuh keyakinan dan khidmat oleh masyarakat Jawa.
Sehingga kata Suro merupakan sebutan bagi bulan Muharram dalam masyarakat Jawa. Pada tradisi Jawa, bulan Suro dianggap sebagai saat yang tepat untuk muhasabah diri. Oleh karena itu, ada beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan pada malam 1 Suro.
Lelaku malam 1 Suro, tepat pada pukul 24.00 saat pergantian tahun Jawa, diadakan secara serempak di Keraton Ngayogyakarta dan Surakarta Hadiningrat sebagai pusat kebudayaan Jawa.(****