JAKARTA—Maraknya kasus kekerasan dalam pacaran yang berakhir dengan pembunuhan yang terjadi beberapa waktu terakhir mendapat sorotan serius dari Dewan Pimpinan Pusat Partai Solidaritas Indonesia (DPP PSI). Menurut PSI, kasus-kasus kekerasan dan pembunuhan sadis yang melibatkan pelaku usia anak atau remaja tidak bisa dianggap remeh. Harus ada intervensi sistemik, diantaranya kontekstualisasi kurikulum pendidikan nasional agar relevan dengan perkembangan jaman. Terkait maraknya kehamilan usia remaja yang menjadi pemicu berbagai aksi pembunuhan sadis, PSI menyerukan pentingnya orang tua dan sekolah untuk mengajarkan pendidikan seksualitas komprehensif sedini mungkin.
“Sampai hari ini kita masih saja merasa tabu untuk membahas dan mengajarkan hal-hal terkait seksualitas kepada anak-anak. Orang tua dan guru cenderung menunda-nunda memberi pendidikan seksualitas kepada anak, padahal anak-anak kita hari ini sudah demikian mudah mengakses konten seksualitas dari gawai mereka masing-masing. Ini menurut kami persoalan yang sangat serius dan mendesak. Anak-anak dan para remaja kita membutuhkan pendidikan seksualitas yang komprehensif sedini mungkin sehingga mereka mampu melindungi diri sendiri dari aktivitas seksual yang tidak sehat.” Demikian disampaikan oleh Mary Silvita selaku Wakil Sekretaris Jenderal DPP PSI dalam keterangan tertulis, Kamis 27 April 2023.
Catatan Tahunan Komnas Perempuan Tahun 2023 menyebutkan bahwa jumlah kasus kekerasan dalam pacaran menempati urutan pertama jenis kekerasan di ranah personal yang dilaporkan ke lembaga layanan sepanjang tahun 2022, di mana pelakunya paling banyak adalah mantan pacar. “Dari data Komnas Perempuan saja kita bisa lihat ada empat ribuan kasus kekerasan seksual dari ranah personal, dan yang tertinggi adalah kekerasan dalam pacaran kemudian disusul kekerasan dalam rumah tangga. Ada 713 kasus kekerasan dilakukan oleh mantan pacar, dan 422 kasus kekerasan oleh pacar. Angka-angka ini kan bukan sekedar angka, ini adalah anak-anak kita, generasi penerus bangsa. masa kita tutup mata dan telinga atas realita mengerikan ini?” tegas Mary.
Berbagai kasus pembunuhan sadis yang dilakukan remaja terhadap pacar atau mantan pacarnya yang hamil menurut Mary adalah alarm tanda bahaya yang tidak boleh dianggap remeh. Mary percaya ada yang harus segera diperbaiki dari kurikulum pendidikan nasional kita, dan pendidikan seksualitas komprehensif adalah salah satu yang paling medesak. “Pendidikan seksualitas yang komprehensif menurut kami harus sudah masuk dalam kurikulum nasional. Sekolah juga harus melibatkan orang tua dalam hal ini. Sebab, tidak cukup jika tanggung jawab pendidikan dilimpahkan hanya kepada sekolah. Justru orang tualah penanggungjawab utama pendidikan anak, dan sekolah adalah pendukung. Sehingga orang tua juga harus dibantu dan dibekali juga materi pendidikan seksualitas sehingga bisa menerapkannya di rumah.” tambah Mary.
Pendidikan Seksualitas Komprehensif sebagaimana yang dirumuskan UNESCO tidak hanya berisi pengetahuan tentang alat-alat reproduksi, melainkan juga meliputi pendidikan tentang ragam relasi (dalam keluarga, sekolah dan komunitas), nilai-nilai kebudayaan, pemahaman gender, kekerasan dan mitigasinya, seksualitas dan perilaku seksual serta kesehatan reproduksi. PSI kata Mary meyakini pendidikan seksualitas memang harus diberikan secara komprehensif dan harus memasukkan juga unsur budaya dan pendidikan karakter. Sehingga generasi muda kita bisa terhindar dari prilaku seksual yang tidak sehat. Termasuk menjadi pelaku dan korban kekerasan seksual. “Nilai-nilai budaya dan pendidikan karakter harus menjadi bagian dari pendidikan seksualitas. Dengan demikian anak-anak kita bisa terproteksi dari prilaku seksual yang tidak sehat dan atau menyimpang. Seperti kecanduan konten seksual, terobsesi dengan lawan jenis dan benda-benda sebagai penyaluran hasrat seksual, sampai yang paling buruk menjadi pelaku dan korban kekerasan seksual.” tutup Mary.
Sebelumnya viral di media sosial kasus pembunuhan sadis oleh tersangka berusia remaja terhadap mantan pacarnya yang tengah hamil di Cianjur. Korban ditembak dengan senapang angin kemudian lehernya dijerat tali dan diseret dengan mobil pengangkut barang hingga tewas. Pada Maret 2023 pembunuhan sadis oleh tersangka berusia remaja terhadap pacarnya yang masih SMP dan tengah hamil juga terjadi di Padang. Korban dicekik dan kepalanya dipukul dengan kayu kemudian jasadnya dikubur di dapur. Pada Februari 2023 publik juga dikejutkan oleh pembunuhan sadis seorang remaja terhadap pacarnya yang tengah hamil di Denpasar Bali. Korban dijerat lehernya dengan selendang hingga tewas setelah sebelumnya disetubuhi pelaku.(REDI MULYADI)***