oleh

Merdeka Bercita Cita Bagi Anak

Oleh: Hermanto (Guru SDN Babakan Pendey-Kota Tasikmalaya)

AWAL semester ke 2 tahu  ajaran 2020-2021 kementrian pendidikan dan kebudayaan kembali melkaukan updateing aplikasi penddatan pokok pendidikan atau biasa dikenal dengan nama DAPODIK. Aplikasi yang di rilis pertngahan bulan januari inidilabeli dengan DAPODIK 2021.C. Pelabelan C di belakang angka 2021 menunjukan update ketiga dari aplikasi versi 2021. Ada banyak seklai perubahan yang terjadi didalamnya, mulai dari isian penghasilan orang tua, rekruitment penerima program indonesia pintar dan beberapa sub apalikasi yang kini wajib diisi menggunakan data akurat guna kepentingan penjaringan aneka data. Namun bukan itu yang menjadi perhatian saya, namun ada sesuatu yang baru pada isian regristasi dimana siswa diwajibkan menentukan hobby dan cita-cita. Yang mana apabila siswa melalui operator sekolah tidak mengisinya maka data regristasi dari siswa tersebut akan menjadi invalid.

Cita-cita siswa yang selama ini di anggap sebagi sesuatu yang bukan dominan ternyata menjadi hal sangat penting sehingga pengisiannya di DAPODIK wajib diisikan. Dalam pengisiannya siswa di beberikan bebrapa opsi pilihan cita-cita diantara saja PNS, TNI-Polri, Guru, Dokter, Pengusaha, Seniman, dan lainnya. Tentu saja mungkin ada siswa yang memeiliki cita cita yang ternyata tidak terdapat dalam opsi tersebut dan diarahkan untuk mengisi opsi lainnya. Sehingga isian dari data regristasi siswa tersebut menjadi valid dan dapat dilakukan singkronisasi.

Makna cita-cita di KBBI adalah: keinginan (kehendak) yang selalu ada di dalam pikiran. Sehingga dalam hal ini perlu adnaya kebebasan kepada siswa untuk emnentukan cita-citanya sebebas mungkin. Orang tua dan guru tidak perlu memaksakan anak untuk membuatcita cita sesuai dengan keingina merka bukan berdasar cita cita yang diharapkan siswa. Sebagai mana definisi di atas bahwa cita-cita adalah sesuatu yang selalu berda dalm pikiran maka opsinyapun jangan lah dibatasi dengan apa yang menjadi bayangan dari orang tua. Perbedaan zazman yang dilalui antara orang tua dan zaman yang akan dihadapi oleh siswa mengharuskan orang tua untuk lebih open mind dalam melihat cita cita dan potensi siswa.

Siswa yang sudah memiliki cita-cita yang jelas dan sesuai dengan keinginnya pasti akan sekuat tenaga mewujudkan agar cita -cita nya bisa tercapai. Orang tua dalam perjalannya cukup mengarahkan dan memfasilitasi agar siswa dapat mencapai cita-citanya. Tentu saja kita pun tetap harus membekalai anak dengan landasan ilmu pngetahuan yang mumpuni dan pemahan keagamaan yang baik sehingga dalam proses untuk menggapai cita –cita tersebut siswa dapat menggapainya dengan jalan yang baik dan benar.

Kemajuan zaman merubah banyak seklai hal, kalau dulu cita cita anak hanya terbatas pada ha-hal umum, kini mejadi seorang gamer profesionalpun ternyata menjanjikan untuk ditekuni. Penghasilan yang diperoleh seorang gamer profesional setara dan sebanding dengan profesi lainnya. Dulu kita tidak mengenal istila pekerjaan sebagai streamer atau vloger kini kedua profesi tersebut banyak di geluti banyak orang, bahkan banyak artis yang beralih profesi menjadi youtuber. Maka kita jangan lagi menyalahkan siswa seandainya mereka bercita-cita menjadi seorang gamer maupun streamer atau apapun itu. Berikan kebebasan kepada anak untuk menentka cita-cita dan masa depannya. Kita dukung dan arahkan agar anak dapat menggapainya. Jangan justru sebaliknya kita menentukan cita-cita anak secara tanpa sadar yang akibatnya akan menghancurkan semangat dan motivasinya dalam belajar dan menntukan arah hidupnya.(**